Warga NU Diharap Hati-Hati dengan Banyaknya Ajaran Baru
Pengajian PCNU Kab Ketapan Kalbar. (foto nu.or.id) |
Baiturahman News - Saat ini banyak umat yang kebingungan dalam
memahami sebuah ajaran agama dikarenakan banyaknya
pemahaman-pemahaman yang muncul dan tidak sampai kepada nalar umat.
Kebingungan tersebut dikarenakan minimnya pengetahuan agama dan
keyakinan yang kuat dalam memahami ajaran agama.
Menurut
KH Jema’ie Makmur, Ketua PCNU Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, tidak sedikit pemahaman yang baru ini telah mengubah
tradisi yang pernah dibawa oleh nenek moyang dan leluhur warga NU atau
bahkan para ulama-ulama NU. Banyak amalah-amalan warga NU yang semuanya
dinilai tidak benar dan dianggap sebagai bid’ah.
“Tahlilan,
membaca Yasin di kuburan, memperingati Maulid, dan lain-lain semuanya
mereka anggap bid’ah yang menyesatkan,” kata Jema’ie Makmur pada acara
pengajian di Masjid Pesaguan Kiri, Sabtu (20/8) yang dirilis NU Online Ahad 21 Agustus 2016.
Oleh
karena itu, ia mengingatkan kepada jamaah untuk tidak mudah goyah
dengan membenarkan dan menyakini apa yang mereka katakan. Apapun yang
selama ini menjadi amalan warga NU bukanlah tanpa dalil dan dasar
sebagaimana yang banyak mereka tuduhkan.
“Kita
memang bertaklid kepada ulama yang kita yakini mereka adalah orang
shaleh, tidak diragukan lagi keilmuannya, nasab keilmuannya jelas dan
faktanya sampai saat ini ulama-ulama yang menjadi rujukan warga NU,
makamnya tidak putus-putusnya selalu diziarahi,” Kata Pengasuh Pesantren
Hidayaturrahman Ketapang ini.
Pengajian yang
diadakan Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC NU) Kecamatan Hilir
Selatan ini dihadiri Ketua dan dan Sekretaris PCNU Kabupaten Ketapang
juga penceramah dari Pontianak Habib Fahmi Almutahar dan Habib Hamzah
Alqadrie. Hadir para tokoh agama dan undangan serta seluruh jajaran
pengurus MWAC NU Kecamatan Matan Hilir Selatan..
Sementara
Habib Fahmi Almutahar dalam ceramahnya mengatakan, Nahdlatul Ulama
adalah organisasi yang sangat tua yang dibangun oleh KH Hasyim Asy’ari,
seorang ulama besar, ulama karismatik, ulama yang memiliki
intelektualitas tinggi.
“Beliau seorang pendiri
NU yang gigih berjuang untuk memberikan keamanan, kenyamanan, dan
kemaslahatan bagi umat pada waktu itu hingga detik ini. Oleh sebab itu
bagi kita yang telah berbai’at kepadanya yang telah menghidupkan
organisasi NU ini bagi seluruh jajaran pengurus itu secara tidak
langsung telah berbai’at kepada KH Hasyim Asy’ari,” Kata Habib Fahmi
Dijelaskannya
KH Hasyim Asy’ari di masa hidupnya berguru kepada seorang ulama besar
yaitu Hadratussyekh KH Kholil Bangkalan, seorang ulama asal Madura.
“Siapa
yang tidak kenal dengan KH Kholil Bangkalan, seorang ulama besar dan
banyak menurunkan generasi-generasi madani, generasi-generasi qur’ani,
generasi-generasi yang menjadi harapan bangsa dan negara serta agama,
generasi yang insyaallah membawa ummat ke dalam ridha Allah Swt,” Jelas
Habib Fahmi
Menurutnya, KH Hasyim Asy’ari juga
juga pernah belajar kepada abah dari As-Sayyid Muhammad ataupun kakek
As-Sayyid Muhammad yang bernama As-Sayyid Abbas bin Alawi bin Maliki
seorang ulama yang berada di kota Haramain yang jumlah karangannya
ratusan kitab, yang murid-muridnya sampai ke generasi anak dan cucunya
yaitu As-Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki
Al-Hasani RA. Dan ini merupakan guru dari KH Hasyim Asy’ari pendiri NU.
Habib
Fahmi menjelaskan, kalau umat mau berpikir dan menyadari dengan keadaan
umat sekarang ini, maka harus kembali kepada ulama yang sebenarnya,
yaitu mereka yang keulamaannya nyambung kepada Nabi Muhammad Saw.
“Makanya
kita harus hati-hati di akhir zaman, silakan kita belajar kepada guru
manapun, tetapi kita harus jeli dan teliti, ini nasab keguruannya
nyambung atau tidak kepada Nabi Muhammad. Kalau nasab keilmuaannya tidak
nyambung khawatir ilmunya sesat dan alirannya berbeda,” Kata Habib
Fahmi mengingatkan.(Sayfiie Huddin/Mukafi Niam)