Sesditjen Bimas Islam: Ekosistem Digital Membutuhkan Panduan Nilai Moral

Fuad Nasar (Foto Bimas Islam)
Kemajuan teknologi tanpa panduan moral atau  akhlak, cepat atau lambat bisa menenggelamkan nilai-nilai hidup manusia. Krisis nilai-nilai hidup manusia harus dicegah sebelum terjadi. 

Sekretaris Ditjen Bimas Islam, M. Fuad Nasar mengatakan, sopan santun, kejujuran, sikap rendah hati, hemat, cermat, rajin dan teliti serta saling menghargai dalam hubungan manusia harus ditanamkan sejak dini di tengah perkembangan budaya digital. 

Pembinaan moral atau akhlak, jelasnya, tak dapat dipisahkan dari agama, pendidikan, dan keteladanan di dunia nyata. Menurut istilah Bapak Psikologi Indonesia almarhum Prof. Dr. R. Slamet Iman Santoso, manusia mendidik manusia.

"Dalam pandangan Islam, agama adalah sumber abadi bagi moral kemanusiaan. Itulah sebabnya di kalangan umat Islam selama ini begitu gigih mempertahankan eksistensi pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional," ujar Fuad di Bekasi, pada Senin (21/8/2021).

Menurut Fuad Nasar, seperti dilansir Humas Ditjen Bimas Islam, kebahagiaan hidup manusia ditentukan terutama dari hasil upaya menanamkan, mengajarkan dan menegakkan akhlak atau moral di tengah masyarakat. 

"Bagi masyarakat Islam, bicara moral ya bicara akhlak. Al-Qur'an dan As Sunnah adalah pedoman untuk membina akhlak manusia sampai kapan pun. Pada dasarnya akhlak itu melingkupi hubungan yang sempurna dengan Allah dan hubungan yang sempurna dengan manusia," tuturnya.

Fuad mengungkapkan, salah satu bentuk gangguan kesehatan mental pada manusia modern di era digital ialah timbulnya penderitaan batin dan kesepian di tengah hiruk pikuk keramaian.

"Dalam realitas sehari-hari, banyak kejahatan yang menggunakan perangkat teknologi informasi. Penyalahgunaan perangkat teknologi untuk berbuat kejahatan tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang yang tidak terpelajar, tetapi dilakukan oleh orang pintar tapi defisit moral," tegasnya.

Fuad mengutarakan dalam menjawab tantangan perubahan masyarakat ke depan, tidak boleh melupakan konsep 'pendidikan manusia Indonesia seutuhnya'. Pendidikan manusia seutuhnya, menurutnya, berintikan keseimbangan antara ilmu dan iman, akal dan hati nurani, cipta, karsa dan rasa, serta mengejar kemajuan material dan kebahagiaan mental-spiritual. 

Peran dakwah dan penyuluh agama amat penting untuk menyadarkan masyarakat tentang nilai-nilai hidup beragama sebagai landasan terbinanya moral yang baik.

Fuad meyakini manusia tak dapat hidup hanya dengan teknologi dan platform digital karena setiap manusia menurut fitrahnya membutuhkan kehadiran manusia lain dan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia tanpa moral dan agama bisa berbuat merugikan orang lain karena baginya yang penting menguntungkan dirinya.

"Sekali lagi, agama dan moral sangat penting karena berfungsi sebagai rem dalam kehidupan manusia. Mengutip ungkapan bijak, kita tidak hanya membutuhkan orang pintar, tapi membutuhkan orang jujur," pesan Fuad dalam kegiatan pelatihan talenta digital bagi para Penyuluh Agama Islam,  di Gedung Balai Pelatihan dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (BPPTIK), Cikarang, Kabupaten Bekasi. 

Subscribe to receive free email updates: