Universitas Islam Berperan Penting Membangun Pluralisme Agama

Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin memberi sambutan sekaligus membuka Internastional Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. (foto: kemenag|ruc)
Baiturahman News - Pluralisme agama memegang peran penting dalam menciptakan kedamaian global. Pluralisme agama bukan semata anugerah, tapi juga harus diciptakan dan diusahakan. Tidak ada pluralisme agama tanpa khazanah keagamaan dan tidak ada religious literacy tanpa pendidikan. Di sinilah Islamic Education terlebih Islamic University memainkan peran yang sangat penting.

Penegasan Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin disampaikan saat memberikan sambutan sekaligus membuka Internastional Seminar Contribution of Islamic Higher Education for Global Peace. Seminar internasional ini diselenggarakan oleh IDB UIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Asian Islamic Universities Associatin ( AIUA) di Semarang, Senin (21/11/2016).
Selain perguruan tinggi keagamaan Islam, menurut Kamaruddin Amin, kontribusi Indonesia dalam perdamaian dunia dan pluralisme agama juga tidak bisa dilepaskan dari keberadaan ormas Islam, seperti NU dan Muhammadiyah. Menurutnya, kedua ormas terbesar di Indonesia ini telah menunjukkan komitmennya terhadap perdamaian dan pluralisme dengan mengajarkan Islam yang moderat.
Rektor UIN Walisongo Muhibbin mengatakan, Islam Indonesia dicirikan sebagai Islam yang demokratis, toleran, moderat, dan apresiatif terhadap kultur lokal. Sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia sangat potensial untuk menjadi model Islam bagi belahan dunia lainnya.
Untuk itu, lanjut Muhibbin, dibutuhkan peran dan partisipasi ulama dan akademisi muslim Indonesia dalam mewarnai diskursus global mengenai Islam. "Perguruan Tinggi Islam harus sistematis menyuarakan Islam yang santun, moderat dan secara aktif mempromosikan peace and harmony," katanya.
Seminar internasional ini menghadirkan sejumlah narasumber dari dalam dan luar negeri, antara lain: Azyumardi Azra, Abdullah Saeed (Australia), Man-Gon Park (Korea Utara) Fernando Enns (Belanda), Nardin Kardi (Malaysia), Norarfan bin Zainal (Brunei), dan Ismail Lutfi Japakiya (Thailand).Ada tiga tema besar yang dibahas, yaitu:Islamic Higher Education and Radicalism-Terrorism Issues, Islamic Higher Education and Peace: Outsider Perspective,danIslamic Higher Education for Peace: Moslem Countries Experiences.
Seminar international yang diikuti para pimpinan dan dosen PTKIN, serta pengurus ormas dan utusan UGM, UII, dan Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini akan berlangsung hingga 23 November besok.
Sebelum ditutup, para peserta akan diajak melakukan perjalanan budaya (cultural trip) ke situs-situs dan pusat-pusat sejarah di Semarang yang menjadi simbul peace and harmony. Beberapa tempat yang akan dikunjungi antara lain: Masjid Agung Jawa Tengah, Klenteng Sam Poo Kong, Gereja Blenduk di Kota Lama dan kampus UIN Walisongo.
Peserta asal UIN Walisongo Musa Hadi mengaku seminar seperti ini perlu diselenggarakan sebagai sarana sharing para peneliti dan akademisi. Dari seminar seperti ini, diharapkan dapat dirumuskan alternatif pemecahan atas problem radikalisme yang belakangan mencuat. (kemenag.goid)

Subscribe to receive free email updates: