KH. Said Aqiel Siroj Tegaskan NU Didirikan untuk Bangun Ukhuwah
kh said aqiel siroj |
Demikian ditegaskan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Sirodj kepada peserta jalan sehat dalam
rangka Peringatan Hari Lahir (Harlah) ke - 96 NU yang dihelat PCNU Kota
Semarang Jateng di Jalan Pemuda depan gedung Balaikota Semarang, Ahad
(24/3/2019).
"Warga NU sangat jelas memiliki
ideologi ahlussunnah wal jamaah yang ajarannya adalah membangun ukhuwah,
baik ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathoniyah, maupun ukhuwah
basyariyah," tuturnya.
Dalam keterangan tertulisnya, Kiai Said menyatakan, NU senantiasa
mengikuti ajaran Nabi Muhammad yang mendapat perintah dari Allah SWT
untuk membentuk organisasi yaitu umat. "Umat yang bagaimana? Umatan wasathan, yaitu ummat yang moderat, tidak radikal, tidak ekstrim dan apalagi menjadi teroris," tuturnya.
Seraya
mengutip ayat Al-Qur'an surat Al-Baqarah ayat 143, Kiai Said
menerangkan, Rasulullah diperintah menyatukan umat. Umat yang moderat
dan membawa Islam sebagai rahmat bagi seluruh semesta alam.
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُونَ الرَّسُولُ عَلَيْكُمْ شَهِيدًا
Demikian
pula Kami telah menjadikan kalian (umat Islam) umat yang adil dan
pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian (QS al-Baqarah
[2]: 143)
Disebutkan Kiai Said, NU didirikan oleh Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari mengambil pedoman tersebut menjadi Madzhab Mutawassith. Yaitu jalan tengah, tidak ekstrem. Itulah sebabnya, lanjut dia, prinsip NU adalah tawasuth, tasamuh, tawazun, dan i'tidal.
Kemudian
Kiai Said mengisahkan, tahun 1936 ketika Muktamar NU digelar di
Banjarmasin, Kalimamtan Selatan, para ulama memutuskan Indonesia adalah
Darussalam, negara yang damai. Bukan Darul Islam, bukan pula Darul Kufr. "Keputusan Muktamar NU tersebut dalam bahasa populernya adalah Nation State," ujarnya.
Konsekwensi
dari prinsip dan haluan NU tersebut, sambung Kiai Said, NU menegaskan
bahwa kaum pemeluk agama selain Islam di Indonesia tidam boleh disebut
kafir. Melainkan non muslim. Karena yang berlaku adalah muwathanah, kewarganegaraan. "Asal Warga Negara Indonesia, apapun agama dan kepercayaannya, maka hak dan kewajibannya sama," tandasnya.
Lebih
lanjut dia uraikan, pada tahun 1945, baru saja bangsa Indonesia
merdeka, negara-negara barat yang bergabung dalam barisan Sekutu (Allied Forces)
hendak datang lagi untuk mengembalikan Belanda menjajah Indonesia.
Pasukan yang datang adalah NICA. Saat itu, kata dia, Presiden Soekarno,
Wapres Muhammad Hatta dan Panglima Jenderal Soedirman dilanda
keresahan, resah karena tentara belum kuat. Maka yang paling
memungkinkan adalah melakukan perlawanan rakyat.
"Lantas
siapa yang bisa menggerakkan rakyat? Siapa yang mampu memberi komando
perang kepada rakyat? Satu-satunya yang diyakini bisa adalah KH Hasyim
Asy'ari, Rais Akbar Nahdlatul Ulama. Maka pemerintah mengutus delegasi
untuk meminta fatwa KH Hasyim Asy'ari," tutur Kiai Said.
Kiai
Said menambahkan, Muktamar NU di Situbondo Jawa Timur tahun 1984
menyatakan bahwa NKRI, Pancasila adalah harga mati, sudah final. Tidak
boleh diperdebatkan lagi.
Di akhir pidatonya,
Kiai Said berpesan kepada warga Kota Semarang agar menjaga perdamaian,
kerukunan, dan mengawal Pemilu agar tenteram."Selamat harlah NU.
Cintailah, jagalah, dan kawal Semarang. Mari kawal Pemilu agar tetap
tenteram," pungkasnya.
Kiai Said didampingi
Ketua PP LP Ma'arif NU KH Arifin Junaidi, Pengurus PP GP Ansor
Mujiburrohman, Ketua PWNU Jateng HM Muzammil, Wali Kota Semarang
Hendrar Prihadi, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryati Rahayu,
Rais Syuriyah PCNU Kota Semarang KH Hanief Ismail, Ketua PCNU Kota
Semarang H Anasom dan sejumlah pimpinan lembaga dan badan otonom NU
Jateng maupun Kota Semarang, serta sejumlah pemimpin ormas lain dan
pejabat pemerintah lantas mengibarkan bendera lambang olahraga untuk
membuka acara Jalan Sehat berhadiah 4 paket umroh yang diikuti oleh 50
ribu warga NU Kota Semarang.