Ini Penjelasan Kiai Ishomuddin Tentang Cadar
BRNews - Polemik pemakaian cadar oleh mahasiswi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berupaya melakukan
pembinaan kepada para mahasiswi bercadar.Rektor
UIN Sunan Kalijaga Prof Yudian Wahyudi menandatangani Surat Edaran
Nomor B-1301/Un.02/R/AK.00.3/02/2018 perihal Pembinaan Mahasiswi
Bercadar.
Surat edaran itu ditujukan pada Dekan Fakultas, Direktur Pascasarjana, dan Kepala Unit atau Lembaga pada 20 Februari 2018.
Mereka
diminta untuk mendata dan membina mahasiswi bercadar dan data diberikan
kepada Wakil Rektor III paling lambat 28 Februari 2018.
Mengenai cadar itu sendiri, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul
Ulama (PBNU) KH Ahmad Ishomuddin mengatakan, cadar bukan tradisi umat
Islam Indonesia.
Menurutnya,
cadar merupakan tradisi orang-orang Timur Tengah yang sering dirinya
lihat langsung ketika bertandang ke dataran Arab.
Kiai muda kelahiran Lampung
ini tidak memungkiri, cadar termasuk persoalan fiqih dan penafsiran yang
di dalamnya para ulama bisa berbeda pendapat.
“Tetapi yang jelas cadar bukan tradisi bangsa Indonesia,” tegas Kiai Ishom kepada NU Online, Selasa (6/3) di Jakarta.
Di
sana, sambung Kiai Ishom, cadar tidak hanya dipakai orang Islam, orang
Yahudi di daerah Yaman juga memakai cadar. “Orang Nasrani ada sebagian
yang memakai cadar,” ungkap Dosen UIN Raden Intan Lampung ini.
Jadi,
lanjutnya, memakai cadar bukan murni ajaran Islam, akan tetapi juga
merupakan budaya orang-orang Arab. Istri Rasulullah, ungkapnya, juga
konon dikabarkan bercadar, namun dari suaranya dikenali oleh Rasulullah.
“Jadi
silakan bercadar, tetapi jangan berideologi radikal. Itu yang paling
penting saya kira. Kalau ada asumsi bahwa cadar adalah ciri radikalisme
juga perlu diteliti, apakah hal itu benar atau tidak,” ujar Kiai Ishom.
“Tidak semua yang bercadar adalah radikal,” tegasnya.