Meningkatkan Ibadahnya setelah Dilihat Orang, Ini Namanya Riya...

 
Jika seseorang mengetahui bahwa yang menggerakkannya untuk shalat malam adalah karena dorongan riya,‘ maka ia tidak akan menambah satu rakaatpun untuk mendapat pujian orang lain, tetapi jika ia melakukan shalat malam karena untuk menolak segala halangan dan ia melakukannya dengan gembira untuk bersaing dalam kebaikan.
Maka pekerjaannya sangat terpuji. Adapun tanda-tandanya, ia memperlihatkan dirinya jika ada sekelompok orang yang melihatnya, maka ia rajin mengerjakan shalat malamnya. Tetapi jika tidak ada seorangpun yang melihatnya, maka ia malas melakukannya.

Demikian pula seorang yang suka menghadiri pelaksanaan Shalat Jumat, adakalanya karena terdorong ingin dipuji orang lain. Jika ia mengetahui bahwa perbuatannya karena terdorong kecintaannya kepada agama, maka ia tidak boleh meninggalkan perbuatan baiknya.

Ada sekelompok orang menangis, kemudian ada sekelompok orang yang lain mgnghadiri majelis orang-orang yang menangis itu karena takut kepada Allah swt. Andaikata ia mendengar ucapan salah seorang tentunya ia tidak akan menangis.
Tetapi tangisannya mempengaruhi orang-orang yang lemah hatinya, sehingga ia berpura-pura menangis karena riya.‘ Tetapi adapula yang bersungguh-sungguh karena takut hatinya menjadi keras, sehingga ia menangis secara terpaksa, maka menangis seperti itu adalah terpuji.

Adapun tanda-tandanya kalau ia jujur jika mendengar tangisan mereka yang tidak dilihatnya, apakah hatinya merasa takut bahwa dirinya mempunyai hati yang keras, sehingga ia berpura-pura menangis ataukah tidak?

Sayyidina Luqman al-Hakim ra berkata kepada puteranya: 'Janganlah engkau menampakkan dirimu kepada orang lain bahwa engkau sebagai seorang yang takut agar mereka memuliakan dirimu, tetapi hatimu kosong.’

Demikian pula adakalanya seorang berteriak dan mengadu ketika membaca al-Qur'an atau ketika mendengar dzikir. Adakalanya orang semacam itu benar-benar karena takut kepada Allah swt.

Akan tetapi adakalanya pula ia berbuat demikian karena takut jika hatinya dianggap terlalu keras, sehingga ia memaksa untuk berpura-pura susah ketika mendengar bacaan al-Qur’an, tentunya perbuatan orang itu adalah terpuji.

Adakalanya harapannya memang benar karena ia selalu merasa susah agar ia diketahui sebagai seorang yang sangat cinta kepada al-Qur'an. Jika ia tidak mempunyai perasaan seperti itu, maka ia termasuk riya.‘ Jika seorang telah berbuat riya,’ maka seluruh amal kebajikannya akan sia-sia dan tidak mendapat pahala dari Allah swt.

Adakalanya keluhan disebabkan oleh perasaan susah, tetapi jika keluhannya bertambah panjang ketika ia mengeraskan suaranya, maka hal itu sudah menunjukkan perbuatan riya. Jika ia menangis karena perasaan takutnya kepada Allah swt, maka adakalanya seorang tidak bisa membendung perasaan takutnya kepada Allah swt.
Tetapi adakalanya diikuti dengan perasaan riya,’ sehingga ia makin bertambah menangis atau makin mengeraskan suaranya atau ia menahan air matanya, sehingga ia terlihat bahwa ia telah menangis karena takut kepada Allah swt. Ia mendengar dzikir, sehingga kekuatannya menjadi lemah karena ia merasa takut kepada Allah swt.

Kemudian ia terjatuh sehingga ia merasa malu karena ia takut dikatakan: 'Sesungguhnya ia jatuh tidak karena hilang akalnya atau keadaannya sangat keras.‘ Maka orang yang berperilaku seperti itu adalah orang-orang yang benar-benar dalam perasaan ikhlasnya.
Wallohu a'lam bishshowaab...
Al-qabas an-Nuur al-Mubiin min Ihya' Ulumuddiin
Karya: Al-'Allamah Al-Habib Umar bin Muhammad bin  Salim bin Hafidz
Diterjemahkan oleh : Yunus bin Ali al-Muhdhor

Post a Comment for "Meningkatkan Ibadahnya setelah Dilihat Orang, Ini Namanya Riya..."