Demo, Al Quran, Dzikir dan Shalawat

Oleh Agus Wahid (Peneliti Garuda Indonesia)
 Masyarakat masih mempercayakan sepenuhnya kepada Polri atas kasus Zhong Wan Xie alias Ahok yang menistakan Islam, sekaligus melecehkan ulama. Sangat disayangkan, penetapan Ahok sebagai tersangka tidak dibarengi penahanannya. Sebuah tindakan hukum yang paradoks dengan persoalan penistaan agama selama ini, sekaligus melecehkan para pihak yang menuntut rasa keadilan, di samping mencederai martabat negara hukum.

Umat dan para pihak yang menuntut keadilan (equal above the law) geram. Tapi, tetap memberi waktu kepada Polri untuk ambil tindakan hukum semestinya. Tapi, sejak pengumuman status Zhong Wan Xie pada 16 November, hingga kini tak ada sinyal penangkapan. Bahkan, terkesan kuat memagarinya lebih kuat.
Inilah yang mendorong seluruh elemen pencari keadilan terpaksa harus menggelar aksi yang rencananya akan direalisasikan pada 2 Desember mendatang. Sebuah gerakan unjuk rasa yang rencana akan mengerahkan massa sekitar sembilan juta, hampir empat kali lipat dari Aksi Damai 4 November lalu.
Sebuah renungan, adakah jaminan damai (tidak terjadi konfliktual antara barisan pengunjuk rasa versus aparat penertiban dan keamanan)? Secara teoritik, tak ada jamiman. Namun, catatan unjuk rasa pada 4 November lalu sangat fantastik nilainya.
Aksi yang melibatkan jutaan manusia relatif bisa terkontrol, meski pada detik-detik akhir terjadi insiden. Itupun akibat dari ketidakmampuan aparat mengendalikan diri, sehingga semburkan gas air mata terhadap pengunjuk rasa, di samping merasuknya provokator.
Sejarah mencatat, aksi jutaan massa yang terkategori damai itu belum pernah terjadi di panggung dunia manapun, sekalipun di negara-negara yang notabene mbahnya demokrasi. Tapi, bagaimana dengan aksi pencari keadilan pada 2 Desember nanti?
Mengkaji ulang reaksi aparat penertiban yang terkategori represif itu maka perlu ada perubahan strategi berekspresi dalam unjuk rasa mendatang. Kita tahu, dominasi unjuk rasa selama ini adalah orasi, diselingi doa bersama seraya memohon perlindungan-Nya.
Perlu kita catat, orasi yang berapi-api apalagi di antara kalimatnya sangat tajam mendeskriditkan pihak keamanan, bahkan secara tak sengaja keluar kata yang dapat dinilai melanggar ketentuan pidana, hal ini menjadi potensi ketidaktahanan atau hilang kendali bagi aparat. Manusiawi.
Di sanalah potensi konflik (aparat bersenjata versus rakyat) sulit dihindari, meski rakyat tak bersenjata dan akhirnya menjadi korban. Ini berarti, demo besar-besaran pada 2 Desember nanti berpotensi akan terjadi eskalasi konflik dan jumlah korban dari unsur rakyat pun akan meningkat. Bagaimana mengurangi potensi resiko konflik?

Multi Makna
Untuk mencegah potensi konflik horisontal itu, kiranya seluruh pengunjuk rasa diharuskan membawa mushaf Al Quran atau HP Android yang sudah terdown load Al Quran. Para pemimpin utama unjuk rasa tetap menjalankan tugasnya: orasi sebagai penyemangat perjuangan.
Tapi, jamaah lainnya perlu dibagi tugas. Sebagian besar membaca Kitab Suci, setiap tiga orang, masing-masing baca 10 juz, misalnya. Yang masih terbata-bata membacanya, masing-masing membaca Surat al-Ikhlas sebanyak-banyaknya. Bagi yang capai baca, silakan berdzikir dan atau bershalawat.
Kini, kita berhitung akan berapa ratus ribu kali khatam al-Qur`an jika pengunjuk rasa mencapai sembilan juta? Berapa juta kali surat al-Ikhlas terbaca, padahal tiga kali baca Surat al-ikhlas sama dengan baca satu al-Quran penuh (khatam). Subhanallah.
Yang perlu kita garis-bawahi, adalah untaian hadists yang menggambarkan tentang jaminan akan tercapai jalan kaluar atau solusi bagi siapapun yang sering baca Al Quran, apalagi mengimplementasikannya. Kata sering dapat diartikan kegiatan rutin. Tapi ribuan bahkan jutaan kali membacanya dapat dikonversikan sebagai kata sering. Ada kuantitas yang relatif memenuhi kata sering itu, bahkan bisa jadi lebih banyak.
Maka, dengan mu`jizat Al-Quran meminjam istilah KH Hasyim Muzadi dengan istilah energi Al-Quran akan terjadi kekuatan yang begitu dahsyat atas gerakan kolektif membaca Al-Quran, sekalipun peruntukannya untuk penegakan hukum yang adil, bahkan peruntukan lainnya.
Jika kita buka rahasia kebertahanan bangsa Palestina dari gempuran Yahudi Zionis, ternyata Al-Quran yang rajin dibacanya itulah benteng pertahanannya. Ada campur tangan Allah yang di luar jangkauan manusia. Karena itu, sikap apriori sang penguasa seperti yang sekarang kita saksikan, bukanlah tidak mungkin gema Al Quran akan menggedorkan hati sang rezim.
Jika beliau tetap tak tergedor hatinya, maka menjadi releven untuk kita mengkaitkan mengapa beliau menginstruksikan larangan mensweeping kegiatan komunisme yang baru-baru ini dilakukan anggota DPRD II Palangkaya yang mengibarkan bendera Palu Arit.
Yang lebih krusial lagi untuk kita garis-bawahi dari strategi unjuk rasa dengan baca Al Quran, dzikir dan bershalawat akan menghindarkan siapapun yang berunjuk rasa keluar kata-kata yang tak terkontrol, yang bisa menimbulkan reaksi distruktif bagi aparat keamanan. Juga, akan terhindari dari potensi provokator, dalam bentuk aksi atau kata-kata cacian. Dengan demikian, unjuk rasa ini akan mengantarkan situasi jauh lebih damai dibanding unjuk rasa sebelumnya.
Andai unjuk rasa seperti itu dibantai dengan water canon atau lainnya dan melampaui batas, maka setidaknya ada dua yang bisa kita catat tegas. Siapapun yang membantai para pengunjuk rasa jelas-jelas menjadi pembantai rakyatnya sendiri.
Sementara itu, kegiatan unjuk rasa, apalagi penuh damai merupakan tindakan konstitusional (UUD 1945 Pasal 28 E, dijamin UU No. 9 Tahun 1998 Pasal 1 (1) dan Pasal 2 (2) tentang menyampaikan pendapat, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 23, 25 dan 44; UU No. 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional Hal Sipil dan Politik Pasal 19).
Atas landasan yuridis konstitusional itu, maka jika aparat kepolisian tetap membantai para pengunjuk rasa dengan dalih apapun, mereka terkatogori menabrak ketentuan yuridis itu. Penilaian ini juga berlaku bagi siapaun yang memberikan instruksi. Itulah sebabnya, Panglima TNI Jenderal Gatot siap mengawal unjuk rasa.
Arahnya pertama mentaati ketentuan UU dan atau konstitusi. Kedua, jangan sampai terjadi penyalahgunaan kekuasaan. Menyimak sejumlah pernyataan Panglima TNI, keberadaan rakyat tetap prioritas. Itulah potret abdi negara, bukan abdi penguasa. Atas nama negara hukum dan supremasi hukum, TNI tampak berada di pihak rakyat sepanjang landasanya jelas: tuntutan keadilan.
Dan ketiga, kita bisa memahami mengapa Panglima TNI cenderung pro rakyat wa bil khusus pengunjuk rasa. Bukan hanya niat dan bukti unjuk rasa damai dan tidak tendensius secara politik, tapi Panglima dan sejumlah petinggi militer kini sudah melihat gelagat yang cukup mengancam NKRI. Mereka menilai harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar terhadap Pancasila dan NKRI.
Maka, ketika komunisme kian menampak sejak era sekarang ini, maka kebersatuan TNI rakyat adalah kekuatan sinergis yang secara historis mampu menghancurkan kekuatan komunis itu, apalagi tampak juga akan mencaplok tanah tumpah darah ini. Doktrin mereka, tak rela sejengkal pun tanah air ini terlepas. Jiwa dan raga siap diberkorbankan untuk keutuhan negeri ini.
Satu hal yang juga tak bisa terelakkan, jika unjuk rasa damai itu tetap dilawan dengan senjata atas mana apapun, maka bukti pembantaian itu akan mendorong dunia mengecam negeri ini, bukan bangsanya, tapi rezim yang berkuasa. Konsekuensinya, bukan hanya dikucilkan dari negara-negara Islam, tapi juga negara-negara penjunjung tinggi hak asasi yang sudah meratifikasi Deklarasi Hak Asasi Manusia.
Akhirnya kita dapat menggaris-bawahi, kekuatan Al Quran sebagai mu`jizat atau energi sungguh dahsyat fungsinya sebagai model mencari kerangka solusi konstruktif. Karenanya, tidaklah berlebihan jika unjuk rasa 2 Desember ini perlu menggemakan Kitab Suci, di samping dzikir dan shalawat Nabi.
Insya Allah, Dia Yang Maha Digdaya akan bersama seluruh elemen yang berunjuk rasa, di samping Malaikat yang menyertai kekuatan muslim dan atau para pihak yang berjuang menuntut keadilan. Maha Benar Allah.(*)
source: teropongsenayan.com

Subscribe to receive free email updates: