Demi Beli HP Untuk Belajar Daring, Siswa SMP Tasik Ini Keliling Kota Jualan Onde-Onde

Sultan Zihan bersama temanya saat mampir di kantor PWI Tasik (Foto Radar Tasikmalaya)

Di saat pandemi virus corona atau covid-19 melanda dunia termasuk juga Indonesia, semuanya dilakukan online. Baik itu yang jualan, kerja atau para siswa yang masih belajar pun dharuskan belajar dengan sistim online (daring).

Belajar dengan sistim online bagi siswa yang orangtuanya “mampu” tentu tak menjadikan suatu permasalahan. Karena anak tinggal minta ke orangtuanya, langsung dibelikan.



Bahkan, meski anak tak minta, banyak orangtua memberikan HP kepada anak-anaknya dengan alasan untuk pengontrolan.

Tetapi tak demikian halnya dengan seorang anak yang orangtuanya tak mampu membelikan HP. Contohnya adalah Sultan Zihan (15 th). Siswa SMPN Salopa Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat ini sangat kesulitan untuk mengikuti anjuran pemerintah dalam hal  mengikuti belajar online.

Mengapa? Karena dirinya tak memiliki HP. Selama ini Sultan mengaku belajar online-nya menumpang pada teman-temannya yang memiliki HP.

Mengapa tak minta belikan orangtua? "Tak mungkin," katanya. Sultan sadar betul bahwa orangtuanya tak mampu untuk membelikan HP.



Karena  ibu Sultan pun kesehariannya berjualan onde di wilayah Kecamatan Salopa. Sedangkan, ayahnya  berjualan gassoline atau pemantik api secara eceran di wilayah Terminal Salopa.

“Sama, bapak sama mamah juga berjualan onde dan gas api buat rokok. Jadi, saya coba membantu kedua orang tua saya untuk bisa membeli hape buat belajar online,” tambahnya di kantor PWI Tasikmalaya Senin sore (3/8/2020) seperti dilansir Radar Tasikmalaya.

Sultan pun tak mau menyusahkan orangtuanya. Maka ia berjualan onde-onde dengan harapan bisa membeli HP agar bisa mengikuti belajar online dan tak menumpang lagi.

Itulah sebabnya Sultan jualan onde-onde kelilinga Kota Tasikmalaya untuk memenuhi harapannya itu. “Saya berangkat dari Salopa menumpang pakai motor teman saya. Motor disimpan di parkiran Dadaha, lalu saya berjalan kaki berjualan onde ke toko-toko dan warga kota,” tambahnya lagi.

Selama ini, terang dia,  hampir dua pekan dirinya berjualan onde keliling dengan membawa 200 buah onde dari rumahnya, setiap pagi.

Baru sore harinya, dirinya bisa kembali ke rumahnya di Salopa, yang membuthkan waktu perjalanan memakai motor sekitar 2 jam perjalanan ke wilayah perkotaan. Tiap 1 buah onde dihargai Rp2.000 dan dari 1 buah onde, dirinya mendapatkan keuntungan Rp1.000.

“Kalau sehari saya Alhamdulillah bisa dapat Rp200.000 keuntungannya. Kalau lagi beruntung, ada pembeli yang memborong bisa sampai beli 30 sampai 40 onde yang dibeli. Saya membawa onde dari orang lain,” terangnya.

Apalagi sudah beberapa bulan ini dia belajarnya tidak di kelas tapi online menggunakan HP. “Kalau di kampug saya sinyalnya bagus. Cuma saya belum punya hapenya. Mudah-mudahan saya berjualan onde di kota mampu beli,” harapnya.



Sesampainya berjualan dari kota, lanjut Sultan, dirinya pun selalu membantu ibunya untuk menyiapkan keseharian makan adik-adiknya. Sultan kecil pun selama ini bercita-cita ingin menjadi orang yang sukses dan kaya raya seperti layaknya predikat Sultan.

“Kalau saya sudah kaya dengan berjualan onde ingin bantu yang susah. Saya namanya Sultan Zihan Pak. Saya berusaha sembari giat belajar, tapi juga berjualan daripada bermain gak jelas pak,” pungkasnya. (rdt|alfa|ulul).

Subscribe to receive free email updates: