Sidak Pelayanan e-KTP, Bima Arya: Jangan Main-main dengan Pelayanan Warga
foto humas pemkot bogor |
BRNews.id - Wali Kota Bogor Bima Arya melakukan
inspeksi mendadak (sidak) ke kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Disdukcapil) Kota Bogor, Jalan Pandu Raya, Bogor Utara, Kamis
(17/1/2019).
Dilansir website Pemkot Bogor, sidak tersebut dilakukan untuk
menjawab banyaknya keluhan warga mengenai lamanya proses pencetakan
e-KTP hingga adanya dugaan pungutan liar.
Di tengah rintik hujan yang mengguyur
Kota Bogor sejak pagi, Bima Arya tiba di Disdukcapil sekitar jam 10.30
WIB. Tanpa basa-basi, ia kemudian mengecek ke setiap ruangan demi
ruangan untuk memastikan tidak adanya orang lain selain petugas di dalam
ruangan.
Kemudian Bima Arya meminta kepada semua
pegawai keluar ruangan untuk dimintai penjelasan mengenai kondisi
sebenarnya.
“Saya masih menerima keluhan dari warga soal persoalan warga
mengurus e-KTP. Apa yang sebetulnya terjadi? Cuma ada dua kemungkinan.
Pertama, persoalan yang tak bisa kita selesaikan karena terkait sistem
dari pusat. Atau kedua, ketidakmampuan kalian untuk melayani warga
dengan lebih baik,” ungkap Bima di hadapan puluhan pegawai Disdukcapil.
Bima Arya pun mengutarakan kemarahannya
ketika ada banyak warga yang mengadu melalui sosial media dan pesan
singkat ke ponselnya bahwa ada permainan oknum di Disdukcapil yang
diduga melakukan pungutan liar untuk memuluskan pencetakan e-KTP.
“Ada yang sudah bertahun-tahun belum
jadi. Saya jelaskan bahwa persoalannya adalah blanko dari pusat yang
dikirim terbatas. Tapi dibantah dengan cepat oleh warga yang bilang
temannya, tetangganya bayar sekian, selesai lebih cepat. Saya ingin
pastikan apa yang terjadi di sini,” tandasnya.
Bima berjanji akan membongkar dugaan
pungli tersebut karena menurutnya keluhan warga tersebut merupakan
persoalan yang sangat keterlaluan jika benar dilakukan oleh ASN.
“Tragis
sekali. Masa yang kayak begini saja dibisniskan. Ini terlalu menurut
saya. Indikasi oknum ada. Kenapa bisa lambat? Kalau tidak malas, ya
berarti ada permainan. Siapa yang melakukan? Saya akan telusuri terus.
Bisa ada keterlibatan orang dalam, atau bisa juga ada paksaan dari pihak
luar dan yang di dalam tidak menerima uang. Saya minta ditelusuri ini
semua,” jelas dia. (azka).