LPMQ dan Perpustakan Negara Malaysia Gelar Seminar Al-Qur'an Nusantara

BRNews - Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) Kementerian Agama bekerjasama dengan Perpustakaan Negara Malaysia menggelar seminar tentang Al-Qur'an Nusantara. Seminar bertajuk ‘Karakteristik dan Iluminasi Mushaf Al Quran Nusantara’ ini  diadakan di Perpustakaan Negara Malaysia di Kuala Lumpur pada Selasa lalu (19/09).

Seminar dibuka Ketua Pengarah Perpustakaan Negara Malaysia (PNM) Dato’ Nafisah binti Ahmad. Menurutnya, seminar bertujuan memaparkan hasil kajian terbaru tentang Al-Qur'an kuno di Nusantara. Dia berharap perpustakaan Negeri Malaysia nantinya bisa mengembangkan kajian manuskrip Al-Qur'an pada masa mendatang karena  Al-Qur'an adalah sumber/zaimat hidup setiap muslim.
Seminar ini dihadiri para pemerhati pernaskahan dan kequr'anan di Malaysia. Tampil sebagai narasumber tiga peneliti LPMQ, yaitu: Ali Akbar (Mushaf Nusantara Abad ke 17-19), Abdul Hakim (Historiografi Mushaf Al Quran kuno Nusantara), dan Zarkasi Afif (Kajian Rasm pada Mushaf Al Quran Nusantara).
Sedang  narasumber dari Malaysia yaitu Prof. Madya Dr. Ab Razak bin Ab Karim (Universiti Malaya) dan Prof. Dr. D’zul Haimi Md Zain (Universiti Teknologi Mara). Acara ini dimoderatori oleh Prof. Madya Dr. Muhammad Mustaqim bin Mohd Zarif (Universiti Sains Islam Malaysia).



Sejumlah pandangan berkembang pada seminar ini. Antara lain terkait masih minimnya kajian tentang Al-Qur'an kuno. Padahal dalam khazanah naskah kuno, Al-Qur’an kuno adalah naskah yang paling banyak disalin. Hal itu karena adanya anggapan bahwa Al-Qur'an itu sama saja tulisannya dan bunyinya.
Menurut Ali Akbar, anggapan itu ada benarnya, tapi tak sepenuhnya. Sebab, dalam sebuah naskah Al-Qur'an kuno, tersimpan tentang pembuatan kertas, pembuatan tinta, penjilidan buku, teknologi seni hias, teknologi alat tulis, dan lainnya.
Selain aspek kodikologis, lanjut Ali, Al-Qur'an kuno juga menyimpan perkembangan ilmu-ilmu Al Quran. perkembangan ilmu rasm, ilmu khat, ilmu wakof, ilmu perhitungan ayat, ilmu pembagian Al Quran dan lainnya.
“Al-Qur'an kuno mewakili sejarah kejayaan suatu negeri pada zamannya. Ia bisa berpindah tempat keluar dari nusantara, tetapi ia akan terus menjadi duta kejayaan suatu negeri, termasuk Nusantara Indonesia,” ujar Ali.
Karenanya, pelestarian Al-Qur'an kuno harus menjadi prioritas. Apalagi masyarkat muslim Indonesia memiliki hubungan batin sangat kuat dengan Al-Qur'an, dibandingkan dengan buku lainnya. (kemenag|mnm).

Subscribe to receive free email updates: