Taman Kanak Kanak Dilarang Ajarkan Baca Tulis dan Hitung
26 January 2017
IGTKI
,
Kemendikbud
,
PAUD
,
TK
Anak-anak TK. (foto dok) |
BRNews - Bocah-bocah yang masih duduk di taman
kanak-kanak dilarang diajarkan baca tulis dan berhitung. Sebab, hal
tersebut dinilai tidak tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.Itu disampaikan Direktur Pembinaan Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Ella
Yulaelawati.
Dia
meminta seluruh TK di Indonesia kembali pada jalurnya. Yakni, sebagai
lembaga pendidikan yang menyiapkan anak untuk mandiri dan mengembangkan
aspek sosial, salah satunya tidak takut bertemu dengan orang baru.
Menurut
dia, pendidikan TK yang mengajarkan baca, tulis, dan hitung, ternyata
dinilai tidak tepat. Pendidikan TK lebih tepat untuk bermain sambil
belajar.Sementara itu, baca, tulis, dan hitung, sebatas pengenalan saja. Namun, beberapa TK di Malang Raya sudah menerapkan baca tulis.
Alasannya,
itu karena permintaan orang tua siswa. Para orang tua lebih memilih
sekolah TK yang dapat mengajarkan anaknya baca tulis.
Ketua
Ikatan Guru Taman Kanak-kanak Indonesia (IGTKI) Kabupaten Malang
Handarijati pun membenarkan bahwa hal tersebut memang terjadi di
beberapa TK.
Kebutuhan belajar baca,
tulis, dan hitung, itu permintaan orang tua murid. ”Orang tua murid
maunya instan. Mereka ingin anaknya bisa baca tulis dan hitung di
sekolah agar keterima masuk SD,” ujar dia.
Jika lembaga TK tidak memenuhi permintaan tersebut, dampaknya tidak memiliki murid. Jadi, hampir serbasalah kalau seperti ini.
Namun,
dia menyatakan, tetap mengimbau kepada 940 TK yang ada di Kabupaten
Malang agar tidak memaksakan murid untuk baca, tulis, dan hitung.
Sebaiknya, materi tersebut diberikan sesuai batasan pengenalan. Sebagaiamana kurikulum TK yang berlaku.
Sekretaris
IGTKI Kota Batu Resti Mengari menyampaikan banyak TK di
Kota Batu berlomba-lomba untuk dapat menarik simpati warga masyarakat.
Salah satu caranya dengan menerapkan program intensif baca, tulis,
hitung, dan lebih sedikit bermain.
”Kalau tidak memenuhi, bisa jadi tidak ada peminatnya. Sekolah kok main saja, biasanya ada celetukan begitu,” imbuh dia.
Menurut
dia, sebetulnya yang diperbolehkan hanya mengenalkan angka saja. Jika
sudah masuk pada penjumlahan, perkalian, dan pembagian, itu sudah
berlebihan.
Ketua IGTKI Kota Malang
Lutfiyah menyatakan, adanya TK yang mengajarkan belajar tulis hitung
tidak dapat dimungkiri. Semua itu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Namun, sesungguhnya hal tersebut tidak tepat. Justru, dampaknya pada psikologi anak.
”Mereka belum waktunya baca tulis hitung seperti SD, tetapi sudah dipaksakan sejak kecil,” ujarnya.
Namun, dia selalu mengimbau beberapa guru TK di 358 TK yang ada di Kota Malang agar tidak fokus pada baca, tulis, dan hitung.
Namun, dia selalu mengimbau beberapa guru TK di 358 TK yang ada di Kota Malang agar tidak fokus pada baca, tulis, dan hitung.
Aspek
bermain yang harus lebih ditekankan. ”Dengan banyak bermain, justru
akan mengembangkan sel otak anak sejak kecil,” ujar sarjana psikologi
itu.
Di Kota Malang, menurut dia, TK
yang mengajarkan baca, tulis, dan hitung, tidak sedikit. Dia mengaku,
sering menerima laporan. ”Sekolah TK di sana kok mengajarkan seperti ini
dan itu,” terangnya.
Dia mengimbau
kepada orang tua untuk selektif dalam memilih TK. Sebab,TK menentukan
perkembangan psikologi anak. Bukan berarti baca, tulis, hitung, waktu
kecil tidak penting, tetapi di TK sifatnya hanya pengenalan.
Kepala
Bidang Pembinaan SD Dinas Pendidikan Kota Malang Atimah menyatakan,
masuk SD tidak mensyaratkan anak bisa baca, tulis, dan hitung dengan
mahir.(jpnn.com)