Santri Adalah Agen Moderasi Islam
Foto Kemenag Tasikmalaya |
Kantor Kementerian Agama Kota
Tasikmalaya ikut bersukacita merayakan Hari Santri Nasional ke 4 tahun
2019 dengan mengikuti Apel besar Hari Santri Nasional Selasa, (22/10) di Lapangan Upacara Dadaha Tasikmalaya. Tampak hadir Kepala Sub
Bagian Tata Usaha Kankemenag Kota Tasikmalaya, H. Yayan Herdiana duduk
di panggung utama bersama dengan tamu undangan lainnya.
Ditemui Selepas apel ia menuturkan
dirinya hadir mewakili Kepala Kantor Kemenag yang diberi tugas oleh Kepala
Kanwil untuk menghadiri Apel Peringatan Hari Santri tingkat Provinsi
Jawa Barat di Gasibu Bandung. Atas nama lembaga dan seluruh Keluarga
Besar Kemenag Kota Tasikmalaya Kasubag ucapkan selamat Hari Santri bagi
seluruh santri khususnya santri yang ada di Kota Tasikmalaya.
Baca juga: Hari Santri, Gubernur Khofifah Instruksikan Masyarakat Heningkan Cipta Satu Menit
Baca juga: 126 Makalah Dibahas pada Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2109
Sesuai dengan tema peringatan HSN tahun 2019 yaitu “Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia”, ia mengaku bangga akan keberadaan pesantren yang didalamnya ada para santi yang sedang menimba ilmu agama. Menurutnya isu perdamaian dunia sangat seksi diangkat ditengah berbagai maraknya isu terorisme dan radikalisme. Karena sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian dunia. “Di pesantren para santri ini diajarkan bahwa Islam itu agama yang cinta damai, rahmatan lil alamin,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa Islam itu ramah dan moderat dalam beragama dan sikap ini sangat penting di tengah kondisi masyarakat yang multicultural. Apalagi Indonesia sangat majemuk terdiri atas beragam suku dan agama. Sikap moderat yang ditanamkan dan dimiliki santri adalah hal yang tepat untuk menyikapi keragaman. “Semangat inilah yang dapat menginspirasi santri untuk memberikan kontribusi terbaik bagi perdamaian dunia,” jelasnya. (kemenag/ulul).
Baca juga: 126 Makalah Dibahas pada Muktamar Pemikiran Santri Nusantara 2109
Sesuai dengan tema peringatan HSN tahun 2019 yaitu “Santri Indonesia Untuk Perdamaian Dunia”, ia mengaku bangga akan keberadaan pesantren yang didalamnya ada para santi yang sedang menimba ilmu agama. Menurutnya isu perdamaian dunia sangat seksi diangkat ditengah berbagai maraknya isu terorisme dan radikalisme. Karena sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian dunia. “Di pesantren para santri ini diajarkan bahwa Islam itu agama yang cinta damai, rahmatan lil alamin,” jelasnya. Ia juga menambahkan bahwa Islam itu ramah dan moderat dalam beragama dan sikap ini sangat penting di tengah kondisi masyarakat yang multicultural. Apalagi Indonesia sangat majemuk terdiri atas beragam suku dan agama. Sikap moderat yang ditanamkan dan dimiliki santri adalah hal yang tepat untuk menyikapi keragaman. “Semangat inilah yang dapat menginspirasi santri untuk memberikan kontribusi terbaik bagi perdamaian dunia,” jelasnya. (kemenag/ulul).