Ceramah Tiga Gus Ini Berikan Pencerahan Tentang Aswaja


Gus Muwafiq, Gus Baha dan Gus Nadir,  disebut- sebut sebagai ikon dakwah milenial yang cukup melumpuhkan lawan-lawan para pendakwah radikalis yang selama ini menggunakan isu hijrah dan bid’ah sebagai jargonnya.

Tanpa tim manajemen profesional, berjalan natural tapi tetap konsisten serta mengakar di “medan dakwah” masing-masing.
Kehadiran  mereka  di belantaran dunia dakwah cukup menghenyakkan kelompok yang selama ini gandrung menebar kebencian dan ekstrim didalam mengamalkan politik agama sebagai janji-janji kosong yaitu khilafah.

Uniknya, meski tidak pernah disatukan dalam sebuah forum, ketiga Gus itu  bertindak secara berirama, beriringan, dan saling melengkapi serta tidak pernah saling menghujat satu dg yg lainnya di mimbar2x publik.


1. Gus Muwafiq (45 thn)
Beliau ini rajin muter menghadiri undangan pengajian hingga ke desa-desa. Jumlah undangan ngaji Gus Muwafiq kadang mencapai 400an jadwal dalam sebulan. Tema yang diungkap dalam pengajiannya dominan soal sejarah Nusantara, NU, dan Kebangsaan, serta bisa diterima oleh semua kalangan. Baik urban kota, elit akademisi maupun orang desa, yang biasa disebut santri Ya Karim.

Tema ngaji Gus Muwafiq hampir sama dengan tema pengajian yang diangkat oleh Maulana Habib Luthfi bin Yahya, yakni Mahabbah, Nasionalisme serta kerukunan agama dlm bermasyarakat.

Sebagaimana halnya KH. Said Aqil Siradj yang juga sering membincang tema Kesatuan Nasionalisme dalam spririt agama, peradaban, kebudayaan dan kebhinnekaan.

Di tangan Gus Muwafiq, tema-tema berat soal sejarah Nusantara bisa membangkitkan kesadaran bersatu sebagai bangsa Indonesia yang besar bisa disampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah diterima, tanpa harus bernostalgia dengan khilafah ala Hizbut Tahrir yang jelas ahistoris, degradatif dan bertolak belakang dengan masa depan kerukunan umat manusia di dunia, antar nusa dan bangsa.
Di kalangan elite NU, Gus Muwafiq sudah selesai dan bisa dianggap sebagai Ikon Milenial yang banyak diikuti maqalah-maqalah tuturnya oleh para Kyai.

Di kalangan elit politisi negeri ini pun Gus Muwafiq juga sangat berpengaruh mengingat latar belakangnya sebagai ajudan Gus Dur saat masih menjadi Presiden RI ke-4.

2. Gus Baha’ (49 tahun)
Gus Baha’ jadi ikon dakwah milenial setelah ratusan audionya viral tanpa diminta, di Youtube.

Ratusan ribu kali rekaman ceramah ngaji Gus Baha’ didengarkan, sebagaimana video Gus Muwafiq yang juga ditonton jutaan kali tanpa manajemen khusus yang dibayar profesional dan tanpa hak cipta sebagaimana ustadz-ustadz sebelah, yang bila Anda mengambil videonya saja harus kena copy right terlebih dahulu.

Bahasa-bahasa kitab kuning yang serius, utamanya yang bertema tasawwuf, tauhid serta fiqih.

Di tangan Gus Baha’, sungguh sangat bisa dimengerti karena kekayaan khazanah intelektualnya, yang puluhan tahun memang menekuni bidang tafsir, ushulul fiqih, sejarah serta kitab-kitab langka yang jarang dikaji oleh kalangan pesantren maupun lainnya.

Bila Gus Muwafiq mudah diundang acara pengajian umum, Gus Baha’ tidak demikian.

Tapi rutinitas ngajinya di intenal pesantren, baik di Narukan, Kajen-Kudus maupun Yogyakarta, selalu dihadiri ratusan orang bahkan ribuan dan direkam kemudian disebarkan oleh para santri.

Hanya kalangan elit santri Jawa saja (atau pernah mondok di Jawa) yang bisa memahami bahasa-bahasa Arab khas pesantren yang selalu keluar dari momentum Gus Baha’ ngaji.

Murid kinasih Alm KH. Maimoen Zubair yang diakui kepakaran Ilmu Tafsirnya oleh Habib Quraish Shibah ini jadi rujukan santri yang beberapa tahun terakhir acap salah tafsir menangkap ekstrimisme sikap soal jihad, fanatisme beragama, khilafah, dan ribuan tema lainnya.
Sepertinya, Gus Baha’ adalah sosok ikon Gus yang bisa menjinakkan nalar ekstrim, liberal dan ngawur dari mereka yang tidak memahami utuh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits, terutama kalangan santri yang hanya berpegangan pada teks turost.

Pendapat-pendapat Gus Baha’ acap menghentak dan berbeda, tapi selalu sulit dibantah karena kualitas ilmunya yang mutabahhir (nyegoro/meluas).

3. Gus Nadirsyah (46 thn)
Berbeda dengan Gus Muwafiq dan Gus Baha’. Gus Nadirsyah Hosen memiliki cara sendiri dalam melawan metode dakwah ekstrim.

Karena berlatar Profesor akademis, Gus Nadir lebih memilih giat menulis untuk menyampaikan gagasan pencerahannya. Dan itupun di medan medsos, utamanya di Twitter, yang akhirnya sering dikutip oleh media online.

Di tangan Gus Nadir yang juga Rais Syuriah PCI NU New-Zeland Aussie itu, ideologi ekstrim dan radikalisme bisa diurai dengan referensi teks yang kaya dan mudah dilacak.

Analisa tulisannya sering viral menyebar ke beberapa grup WhatsApps dan medsos karena Gus Nadir, bagi penulis, adalah sosok yang konsisten menulis untuk tebar Islam moderat.

Utamanya kalangan akademisi, urban kota, yang masih terpapar paham radikal dan ideologi khilafah.

Kyai muda yang sangat dekat dengan KH. Mustofa Bisri tersebut sering menjadi bahan bullyan warganet karena ketegasannya dalam menyampaikan pesan-pesan nubuwwah di Twitter. Gus Nadir sering mengomentari status-status pemilik akun Twitter terkenal, yang suka menebar kebencian.

Hal yang tidak pernah dilakukan baik oleh Gus Muwafiq maupun Gus Baha’. Kedua Gus terakhir ini jarang aktif di medsos dan memang fokus ngaji di darat.

Serangan udara kepada NU acap dibantah oleh Gus Nadir, diikuti oleh komunitas cyber NU lainnya, (seperti dutaislam.com) yang kemudian ikut berjama’ah di barisan Gus Nadir.


Popularitas mereka bukan tujuan dari targetnya. Ada yang lebih mulia dari itu semua, yakni : menunjukkan bahwa Islam adalah agama Rahmah untuk semua. Tidak ada satupun dari Gawagis tersebut yang anti tasawuf.
(badriologi.com/suaraislam)

Subscribe to receive free email updates: