إنَّ الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن
شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا
مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ. أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا
اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
اَللَّهُمَّ صَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ
تَبِعَ هُدًى يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ يَاأَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً
وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ
كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ
لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ
فَوْزًا عَظِيمًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Salah satu bacaan penting dalam shalat adalah surat Al-Fatihah.
Sekurang-kurangnya 17 kali ummat Islam membacanya setiap hari. Di antara
kalimat penting dalam Al-Fatihah adalah: Hanya kepadaMu kami menyembah
dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan.
Lagi-lagi kita ikrar kepada Allah untuk beribadah hanya kepadaNya, kita
tidak bergeser sedikitpun dari kondisi ini. Seluruh hidup, kita baktikan
kepada Allah semata. Janji kita ini senada dengan tujuan penciptaan
manusia.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Yang paling penting dari itu semua adalah, bagaimana membuktikan
janji-janji yang selalu kita ucapkan dan kita ulang-ulang setiap hari
itu? Kita khawatir jika nanti apa yang kita ucapkan, dengan kenyataannya
jauh berbeda, bila demikian apa bedanya dengan orang-orang munafiq?
Berdasarkan hadits Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , bahwa
tanda-tanda orang munafiq itu ada tiga, jika bicara bohong, jika
bersumpah khianat, jika janji mengingkari. Begitulah rambu-rambu yang
disampaikan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam.
Karenanya kita harus
benar-benar mengabdikan seluruh hidup kita untuk Islam, hidup dalam
Islam dan untuk Islam, yang pertama-tama harus kita lakukan adalah
memahami tujuan hidup itu sendiri. Kita harus tahu dan yakin bahwa hidup
ini memang untuk beribadah, bukan untuk main-main. Allah menciptakan
dunia seisinya ini punya tujuan. Tidak ada yang sia-sia dan tidak ada
yang tidak berguna. Apakah kamu mengira bahwa kami menciptakan kalian
sia-sia dan bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami?, Maka Maha
Tinggi Allah Raja yang sebenarnya, Tiada Tuhan selain Dia, yang
mempunyai arsy yang mulia. (QS. Al-Mukminun 115-116)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Karena Allah Subhannahu wa Ta’ala menciptakan kita tidak main-main,maka
kita juga harus serius dalam hidup ini. Pengabdian dan ketaatan kita
kepada Allah tidak boleh asal-asalan. Beribadah kepada Allah harus
dijadikan prioritas. Jangan sampai ibadah hanya dijadikan kegiatan
sampingan. Manfaat dari ibadah ini bukan untuk Allah,tetapi semata-mata
untuk kita sendiri. Allah tidak butuh apa-apa dari kita. Jika seluruh
jin dan manusia sejak diciptakan hingga sekarang patuh dan tunduk kepada
Allah,tidak sedikitpun menambah kekuasaanNya, begitu pula sebaliknya,
jika semua makhluk ingkar kepada Allah, tidak sedikit pun mengurangi
kebesaran Allah Subhannahu wa Ta’ala . Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan
manusia, melainkan agar mereka mengabdi kepadaKu. Aku tidak menghendaki
rizki sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menginginkan mereka memberi
makan kepadaKu. Sesungguhnya Allah. Dialah Maha Pemberi rizki, Yang
memeliki Kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-Dzariyat 56-58).
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Setelah memahami bahwa hidup ini sepenuhnya untuk ibadah, maka kita
harus mengerti pula arti kedudukan dunia, dimana kita hidup di
dalamnya.Allahmenjelaskan dalam firmanNya: Dan tidaklah kehidupan dunia
ini, melaikan main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung
akhirat lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu
memahami. (QS. Al-An’am 32). Ayat ini menginformasikan kepada kita bahwa
ada kehidupan yang lebih serius dari pada kehidupan dunia, kehidupan
itu lebih panjang dan lebih baik. Itulah kehidupan akhirat. Di sanalah
hakekat kehidupan yang sebenarnya. Karenanya kita harus menyikapi
kehidupan dunia ini sebagai tempat investasi atau menabung. Di dunia ini
kita menanam, sedang buahnya nanti kita nikmati di akhirat, Jika dunia
ini sudah dapat dinikmati, ketahuilah bahwasanya itu hanyalah percikan
saja. Karena dunia ini tempat bertanam maka kita harus kerja keras
semasa masih diberi kehidupan, jika kita menanam jagung,jangan harap
memetik padi, jika kita menanam kebaikan sudah barang tentu kita akan
menuai kebaikan yang berlipat ganda . Begitu juga sebaliknya. Adapun
mereka yang tidak memahami hidup atau arti hidup di dunia ini, akan
memanfaatkan kesempatan yang ada hanya sekedar untuk makan dan
bersenang-senang saja. Mereka mengira bahwa dunia ini satu-satunya
kehidupan.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Mereka tidak mempunyai harapan kecuali balasan di dunia ini. Jika mereka
berbuat baik, mereka mengharapkan imbalan di dunia saja. Itulah
sebabnya kematian bagi mereka adalah akhir segala-galanya. Dan mereka
berkata: kehidupan dunia ini tidak lain kecuali kehidupan di dunia saja,
kita mati dan hidup, dan tidak ada yang bisa membinasakan kita kecuali
waktu, dan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentamg itu, Mereka tidak
lain hanyalah menduga-duga saja. (QS. Al-Jatsiyah 24).
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Karena pandangan mereka tentang kehidupan dunia seperti itu maka semasa
hidupnya hanya dipakai untuk mengejar kesenangan hidup saja. Kesenangan
menjadi tujuan hidupnya. Hedonisme atau hura-hura menjadi ideologinya.
Allah menggambarkan kehidupan mereka dalam firmannya: Dan orang-orang
kafir bersenang-senang dan makan bagaikan makanannya binatang ternak.
Dan Nerakalah tempat tinggal mereka. (QS. Muhammad 12) Sebagian di
antaranya mereka ada yang senang kepada perhiasan hingga menjadi hamba
perhiasan. Ada yang cinta kepada harta, sehingga ia menjadi budak harta.
Ada yang tergila-gila kepada wanita, sehingga mereka bertekuk lutut di
bawah kemauan wanita. Kepada mereka Rasulullah memberi ancaman:
Binasalah hamba dinar, binasalah budak dirham, binasalah hamba-hamba
sutera atau perhiasan. (HR. Al-Bukhari)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Perbedaan orang kafir dengan orang beriman dalam meman-dang kehidupan
dunia itu amat jauh, orang kafir memandangnya sebagai satu-satunya
kehidupan. Sedangkan orang mukmin memandangnya sebagai jembatan menuju
kehidupan yang hakiki. Orang kafir memandangnya dunia ini sebagai tempat
untuk bersenang-senang dan melampiaskan segala keinginan, sementara
orang mukmin memandang dunia ini tempat menanam. Buah tanaman itu tidak
harus dinikmati sekarang, tetapi ditunggu pada kehidupan akhirat nanti.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Perbedaan cara pandang ini tentu saja menimbulkan cara bersikap dan
berperilaku. Orang beriman tidak mungkin berbuat culas, malas dan
maksiat. Sebab mereka tahu dan betul-betul yakin, bahwa setiap amalnya
dilihat dan dihitung oleh Allah, sedikit atau banyak pasti ada
balasannya. Barangsiapa melakukan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya
ia akan melihat (balasannya). Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan
seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya. (Al-Zalzalah
7-8) Karenanya seorang muslim tidak mungkin mau menjual agamanya untuk
dunianya. Tak hendak menukar akhiratnya demi kenikmatan dunia yang
sifatnya sesaat. Mereka lebih mengorban-kan kenikmatan dunia dari pada
kehilangan akhirat? Apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai
ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini
(dibandingkan) dengan kehidupan akhirat hanyalah sedikit (tidak
sebanding). (QS. At-Taubah 38). Akan tetapi semua perjuangan kita itu
bukan semata-mata untuk kehidupan di dunia, bahkan itu semua kita
peruntukkan bagi bekal kehidupan di akhirat.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Selain mengerti dan memahami arti dan posisi kehidupan dunia, kitapun
harus selalu ingat mati. Kematian itu sebuah kepastian. Setiap yang
hidup pasti mati. Itulah sebabnya kita tak perlu takut mati, yang kita
takuti adalah kehidupan setelah mati. Firman Allah:
Semua yang ada di bumi ini akan binasa. Dan tetap kekal Dzat TuhanMu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan. (Ar-Rahman: 26-27)
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Jika kita sudah tahu tujuan hidup, memahami arti dan posisi kehidupan
dunia ini, tahu dan meyakini pula kepastian mati, maka tiada jalan lain
kecuali pasrah diri kepada ilahi. Kita siap diatur dan mentaati seluruh
peraturan Islam tanpa reserve. Untuk itu kita perlu mempelajari dan
mengerti syari’at Islam. Kita harus tahu seluk beluk ajarannya, agar
tidak meraba-raba lagi. Kita berjalan di atas sebuah kepastian, yaitu
jalan keselamatan. Jika sudah kita temukan jalan ini, tak perlu lagi
tengok kanan, tengok kiri. lurus berjalan saja mengikuti rel ini.
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Meskipun tekat dan komitmen kita sudah bulat, bukan berarti tantangan
sudah selesai. Justru di sini tantangan dan cobaan akan datang silih
berganti. Syaitan tidak pernah rela kita berada dalam bimbingan iman.
Syaitan adalah musuh bebuyutan manusia, yang tidak senang masuk Neraka
sendirian. Mereka akan menggalang kekuatan untuk mempengaruhi manusia.
Tidak tanggung-tanggung mereka membuat konspirasi untuk menghabisi ummat
Islam atau ummat Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam . Rasulullah
Shalallaahu alaihi wassalam bersabda, artinya:
Sesungguhnya syaithan duduk pada beberapa jalan untuk menggoda anak cucu
Adam. Dia duduk di jalan Islam, lalu ia berkata: Engkau masuk Islam,
dan engkau tinggalkan agamamu dan agama nenek moyangmu? Lalu manusia
membantahnya dan tetap dalam Islam. Kemudian syetan duduk pada jalan
hijrah..? Akankah engkau tinggalkan tanah airmu? Lantas manusia
membantahnya dan tetap berhijrah. Syaitan pun duduk di jalan jihad, dan
berkata: Engkau akan Jihad? Padahal perjuangan ini menghilangkan harta
dan jiwa. Engkau berperang kemudian engkau mati atau terbunuh, lalu
nanti istrimu dinikahi orang dan hartamu dibagi-bagikan?. Tetapi manusia
membantahnya dan terus berjihad. Kemudian Rasulullah bersabda ”
Barangsiapa yang melakukan demikian, kemudian mati maka adalah hak Allah
untuk memasukkan ke dalam Surga.” (HR. Ahmad dan An-Nasai dari Sabrah
bin Fakih).
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Semoga Allah Subhannahu wa Ta’ala memberikan kekuatan kepada kita
sehingga betul-betul faham makna hidup, teriring kebahagiaan di dunia
sampai akhirat kelak.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ،
وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ
وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا
اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا} ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ
بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ
وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}. اَللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ،
وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا
آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ
أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ
الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ
Khutbah Ke 2
ااَلْحَمْدُلِلّهِ حَمْدًاكَثِيْرًاكَمَااَمَرَ. وَاَشْهَدُاَنْ لاَاِلهَ
اِلاَّللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ. اِرْغَامًالِمَنْ جَحَدَبِهِ
وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُاَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
سَيِّدُاْلاِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَااتَّصَلَتْ عَيْنٌ
بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ اَمَّا بَعْدُ : فَيَااَ يُّهَاالنَّاسُ !!
اِتَّقُوااللهَ تَعَالىَ. وَذَرُوالْفَوَاحِشَ مَاظَهَرَوَمَابَطَنْ.
وَحَافِظُوْاعَلىَ الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ.
وَاعْلَمُوْااَنَّ اللهَ اَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَفِيْهِ بِنَفْسِهِ.
وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ قُدْسِهِ. فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ
قَائِلاًعَلِيْمًا: اِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ
النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْاتَسْلِيْمًا. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلىَ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَاصَلَّيْتَ عَلىَ
سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلىَ اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ. فىَ
الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌمَجِيْدٌ اَللّهُمَّ
اغْفِرْلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ بِرَحْمَتِكَ
يَاوَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّاالْغَلاَءَ
وَالْوَبَاءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ.
وَسُوْءَالْفِتَنِ مَاظَهَرَمِنْهَا وَمَابَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
هَذَاخَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِبَلاَدِالْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَارَبَّ
الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا،
وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا
ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ رَبَّنَااَتِنَافِى الدُّنْيَا حَسَنَةً
وَفِى اْلاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
sumber: ishomedia
Sangat membantu para khatib di daerah
ReplyDelete