Mengetuk Pintu Langit

Oleh: Ustaz Muhammad Arifin Ilham

Dalam sebuah maqolah-nya, Syekh Ibnu Atha'ilah, pernah berujar, boleh jadi ketika seorang hamba diam tak berdzikir, hati yang bersemayam di dadanya akan segera bergerak meminta dzikir seperti gerakan anak di perut ibunya. Hati manusia ibarat Isa ibn Maryam AS, sementara zikir adalah susunya. 

Ketika besar dan kuat, ia akan menangis dan berteriak karena rindu pada zikir dan objeknya (Allah). Dzikir hati ibarat suara lebah. Ia tidak terlalu nyaring dan menganggu, tetapi tidak pula terlalu samar tersembunyi.
Ketika objek dzikir (Allah) sudah bersemayam dalam hati dan zikir itu menjadi samar dan tak tampak, maka sang pendzikir takkan lagi menoleh pada zikir dan hati. Karena sudah terlalu nikmat dan sekaligus lenyap kata-kata pengungkapnya.

Hati siapa pun seorang pendzikir akan merindukan kehadiran-Nya. Ia akan bergegas mencari dan menemukan-Nya. Ia akan terus mengetuk Pintu Langit. Bukankah jalan pertama yang harus dilalui seorang salik adalah pergi menuju Allah? Sebab, petunjuk hanya milik Allah. Seperti dikatakan Nabi Ibrahim AS, “Aku pergi menghadap kepada Tuhanku. Dialah yang akan memberi petunjuk kepadaku” (QS al-Shaffat [37]: 99).

Ketika pergi menuju Allah telah mantap dan berlangsung secara kontinyu sampai menjadi kebiasaan yang melekat kuat, naiklah ia menuju alam yang paling tinggi seraya menyaksikan hal hakiki yang paling suci.
Saudaraku, ikhwatal Iman, jika kita sudah pada ketinggian keadaan nikmat menjadi hamba-Nya yang taat, maka rasa itu akan semakin berlipat nikmat jika kita mampu mengajak orang-oang yang kita cintai mendapati keadaan yang sama seperti kita.

Ingin sekali diri kita itu bahagia, tapi sekaligus mampu memberi kebahagiaan bagi yang lain. Sejahtera juga bisa mensejahterakan; damai diri juga mendamaikan yang lain. Dalam hitungan hari kita akan melepas tahun 2016 dan kita akan masuki pintu 2017. Momentum alamiah ini tentu akan kita jadikan sebagai sebuah ikhtiar mengetuk pintu Langit.

Harian ini dan majelis tercinta, Majelis Az-Zikra, insya Allah akan mendapuk sebuah helat Zikir Nasional untuk kebaikan diri dan bangsa yang kita cintai. Jika pada Aksi 212, jutaan anak bangsa berkumpul dengan satu niat dan harapan yang sama, maka kita akan meneruskan niatan dan harapan itu dengan bersama merebut perhatian-Nya.

Kita akan berdzikir bersama; mengingat dan menyebut asma-asma dan keagungan kebesaran-Nya. Satu ayat dalam ayat-ayat-Nya yang indah itu telah mampu menggerakkan hamba-hamba Allah untuk merasakan semangat yang sama.

Dan di malam pergantian akhir tahun, kita akan kembali membuktikan ke-Mahakuasaan-Nya. Berzikir untuk mengetuk Pintu Langit-Nya; demi turunnya kebaikan, kemuliaan dan keberkahan negeri ini. Hanya dzikir yang akan menenangkan dan mendamaikan negeri ini (QS ar-Ra’du, 28). Semoga.
source: republika.coid

Subscribe to receive free email updates: