Wafa Dhia F. Khoirunnisa, Bocah Kecil Sudah Menanggung Beban Hidup

WAFA DHIA FAIHA KHOIRUNNISA
BaiturahmanNews -- Garis hidup berliku mesti dilakoni Wafa Dhia Faiha Khoirunnisa. Sejumlah kemalangan yang menimpa orang tuanya membuat bocah delapan tahun tersebut mesti menjalani masa kecil yang berbeda dibanding anak-anak seusianya.

Jurang dalam hidup bocah warga Dusun Penthur, Desa Selondoko, Kecamatan Ampel tersebut dimulai pada dua tahun lalu, ayahnya, Suyadi (37) yang berkerja sebagai buruh terjatuh dari pohon kelapa yang membuat satu tangannya diamputasi dan lumpuh karena tulang belakangnya patah. Cerita kemalangan berlanjut. Sekitar 1,5 tahun lalu ibunya meninggal dunia pasca proses persalinan adiknya.
Beban yang mesti dijalani kian bertambah, saat ayahnya sejak sepekan terakhir menjalani perawatan di rumah sakit karena menderita batu empedu. Beruntung, dukungan moril dan finansial dari kerabat dan warga sekitar cukup meringankan beban hidup yang dipanggulnya.
Saat ditemui wartawan, Senin (25/7/2016), Wafa mengatakan, karena sudah ditinggal sejak kecil, ia hanya dapat mengingat sosok ibunya secara samar-samar. Sejak kemalangan yang menimpa keluarganya, seluruh keperluan hidup ia dan ayahnya ditanggung oleh bibinya, Jamilah (34), yang sehari-hari hanya berjualan jajanan sekolah. Sementara adiknya kini dirawat oleh nenek dari pihak ibu.
“Yang saya lakukan saat ini adalah fokus sekolah dan belajar. Sebab kalau ada apa-apa yang mengurus adalah bibi saya,” kata Wafa.
Beruntung, keguyuban warga desa masih terjalin erat. Tiap selapanan atau 35 hari hitungan jawa, warga secara kolektif mengumpulkan donasi seikhlasnya untuk mengurangi beban Wafa dan keluarganya. Sementara untuk keperluan Sekolah bocah yang saat ini duduk di kelas dua SD IT An Nur, Selondoko, Ampel, tersebut seluruhnya digratiskan oleh pihak sekolah. Sedang untuk keperluan lain seperti seragam, makan siang dan sebaganya ditanggung oleh perkumpulan wali murid kelas Wafa. Terlebih Wafa dikenal sebagai anak yang rajin dan bagus dalam bersosialisasi.
Jamilah, bibi Wafa menjelaskan, sumbangan dari masyarakat sekitar yang bersimpati pada nasib bocah tersebut sangat membantu. Bahkan untuk pengobatan ayah Wafa yang saat ini terbaring di RS, selain dari BPJS, juga ada dermawan yang ikut mengulurkan tangan.
“Dukungan masyarakat selama ini sangat membantu kami,”ucapnya lirih.
Namun karena harus mengurus banyak orang, yakni Wafa dan ayahnya, ibunya, serta satu orang anaknya yang masih berusia empat tahun, ia kadang berhutang mengingat hasil kerjanya sebesar Rp 20 ribu sehari hasik berdagang jajanan tak mampu menutupi seluruh kebutuhan tersebut. (krjogja)

Subscribe to receive free email updates: