Misbachul Munir, Penulis Mushaf Al-Qur'an Raksasa Juga Imam Masjid Jami’ Kota Malang

(radarmalang)
BRNews - Ustad Misbachul Munir mengeluarkan satu per satu gulungan mushaf (bagian naskah Al-Qur'an yang bertulis tangan) dari dalam tabung silinder berbahan kertas, saat ditemui Radar Malang di rumahnya, Jalan Simpang Sukun Nomor 1/73, Kamis (13/4/2017). Mushaf itu berukuran 155 sentimeter x 245 sentimeter.

Dengan ukuran ini, mushaf karya Misbach lebih besar dari mushaf yang ada di Palembang. Seperti diketahui, mushaf yang ada di Pondok Pesantren Al-Ihsaniyah Gandus Palembang berukuran 177 sentimeter x 144 sentimeter.
Tak hanya sekadar besar, mushaf karya Misbach juga memiliki perwajahan yang indah. Mulai dari tulisan tiap ayat hingga ornamen pembingkainya. ”Setiap juz memiliki ornamen-ornamen yang berbeda,” ujar Misbach sambil membentangkan lembaran mushaf Al-Qur'an.
Penulisan mushaf tersebut seluruhnya dilakukan secara handmade (buatan tangan). Yakni dengan goresan tangan di kertas khusus setebal 300 gsm (grammage) yang diimpor dari Perancis. ”Karena itu, butuh waktu lama (untuk mengerjakan mushaf),” kata suami dari Latifah Handayani ini.

Misbach menyatakan, mushaf berukuran 155 sentimeter x 245 sentimeter ini merupakan mushaf ketujuh yang dia buat. Mushaf tersebut kali pertama diperkenalkan pada 2 Oktober 2016. Waktu itu, mushaf buatan Misbach diberi nama Mushaf Al Qur'an Raksasa Pusaka Agung Kota Malang.
Sejak di-launching tahun lalu, proses penyelesaian mushaf itu masih berlangsung hingga saat ini. ”Sekarang tuntas dua juz. Targetnya bisa selesai dalam waktu lima tahun ke depan,” kata bapak tiga anak ini dengan penuh semangat.
Seperti yang sedikit diulas di bagian awal tulisan ini, mushaf buatan Misbach menampilkan ornamen-ornamen berbeda di tiap juznya. Dari dua juz yang sudah ada, ornamen yang muncul adalah bentuk bunga-bunga.
Misbach sudah menyiapkan desain ornamen lain untuk 28 juz yang bakal dia garap. Mulai dari motif apel Malang, motif Mega Mendung dari Cirebon, motif Bali, motif Papua, motif dari Batak, motif batik Solo dan Pekalongan. Motif-motif Nusantara itu akan berpadu dengan motif khas Timur Tengah, juga dari daerah Tiongkok, India, hingga Turki.
Mushaf Al Qur'an Raksasa Pusaka Agung Kota Malang mungkin akan menjadi karya masterpiece dari Misbach. Sebab, ternyata sebelum ini, sudah ada enam mushaf yang dibuat oleh Misbach. ”Mushaf ketujuh ini yang paling besar,” ujar alumnus Pondok Pesantren At Thoriyah, Gresik ini.
Mushaf keenam yang dia buat pada 2011 lalu, sebenarnya juga tergolong besar. Yakni berukuran 90 sentimeter x 200 sentimeter. Bahkan, mushaf tersebut dikerjakan Misbach di Makkah. ”Karena ingin mengikuti jejak nabi, saya niatkan menulis di Gua Hira. Tapi waktu itu, ada banyak orang yang mengunjungi tempat itu. Jadi, saya tulis di tempat lain, yaitu puncak Jabal Tsur,” kata alumnus Pesantren Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari ini.
Jauh sebelum itu, Misbach kali pertama membuat mushaf pada 2005 silam. Mushaf itu memang hanya berukuran A3 (29,7 cm x 42 cm). Tapi yang istimewa, mushaf ini dipesan oleh warga Malaysia.
Mushaf tersebut diikutsertakan dalam pameran seni tradisional di Malaysia, 2005 silam. Berkat pembuatan mushaf itu, Misbach makin bersemangat menekuni dunia kaligrafi. Dunia yang sudah dia geluti sejak 1983.
Pria kelahiran Gresik itu mengaku, ilmu kaligrafi dia peroleh saat di bangku pendidikan pesantren. Sebab, Misbach sendiri tidak berkesempatan untuk melanjutkan studi lantaran keterbatasan ekonomi. ”Ketika di pesantren, saya juga ingin bisa belajar hidup dengan nyaman di sana. Dari situlah, saya mulai menekuni kaligrafi,” terang dia.
Awalnya, Misbach menggeluti kaligrafi karena faktor ekonomi. Dia butuh pekerjaan untuk bisa bertahan hidup. Dalam prosesnya, Misbach terus belajar. Mulai dari belajar secara otodidak selama dua tahun, antara 1983–1985 hingga belajar pada guru kaligrafi pada 1985. ”Banyak yang harus diperbaiki karena saya hanya belajar dan meniru dari buku. Makanya harus belajar dari guru,” ujarnya.
Hasilnya tak sia-sia. Kemampuan Misbach dalam menulis kaligrafi terus meningkat. Bahkan, Misbach mampu menyabet juara I lomba kaligrafi tingkat nasional yang digelar di Banda Lampung, 1988 silam.
Terhitung, sejak 1985 hingga kini, sudah ada 1.000 kitab berbahasa Arab yang disalin oleh Misbach. Mulai dari kitab yang paling kecil seperti safinatus sholah hingga kitab riyadus sholihin.
Tak hanya sebatas menulis kaligrafi, Misbach juga terus mengembangkan kemampuannya dalam membuat ornamen-ornamen (dekorasi kaligrafi).  ”Dengan bekal kemampuan itulah, membawa saya bisa melangkah sejauh ini,” pungkasnya.(radarmalang jawapos.com)

Subscribe to receive free email updates: