Pelatihan Agrobisnis Ponpes Agar Alumni Pesantren Handal dan Mandiri dalam Ekonomi

Pelatihan agrobisnis guru-guru ponpes di Aceh (foto Kemenag Aceh)
Sebanyak 30 guru pondok pesantren se Aceh mengikuti pelatihan agrobisnis bagi guru Pondok Pesantren se-Aceh di The Pade Hotel, Aceh Besar, Senin (13/7 /2020). Aceh merupakan salah satu dari 6 provinsi se Indonesia yang dipilih sebagai lokasi pelatihan, selain Jabar, Banten, Yogyakarta, Riau dan Lampung.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Aceh, Dr H Iqbal SAg MAg saat membuka Pelatihan Agrobisnis bagi guru Pondok Pesantren  mengatakan bahwa pelatihan agrobisnis di Aceh sudah sangat tepat, dikarenakan potensi pertanian di Aceh begitu besar.

"Kami mengapresiasi dan berterimakasih kepada tim Pusdiklat Jakarta yang telah memilih Aceh sebagai lokasi pelatihan bagi guru-guru Pondok pesantren, dan disini memiliki potensi pertanian yang besar," kata Iqbal.

Iqbal mengatakan pelatihan ini untuk menyahuti Undang-Undang nomor 18 tentang Pesantren yang disahkan presiden terkait penyelenggaraan pesantren, salah satunya sebagai fungsi pemberdayaan masyarakat.

"Pemerintah memberikan respek yang besar terhadap dayah, hal ini perlu kita sikapi bersama demi keberlangsungan pesantren yang lebih baik kedepannya, jadi alumni pesantren tidak hanya paham agama, tapi juga punya skil dan mandiri di segi ekonomi," kata Iqbal yang dilansir situs resmi Kemenag Aceh.

Dikatakannya, sesuai data Emis tahun 2020, Aceh memiliki 1.207 pondok pesantren dengan santri 243.890 orang, dan guru 20.842 orang.

"Peluang ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin, untuk pemberdayaan kader-kader pondok pesantren, menjadikan alumni pondok pesantren yang handal dan profesional," sebutnya.
Iqbal juga menjelaskan Provinsi Aceh memiliki 6 pesantren yang telah melaksanakan satuan pendidikan Muadalah, 15 Pesantren menyelenggarakan pendidikan kesetaraan baik tingkat Ula, Wustha dan Ulya, 2 pesantren menyelenggarakan pendidikan diniyah formal, dan 6 Ma'had Aly.

Ia berharap peserta untuk mengikuti acara dengan serius dan seksama, sehingga dapat dipraktekkan ilmunya di pesantren masing-masing.

Sementara, Kabid Penyelenggaraan Pusdiklat, H Efa Ainul Falah SAg MA mengatakan dipilihnya Aceh sebagai salah satu lokasi pelatihan, karena Aceh memiliki kekhususan terkait pesantren dan masuk zona hijau Covid-19.

"Alhamdulillah, kami sangat senang dan berterimakasih dengan sambutan yang luar biasa di Aceh, sebelumnya kegiatan ini selalu kita adakan di nasional, hanya 5 peserta mewakili tiap provinsi, namun disini peserta bisa menampung 30 pimpinan dan guru pondok pesantren," katanya.

Ia mengatakan kepada peserta untuk tetap menjaga kesehatan dan mengikuti protokol kesehatan penanganan covid-19.

"Kita ingin berdayakan pondok pesantren, karena pesantren punya peran penting, mari bersama-sama memberdayakan pesantren dari berbagai segi, kita ingin menumbuhkan kesepahaman betapa pentingnya pengelolaan sumber daya ekonomi, di semua lini, termasuk pesantren, jadi kita akan memiliki skil yang handal dan profesional yang dibutuhkan masyarakat," katanya.

Pelatihan dikemas selama 6 hari, 2 hari pembekalan materi, selanjutnya praktek lapangan berlokasi di Sekolah Menengah Kejuruan Pengembangan Pertanian Negeri (SMK-PPN) Saree Aceh Besar.((kemenag|alifah).

Subscribe to receive free email updates: