Mencela Ulama, Fenomena Zaman Akhir..?
BRNews - Mustasyar PCNU Pringsewu sekaligus Bupati Pringsewu KH Sujadi
merasa prihatin femomena zaman akhir dimana banyak orang yang hanya
karena berita hoaks di berbagai media dengan gampangnya mencela ulama yang secara kapasitas keilmuan dan kealimannya jauh diatas mereka.
Salah
satunya yang menimpa Ketua PBNU terkait dengan berbagai hal. "Yang
hangat baru-baru ini tentang berita penyaluran kredit ultra mikro
sebesar 1,5 Triliun yang diplintir dengan terbitnya Perppu 2/2017. Perlu
diketahui program itu bukan hanya diperuntukan bagi warga NU namun untuk seluruh warga negara Indonesia," katanya, Ahad (30/7/2017).
Menurutnya
banyak orang yang hanya mendapat berita dari pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab serta tidak tahu tentang hal tersebut secara mendalam
namun sudah menuduh dengan mencela Kiai Said.
Tentunya
hal ini menurutnya sangat memprihatinkan dan memerlukan penjelasan
terkait hal tersebut. "Dan inilah tantangan dalam berdakwah. Karena
tantangan terberat dalam dakwah adalah pembangunan moral," katanya
seraya mengatakan terkadang pembangunan moral secara dhohir kalah dengan
pemiliki modal karena memang ada usaha tabidul ummatan ulamaihi (menjauhkan umat dari para ulamanya).
Oleh
karenanya lanjutnya, dakwah tidak boleh berhenti hanya karena pemilik
modal besar dan atau orang yang suka mencela. "Allah telah menfirmankan
bahwa neraka wel akan menjadi tempat orang yang bangga dan merasa hebat
dengan harta yang dimilikinya sehingga mereka mengumpat dan menjelekkan
orang lain," katanya.
Hal ini sesuai dengan
Tafsir Surat Lumazah yang pada kesempatan tersebut Ia sampaikan pada
Ngaji Ahad Pagi (Jihad Pagi) yang rutin dilaksanakan di Aula Gedung NU
Pringsewu.
Ia menambahkan bahwa harta bukanlah
segala galanya. Banyak orang menganggap harta akan menjadikan seseorang
hebat dengan istilah "Semua beres dengan uang". "Padahal sesungguhnya
mereka telah dibutakan dengan harta," tegasnya.
Mengutip
syair yang tertulis dalam kitab ta'limul muta'allim, ia mengingatkan
bahwa dunia itu sedikit, dan paling sedikit. Pecintanyapun hina, nan
hina dina. Sihir dunia, membuat tuli dan buta. Kebingungan, tak tahu ke
jalan kemana. (NUOnline|M.Faizin|Fathoni).