Di Kebumen Marak Kasus Bunuh Diri, Mengapa...?

BRNews - Cerita bunuh diri di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah  makin mengkhawatirkan. Terbukti, selama dua bulan terakhir, ada sembilan warga yang memilih gantung diri untuk mengakhiri hidup secara tragis.

Depresi menjadi motif utama pelaku kasus bunuh diri. Baik itu depresi karena desakan ekonomi, terjerat hutang, penyakit yang tak kunjung sembuh, gangguan jiwa dan faktor lain.

Seperti di wartakan kebumenekspres, motif bunuh diri memang beragam. Baik itu depresi karena desakan ekonomi, terjerat hutang, penyakit yang tak kunjung sembuh, gangguan jiwa dan faktor lain.
Paling akhir adalah kasus gantung diri yang dilakukan Kartiyem (60), warga Desa Pohkumbang Kecamatan Karanganyar, Senin (25/9). Ia menghabisi nyawa sendiri dengan lilitan tali jemuran.

Kartiyem sendiri sudah pernah melakukan tiga kali percobaan bunuh diri karena alami depresi. “Belakangan aksi bunuh diri memang tengah marak,” kata Kapolres Kebumen AKBP Titi Hastuti SSos melalui Kasubag Humas AKP Willy Budiyanto kepada Ekspres, Kamis (28/9/2017)

Willy menuturkan, dalam dua bulan terakhir, tercatat ada sembilan kasus bunuh diri di wilayah Kebumen. Diawali pada 31 Juli 2017 saat warga Kembaran Kebumen Bagus Darnoto ditemukan tewas gantung diri di tempat kursus Montir Andi Jalan Indrakila, Senin (31/7). Dia nekat mengambil jalan pintas diduga karena terjerat hutang.

Kemudian pada Agustus, warga Desa Mekarsari Kecamatan Kutowinangun digegerkan dengan kasus gantung diri yang dilakukan istri salah satu anggota polisi, Lailatul Suriah Atun (55).

Hingga kini belum diketahui motif korban nekat mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya. Namun polisi memastikan tak ada tanda mencurigakan dari hasil otopsi.


Pada Agustus itu, tercatat ada 5 kasus gantung diri. Memasuki September, terjadi tiga kasus bunuh diri, masing-masing di Kecamatan Sempor, Karanggayam dan Karanganyar.

Menurut Willy, dari pelaku bunuh diri itu ditemukan satu keseragaman. Mereka nekat melakukan aksi tersebut karena dilatarbelakangi depresi berat. Depresi itu muncul akibat penyakit menahun yang tak kunjung sembuh maupun gangguan jiwa.

“Kami menghimbau agar jangan mencari jalan pintas yang sesat untuk mengakhiri hidup dengan cara gantung diri. Kita harus sadar bahwa perbutan bunuh diri  merupakan perbutan yang keji dan tidak dibenarkan oleh agama,” beber Willy.(mnm|kek).


Subscribe to receive free email updates: