Negara dan Agama, Keduanya Saling Membutuhkan

MENAG LUKMAN HAKIM (foto kemenag)
Baiturahman News - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa negara dan agama saling membutuhkan. Keduanya menjalin hubungan yang saling menguntungkan atau simbiosis mutualisme, agama memerlukan negara, negara pun butuh agama.

"Agama memerlukan negara, karena melalui dukungan dan fasilitasi negara, nilai-nilai agama bisa dibumikan dan diimplementasikan dalam kehidupan masyarakatnya. Negara juga membutuhkan agama, karena para penyelenggara negara dalam menjalankan tugas dan fungsinya, membutuhkan spiritualitas, religuisitas," terang Menag.
Pesan ini disampaikan Menag saat berbicara di hadapan seratusan tokoh lintas agama, pada acara Silaturahim Menkopolhukam dengan tokoh-tokoh lintas agama di Kantor Kemenkopolhukam, Jakarta, Senin (21/11/2016) seperti dirilis kemenag.go.id.
"Penyelenggara negara mempunyai pemaknaan terhadap pelaksanaan kewajibannya. Inilah salah satu ciri khas Masyarakat Indonesia yang religius," tambahnya
Selain simbiosis mutualisme, lanjut Menag, hubungan negara dan agama juga saling mengimbangi dan mengontrol. Jika ada penyimpanan kekuasaan, maka agama akan berbuat sesuatu agar negara bekerja dengan baik kembali. Negara juga juga mengontrol praktek-praktek keagamaan.
"Sejarah mencatat, agama mayoritas cenderung represif terhadap minoritas. Nah, di sinilah, negara hadir dan diperlukan," kata Menag.
Menag berharap, masyarakat bisa menjadikan musyawarah sebagai solusi utama setiap kali menghadapi masalah. Jika musyawarah gagal, maka penyelesaian melalui hukum yang berlaku.
Hal ini berlaku juga dengan kasus yang menimpa Ahok. Menurutnya, jika silang sengketa tidak bisa diselesaikan dengan musyawarah, maka biarkan jalur hukum sebagai penyelesai. Untuk itu, diperlukan kearifan dan kedewasaan kita dalam bersepakat dengan hukum.
"Mari kita kawal bersama, agar proses hukum yang berjalan mampu memenuhi rasa keadilan kita semua," harapnya.
Sementara itu, Menkopolhukam Wiranto yang menutup Silaturahim menyatakan, perbedaan adalah fitrah manusia. Untuk itu, yang diperlukan adalah bagaimana perbedaan itu dikemas dalam bingkai kebersamaan denan proses komunikasi.
"Para sesepuh kita mengajarkan, bahwa kebijakan yang benar-benar bijak adalah memahami perbedaan," tegas Menko
Dalam silaturahim tersebut, hadir 6 agama resmi dalam berbagai komunitasnya. Silaturahim ini bertujuan meminta masukan dan buah pikir dari para tokoh lintas agama agar pemerintah mampu mengambil kebijakan adil, agar negeri tercinta tetap tenang dan damai. (mnm|kmg)

Subscribe to receive free email updates: