Prof Quraish Shihab Jelaskan Awal Mula Perayaan Maulid Nabi
Prof. Quraish Shihab |
BRNews.id - Prof Quraish Shihab menjelaskan, perayaan Maulid Nabi dengan cara
meriah baru dilaksanakan pada zaman Dinasti Abbasiyah. Khususnya pada
masa kekhalifahan Al-Hakim Billah.
“Dia
merayakan Maulid (Nabi) dengan keluar bersama permaisurinya. Dengan
pakaian yang indah,” kata Prof Quraish dalam sebuah video yang diunggah
akun YouTube Mata Najwa, Senin (19/11).
Prof
Quraish menambahkan, sejak saat itu perayaan Maulid Nabi
diselenggarakan hingga hari ini. Dengan cara yang berbeda-beda. Ia
mencontohkan, di Mesir misalnya, Maulid Nabi dirayakan dengan membuat
boneka dari manisan.
“Dinamai Araisil Maulid (Arouset El-Moulid). Di situ digambarkan ada permaisuri dengan pakaian putihnya. Ada khalifah dengan naik kuda,” jelasnya.
Prof Quraish menuturkan, hal itu dilakukan sebagai bentuk syukur dan mendidik anak-anak agar cinta kepada Nabi Muhammad saw.
Menurut
Prof Quraish, perayaan Maulid Nabi berkembang hingga hari ini. Antara
komunitas Muslim di satu tempat dengan yang lainnya berbeda dalam
merayakan Maulid Nabi. Di Sulawesi Selatan misalnya. Maulid Nabi
dirayakan dengan membuat lampu-lampu dari simpron kemudian dihias dengan
aneka aksesoris.
“Jadi apa makna itu? Memang Allah memperintahkan ‘qul wabifadlillahi wabirohmati fabidzalika falyafrahu wa khairum mimma yajma’un.’ Berkar rahmat Allah, berkat anugerah Allah hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik,” paparnya.
“Ini yang dijadikan ulama untuk merayakan Maulid (Nabi),” tambahnya.
Menyikapi perkembangan perayaan Maulid Nabi
Prof
Quraish mengakui, perkembangan perayaan Maulid Nabi ada yang positif
dan ada juga yang negatif. Perkembangan yang baik harus diterima.
Sementara, jika yang negatif harus ditolak.
“Di Mesir pun ada acara nyanyi-nyanyian, tari-tarian yang tidak dibenarkan,” ucapnya.
Dia
menegaskan, inti dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk memperkenalkan
Nabi Muhammad saw. Kenal adalah pintu untuk mencintai. Sehingga dengan
mengenal Nabi Muhammad saw., maka umat Muslim kini bisa mencintainya.
“Karena
itu menjadi wajib kita mengenal beliau (Nabi Muhammad saw). Apa artinya
kita disuruh bersyahadat. Anda berkata ‘saya bersaksi bahwa Nabi
Muhammad rasul.’ Kenal gak (dengan) Nabi Muhammad. Saksi anda saksi bohong gak kenal dia. Maka kita ingin memperkenalkannya,” paparnya.
Meski
demikian, Prof Quraish juga mengkritik perayaan Maulid Nabi yang
berlebih-lebihan. Seperti membuat acara makan besar-besaran yang juga
menghabiskan dana besar, sementara lingkungannya membutuhkan
infrastruktur pemberdayaan seperti poliklinik, taman baca, dan lain
sebagainya.