Semakin Berilmu Semakin Bijak Dalam Melihat Persoalan

BRNews - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin saat Pembukaan Pendidikan Kader Ulama (PKU) IX dan Pendidikan Dasar Ulama (PDU) II yang digelar MUI Kabupaten Bogor, Selasa (13/6/2017) mengatakan,  kearifan itu adalah ciri ulama, yang berilmu, semakin luas wawasan maka semakin bijak dalam melihat berbagai persoalan. 

"Kita bisa mencontoh ulama terdahulu, setajam perbedaan di antara mereka, namun mereka tidak saling menyalahkan, namun saling menghormati,' katanya.
Pada acara yang dihadiri Bupati Bogor Nurhayanti, Ketua MUI Jabar KH Rachmat Syafei, dan Ketua MUI Kabupaten Bogor KH. Ahmad Mukri Aji, Menag kembali mengutarakan bahwa Pancasila digali dari nilai agama dan Indonesia yang religius. 
Karena yang digali dari wilayah yang agamis, ungkap Menag, maka apapun hasil temuannya adalah hal yang religius juga, itulah mengapa kita mendapat Lima Sila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusian Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat dan Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan, Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, semua itu adalah nilai agama.
"Oleh karenanya, kalau ada yang mempertentangkan agama dan Pancasila di sisi lain, maka itu tidak pada tempatnya. Pancasila adalah nilai agama. Sesuatu yang kita jadikan ikatan untuk hidup berbangsa dan bernegara di negara ini," ujar Menag.
Menag juga menyampaikan, kalau melihat konstitusi kita, agama sangat mempengaruhi UUD kita, alinea ketiga UUD kita jelas dinyatakan atas berkat rahmat Allah Swt. Bagi Menag, betapa rendah hatinya para pendahulu kita yang tidak jumawa bahwa kemerdekaan ini karena semata perjuangan mereka.
"Maknanya adalah wujud kerendahhatian, namun juga ingin menegaskan kepada anak bangsa ini, bahwa kemerdekaan adalah semata karena Alllah Swt dan kita wajib menjaga dan mengisi kemerdekaan ini," ucapnya.
"Konsitusi kita sangat kental dengan warna agama. Jadi sebenarnya dalam konteks NKRI, maka yang dituntut dari kita saat ini adalah bagaimana menjaga, memelihara, dan merawat warisan ini," Menag menambahkan.
Menurut Menag, sebagai warga dunia banyak hal positif yang kita peroleh, tapi juga terbuka masuknya paham radikalisme dan ekstrimisme, itu tidak terelakkan dan menjadi konsumsi dunia, dan itu juga masuk dalam setiap diri anak bangsa kita.
Atas hal itu, dikatakan Menag, menangkalnya tentu sulit, namun yang penting adalah menanamkan nilai Islam yang moderat. Nilai ahlusunnah, di antaranya adalah nilai tawasuth, Islam yang moderat (wasathiyah), tawazzun. Menag juga menyampaikan pentingnya kearifan dalam mensikapi keragaman.
"Kearifan sebagai kata kunci mensikapi keragaman di tengah kemajemukan, dan kearifan itu hanya timbul pada diri orang yang alim, karenanya kita senantiasa dituntut memperdalam wawasan pengetahuan, akhirnya kita jadi orang bijak," tutur Menag di kemenag.go.id.(mnm).

Subscribe to receive free email updates: