Catatan Dari Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Terbaik 2017

BRNews - Gelaaran Pemilihan dan Penganugerahan Kantor Urusan Agama (KUA) & Keluarga Sakinah teladan Tingkat Nasional telah usai. Saat puncak acara ada momen yang cukup menyita perhatian peserta dan tamu undangan, yakni catatan Ketua Dewan Juri Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan, Achmad Mubarok yang disampaikan sesaat sebelum pengumuman para juara. Berikut petikan pidatonya;

Para juara pemilihan keluarga sakinah teladan tingkat nasional kali ini agak berbeda dari tahun tahun sebelumnya. Ini natural, apa adanya dan tanpa rekayasa

Kebinekaan dari para juara, baik yang masuk 10 besar atau yang juara I, II, III dan harapan sangatlah beragam, ditinjau dari berbagai aspek. Lebih beragam dari tahun tahun sebelumnya. Dari aspek daerah asal, para juara ini tersebar dari pulau pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali, Sulawesi, dari barat sampai timur.

Dari aspek profesi, ada yang mantan pejabat sipil, ada PNS yang masih aktif, ada dokter, ada guru, ada ulama, ada pengusaha, ada petani, ada transmigran, bahkan ada yang (mohon maaf) mantan sopir bemo dan sopir pribadi. Di samping itu, peserta pemilihan ini ada juga yang mantan pejabat militer, walaupun tidk tapi hampir masuk 10 besar.

Dari aspek pendidikan pun sangat beragam, ada yang sarjana, diploma, tamarab SLTA, SLTP dan bahkan SD. Dari segi ekonomi keluarga, para juara ini ada yang ”kaya raya” karena pengusaha, ada yang biasa biasa saja bahkan ada dapat dikatakan dari keluarga ”pas pasan”.

Dari segi etnis, juga sangat beragam. Ini pada umumnya nampak dari daerah asal masing masing, bahkan ada yang dari etnis China dan Arab. Dari segi umur perkwinan, para juara ini berkisar antara 30 tahun dan 42 tahun. Dan dari segi umur, beliau beliau ini antara umur 54 tahun dan 69 tahun.

Dari segi agama, yang sudah pasti para peserta ini semuanya Islam, namun ada yang menarik. Salah satu peserta dan juara ini ada yang ”mualaf”, berasal dari pemeluk agama Hindu. Beliau masuk Islam semua karena pernikahan dengan suami yang muslim. Beliau sangat sakinah bersuamikan seorang ”kyai” dan menyebarkan kesakinahannya ini dengan melakukan pembinaan secara rutin terhadap keluarga keluarga mualaf lainnya. Bahkan sang suami asli muslim ini adalah merupakan mantu kesayangan dari mertuanya yang non muslim, dibanding dengan mantu mantu lainnya yang non muslim.

Ada juga di antara para juara ini yang orang tuanya asli bukan muslim, walaupun beliau ini sejak lahir sudah Islam, dan menjadi aktifis keislaman sejak di bangku kuliah.

Jadi simpulnya, untuk menjadi keluarga yang sakinah dan Islami tidaklah harus selalu berasal dari kalangan muslim atau kyai, dan tidak harus bependidikan formal yang tinggi, kaya, pejabat, atau profesi formal lainnya. Keluarga yang sakinah dapat diraih oleh siapa saja yang memang dapat memahami dan menerapkan prinsip keluarga dalam Islam.  (syam/syafaat/bimasislam).

Subscribe to receive free email updates: