Menabung 20 Tahun, Akhirnya Matnazu Si Tukang Becak Naik Haji
Matnazu (kemenag). |
BRNews.id - Ibadah
haji bagi umat muslim merupakan ibadah yang dicita-citakan banyak
orang. Namun nyatanya tidak semua umat muslim dapat mewujudkan cita-cita
mulia tersebut.
Banyak hal yang mempengaruhui cita-cita tersebut untuk
tidak dapat dipenuhi. Salah satunya kesanggupan umat itu sendiri. Namun
hal itu agaknya tidak berlaku kepada Matnazu Mucari Bungkas, kakek
berusia 71 tahun asal Kota Surabaya.
Warga
Simo Hilir Sukomanunggal itu rela menarik becak selama 22 tahun demi
memenuhi kebutuhan hidupnya dan menabung untuk berhaji. Matnazu mengaku
selama puluhan tahun bekerja, ia tidak tertarik untuk membeli perabotan
mewah. Meski berdinding tembok, di dalam rumahnya tidak terpajang barang
bernilai jutaan rupiah. Menurut kakek dari 20 cucu ini yang sangat
berharga ialah becak tua yang bersandar di depan rumahnya.
“Mau
beli apa nak, masak orang miskin kayak aku ini mau beli barang mewah.
Ya becak itu nak yang berharga untuk keluarga saya nak,” ucap Matnazu.
Dengan
becak tua itulah, Matnazu menghabiskan waktu sehari-hari. Mengais
rezeki untuk menafkahi keluarga dan menghidupi anak-anaknya yang
sekarang tinggal sembilan orang setelah tiga di antaranya meninggal
dunia.
Menarik
becak ia jalani mulai tahun 1997, meski penghasilannya tidak seberapa,
namun pada waktu itu dari menarik becak cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Namun, selang beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2004,
menurut Matnazu penghasilan dari menarik becak mulai menurun.
Hal itu
dikarenakan peminat becak yang mulai sepi. “Kalau awal-awal saya narik
becak itu nak, sehari penghasilannya itu 50.000 sampai 100.000, tapi
semakin kesini peminat becak mulai sepi, sehari biasanya hanya 30.000
sampai 50.000,” ujar Matnazu mengeluh.
Kondisi
demikian nyatanya keinginan Matnazu untuk berhaji tidaklah surut. Sisa
uang belanja keluarga ia tabung untuk menunaikan rukun Islam yang
kelima. “Ada berapa sisa uang untuk belanja, saya tabungkan nak,” pungkasnya.
Kakek
yang pernah berprofesi sebagai kuli angkut ini mengaku keinginannya
untuk berhaji timbul saat ia menikah dengan Sanatun pada 1972 silam.
Istrinya yang yang telah meninggal 15 tahun silam itulah yang awalnya
menabung dan terbiasa mengatur keuangan hasil keringat Matnazu. Namun
sejak istrinya meninggal, Matnazu ahirnya menyimpan tabungannya sendiri.
“Saya
nabung haji semenjak ditinggal istri itu ya sendiri nak, saya masukkan
ke arisan. Kalau tidak begitu ya habis, nggak bisa haji saya,” sahut
Matnasu dengan senyum lebar.
Matnazu
mengaku ketika di rumah ia tidak bisa bermalas-malasan di rumah.
Menurutnya jika ia berdiam di rumah justru membuatnya jatuh sakit.
Pagi-pagi sekali kakek berdarah Madura ini mangkal di Pasar perumnas
Sukomanunggal. “Saya ini tidak bisa diam di rumah nak, bahkan saya
kemaren sebelum berangkat saja saya masih narik becak,” sambung Matnazu.
Rupanya
Matnazu tidak hanya bekerja sebagai penarik becak. Setelah menikah pada
1972, ia pernah bekerja sebagai kurir di kawasan Jembatan Merah Plaza.
Kemudian, Matnazu bekerja sebagai karyawan di perusahaan ekspedisi.
Namun, pada 1997 perusahaan tempat Matnazu menaruh harapan itu gulung
tikar.
Matnazu
sempat bingung mencari pekerjaan, anaknya banyak, dan semuanya
bersekolah. Akhirnya, dengan sisa uang tabungan yang tinggal Rp 150
ribu, Matnazu membeli becak. Dari becak itulah, Matnazu bakal
menyempurnakan rukun Islam kelima. ’’Semoga mabrur dan kembali dengan
selamat,” ujarnya penuh harap.
Matnazu
yang tergabung dengan kloter 28 asal Kota Surabaya tersebut diterbangkan menuju Tanah Suci pada Selasa (16/7) pukul 06.30 WIB
menggunakan pesawat Saudia Airlines. (kemenag jatim/ulul).