Gubernur Herman Deru bersama isteri |
Partisipasi
nyata sebagai anggota keluarga keraton Solo, diwujudkan pria 51 tahun
tersebut dengan menghadiri Tingalan Dalem Jumenengan ke- 15 atau ulang
tahun naik tahta Raja Surakarta, SISKS ( Sampeyandalem Ingkang Sinuhun
Kanjeng Susuhunan) Paku Buwono XIII yang jatuh pada 1 April dan
diperingati setiap tahunnya.
Gubernur
Herman Deru hadir didampingi istri tercinta Febrita Lustia yang juga
mendapatkan gelar Kanjeng Mas Tumenggung Febrita Lustia, beserta ananda
Percha Leanpuri yang kini bergelar Nyimas Tumenggung Percha Leanpuri.
Gubernur Herman Deru tampil dengan mengenakan pakaian adat jawa beskap
lengkap, sementara Kanjeng Mas Febrita Lustia dan Nyimas Tumenggung
Percha Leanpuri berpakaian kebaya.
Puncak
peringatan ulang tahun naik tahta Raja Surakarta, SISKS Paku Buwono
XIII dipusatkan di pendopo agung sasano sewoko, berlangsung dengan
sakral. Diawali dengan pawai para prajurit keraton Solo, kemudian
kehadiran SISKS Paku Buwono XIII ke dalam pendopo diiringi dengan
gamelan patetan, dan penampilan para penari Bedoyo Ketawang di hadapan
para tamu undangan yang hadir.
Gubernur
Herman Deru tampak sumringah dan berseri-seri mengikuti seluruh prosesi
peringatan ulang tahun Raja Surakarta. Dirinya mengatakan ,"Adat
istiadat merupakan kearifan lokal yang harus terus dijaga dan
dilestarikan, agar kita mengetahui akar budaya kita".
Menurutnya,
seseorang bisa saja mengikuti kemajuan zaman dan berpikiran modern,
namun hendaknya tidak meninggalkan dan melupakan asal muasal identitas
dirinya.
"Sumsel sendiri
memiliki adat istiadat dan budaya yang tidak kalah menarik dengan daerah
lain di Indonesia. Ada beragam suku juga bahasa daerah di Sumsel",
imbuh mantan Bupati Oku Timur dua periode itu.
Tak
lupa, ditegaskan Gubernur Herman Deru dalam setiap kesempatan pada saat
kunjungan kerjanya ke daerah-daerah, meminta kepada seluruh warga
Sumatera Selatan untuk tetap menjaga kearifan lokal, sebagai salah upaya
menjaga keutuhan NKRI.
Sementara,
menurut salah seorang abdi dalem Keraton Solo KRT Siswanto Dipuro yang
dalam kesehariannya biasa bertugas mendampingi wisatawan menceritakan
peringatan ulang tahun naik tahta Raja Surakarta dilaksanakan untuk
melestarikan upacara adat.
"Sebelum
puncak peringatan, pada beberapa hari sebelumnya diadakan bebersih
Keraton. Pada masa sebelumnya, peringatan ulang tahun raja naik tahta
hanya dihadiri oleh anggota keluarga Keraton dan para abdi dalem saja.
Namun, seiring berkembangnya zaman, tidak hanya terbatas pada keluarga
Keraton saja", ungkap KRT Siswanto Dipuro.
Ditambahkannya,
rangkaian acara lainnya adalah pemberian sesebutan/gelar pangkat yang
tidak terbatas hanya kepada orang Jawa ( keluarga Keraton/ abdi dalem)
saja namun juga kepada para tokoh Nasional seperti Gubernur Sumatera
Selatan Herman Deru, dan sejumlah kepala daerah lainnya di Indonesia,
serta kepada para tokoh Internasional.
"Pemberian
sesebutan/gelar pangkat dari Keraton Solo telah dilakukan sejak
beberapa waktu lampau. Tetapi pada masa itu gelar hanya diberikan secara
terbatas kepada satu - dua orang saja. Kini seiring waktu, pemberian
sesebutan/gelar pangkat tersebut diperluas", kata KRT Siswanto Dipuro.
Sesuai
rencana, peringatan ulang tahun naik tahta Raja Surakarta, disemarakkan
dengan kirab Keraton Solo pada Senin sore, mulai dari Keraton Solo
melintasi pasar Klewer, beberapa tempat lainnya hingga kembali lagi ke
Keraton Solo dengan jarak lebih kurang 6 hingga 7 kilometer.
Tampak
hadir dalam Tingalan Dalem Jumenengan ke - 15 ini Mendagri Tjahyo
Kumolo, Menko Polhukam Wiranto, pengusaha kosmetika dan kecantikan
Moeryati Soedibyo, serta tamu undangan lainnya, dan para penerima
sesebutan/gelar pangkat. (alfa)
Post a Comment for "HD Hadiri Tingalan Dalem Jumenengan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat"