Tokoh Bali Temui Menparekraf Klarifikasi Destinasi Ramah Muslim


Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio berfoto bersama sejumlah komponen pariwisata Bali disela-sela acara dialog (Antara/Ist).

Sejumlah komponen pariwisata Bali menemui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio pada Kamis kemarin (14/11) untuk mengklarifikasi pernyataan yang santer terkait hendak menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang ramah Muslim.

"Kami di industri pariwisata khususnya sebagai warga Bali adalah pribadi-pribadi yang sangat dialogis dalam menyikapi berbagai hal. Agar tidak bergulir tambah liar dan menimbulkan efek negatif bagi bisnis pariwisata secara umum, kami pikir harus ada tindakan holistik dan mampu membuat semua pihak dapat mengklarifikasi atas isu tersebut," kata Ketua PHRI Badung yang juga Ketua BPPD Badung I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, di Denpasar, Jumat (15/11/2019).

Dalam pertemuan yang diinisiasi Rai Suryawijaya itu, juga turut delapan tokoh pariwisata Bali lainnya yakni Ida Bagus Agung Partha Adnyana (Ketua GIPI Bali), I Made Sudjana (Ketua STPBI), I Gusti Agung Ngurah Darma Suyasa (Ketua Suksma Bali 2019), dan Yoga Iswara (President Director GHE dan Sekjen BVA).

Selain itu, I Ketut Swabawa (Wakil Ketua DPD IHGMA Bali), Ketut Jaman (Tim Ahli Gubernur Bali), Jaya Ishwari (BPPD Badung) dan Levie Lantu (Consultan Bali Convention Exhibition Bureau).
Menurut Rai, dalam dialog yang disiapkan dengan matang melalui komunikasi yang intensif dengan Menparekraf langsung itu, dialog berjalan sangat akrab dan penuh motivasi konstruktif selama tiga jam.
Rai mengemukakan dialog berupa pemaparan dari Menparekraf diawali dengan permohonan maaf Menparekraf karena belum sempat ke Bali yang sedianya dijadwalkan minggu ini, serta dalam konteks berita yang beredar disampaikan bahwa dalam "media conference" tersebut mengarahkan opini ke arah wisata halal yang pada saat itu disampaikan oleh Menparekraf sebagai destinasi ramah wisatawan Muslim.
"Jadi pertanyaan tersebut saya jawab bahwa kita akan sediakan 'friendly moeslem tourism', bukan menjadikan Bali sebagai wisata agama tertentu, istilah 'friendly' ini kan menyejukkan, bukan antipati. Bahkan saya tahu sendiri banyak hotel-hotel di Bali juga sediakan mushala untuk sembahyang, dan tidak pernah ada informasi diskriminasi bagi wisatawan dari agama tertentu," kata Rai mengutip pernyataan Menparekraf dikutip Antara.

Oleh karena itu, lanjut Rai, persoalan dugaaan pernyataan wisata ramah muslim dari Menparekraf yang santer beredar selama ini sudah selesai.

"Pak Menteri sudah menyampaikan beberapa kali kepada pihak yang ditemui selama ini, dan kami bantu Beliau dengan menyebarluaskan visi dan misinya agar kita benar-benar fokus pada 'quality tourism' dan manfaat bagi seluruh anak bangsa," ujarnya.

Menparekraf juga menyampaikan sejumlah program yang ditujukan untuk Bali yakni berkomitmen menjaga dan menguatkan Bali dari sisi tradisi, budaya , alam dan kesenian, menggarap rencana "Asia Pacific Film Festival" di Bali, nengajukan "World Beach Games 2020" di Bali, mengusulkan "MTV Awards" di Bali dan membawa syuting film Holywood ke Indonesia dan Bali.
Sementara itu, di bidang penguatan destinasi, Ketua GIPI Bali IB Agung Parta menyampaikan bahwa Bali  memiliki potensi sangat besar ke depannya. Bali, ujarnya, memiliki soliditas yang konsisten di industri kepariwisataan dengan melibatkan seluruh asosiasi yang ada.
"Kita ingin kondusitivitas pariwisata bisa terjaga sehingga para wisatawan nyaman datang ke Bali. Isu-isu yang kurang relevan dengan pariwisata yang bersifat global ini harus segera dituntaskan," ucap pria yang akrab disapa Gus Agung ini. (antara/ulul).

Subscribe to receive free email updates: