Hancurnya Umat Islam Karena Perbuatan Mereka Sendiri

Umat Islam di Afrika Tengah. (msf)
SEJARAH Islam telah memberikan bukti begitu banyak bahwa sedikitnya jumlah mereka bukanlah penyebab utama kekalahan mereka. Perang Badar, perang Tabuk, perang Khandak, perang Mu’tah, hingga perang-perang setelah wafatnya Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam selalu dimenangkan oleh kaum muslimin, sekalipun jumlah mereka sangat sedikit dan senjata mereka sangat terbatas.

Perang Qadisiah, Yarmuk, Nahawand, hingga penaklukkan Konstantinopel yang dilakukan oleh Sultan Muhammad Al-Fatih juga memberikan gambaran serupa; kaum muslimin dengan jumlah yang minim, bekal dan persenjataan terbatas, mampu mengalahkan musuh yang jumlah dan persenjataannya jauh berlipat.

Kekuatan iman dan persaudaraan serta kecintaan mereka kepada kehidupan akhirat, telah mengantarkan mereka pada kesuksesan di setiap penaklukkan, di samping semangat berkorban dan cinta mati syahid juga menjadi pendorong yang paling kuat untuk tetap bertahan.
Inilah janji Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kaum muslimin, bahwa kemenangan bukan ditentukan oleh jumlah pasukan dan kecanggihan senjata, juga bukan karena banyaknya sarana dan lengkapnya fasilitas. Faktor keimanan dan kebersihan mental setiap pasukan, serta keyakinan yang kuat akan datangnya pertolongan Allah telah membuat mereka selalu pulang dengan kemenangan.

Lalu, mengapa hari ini kita saksikan banyak kaum muslimin yang lemah dan kalah di hadapan musuh-musuhnya? Atau, mengapa pada masa dahulu kita juga pernah ‘menyaksikan’ kekalahan yang menimpa kaum muslimin? Adakah faktor lain yang membuat mereka harus kalah dan bertekuk lutut di hadapan musuh-musuhnya?

Inilah jawaban yang Allah berikan; Rasulullah mengisyaratkan bahwa pengkhianatan yang dilakukan oleh sebagian umat Islam atas sebagian lainnya telah menyebabkan kekalahan mereka di hadapan musuh-musuhnya. Inilah yang saat ini sedang terjadi.

Kehancuran umat Islam bukan oleh kekuatan musuh, bukan karena kehebatan mereka. Namun karena adanya pengkhianatan sebagian umat Islam. Para pengkhianat agama itu bekerja sama dengan thaghut dan orang-orang kafir untuk memerangi mujahidin. Orang-orang Islam yang munafik itu telah menjual darah daging saudaranya kepada musuh-musuh Islam dengan imbalan yang sedikit.

Sesungguhnya aku sudah memohon kepada Rabbku untuk umatku janganlah Dia membinasakan mereka dengan paceklik yang merajalela, jangan menundukkan mereka kepada musuh dari luar kelompok mereka yang menodai kedaulatan mereka. Sesungguhnya, Rabbku berfirman: Wahai Muhammad! Sungguh jika Aku telah menetapkan suatu ketetapan, maka tidak bisa ditolak. Aku berikan kepadamu untuk umatmu agar mereka tidak dibinasakan oleh paceklik yang merajalela dan agar mereka tidak dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang akan menodai kedaulatan mereka, sekalipun musuh itu berkumpul dari seluruh penjuru dunia, kecuali jika sebagian dari mereka membinasakan sebagian yang lain dan mereka saling menawan satu sama lain.” (HR Muslim dan Tirmidzi)

Ya, di antara mereka saling menawan satu sama lain, saling menikam dari belakang. Sebagian mereka ada yang menjadi informan musuh, ada yang menjadi kaki tangannya, dan ada pula yang benar-benar menjadi budaknya yang setia.

Sebagian mereka bekerja karena tekanan, sebagian karena iming-iming dunia yang dijanjikan, sebagian ada yang karena kebenciannya kepada umat Islam, namun ada pula yang sekedar untuk bertahan hidup.

Kegagalan umat Islam dalam mewujudkan cita-citanya lebih karena faktor di atas. Demikian pula keberhasilan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashrani, mereka menang bukan karena kehebatan dan kekuatan yang dimilikinya, melainkan adanya sebagian umat IsIam yang bergabung bersama mereka.

Ada banyak fenomena yang dapat kita ambil sebagai contoh. Pembunuhan terhadap Presiden Pakistan yang pro Mujahidin; Muhammad Ziaul Haq, pembunuhan terhadap mujahid terbesar abad 20; Syaikh Abdullah Azzam, pembunuhan terhadap Jenderal Khattab (Chechnya), semua terjadi akibat adanya umat Islam yang berkhianat.

Mereka bekerja dengan musuh-musuh Islam dengan imbalan dunia. Kekalahan umat Islam di Palestina juga tidak bisa terlepas dari banyaknya kaum muslimin yang berkhianat. Mereka bekerja sama dengan Amerika dan Israel dengan berbagai cara. Bangsa Arab (pemerintahnya) tertuduh sebagai pihak yang paling bertanggung jawab karena membiarkan Amerika mengusai sumber minyak dan barang tambangnya.

Negara-negara Arab juga memberikan dukungan cukup besar bagi kesuksesan Amerika dalam melancarkan aksi terornya di Iraq, Afghanistan, dan Palestina. Sebagian mereka ada yang memberikan dukungan materi dalam bentuk penyediaan tempat untuk pangkalan militer, ada yang memberikan dukungan moril dalam bentuk pernyataan dan fatwa-fatwa yang menghalalkan menyerang mujahidin.

‘Suksesnya’ Amerika dalam menguasai Afghanistan tidak bisa dilepaskan dari pengkhianatan yang dilakukan oleh kelompok Aliansi utara. Terbunuhnya lebih dari 600 Taliban pada peristiwa Qala-i Jangi juga karena pengkhianatan yang dilakukan oleh Presiden Pakistan Perves Musharraf.
Peristiwa bergabungnya sebagian umat Islam bersama musuh-musuhnya ini secara tegas dinubuwatkan dalam riwayat lain. Dari Tsauban, ia berkata: Rasulullah Shalallaahu ‘Alahi Wasallam bersabda:

Kiamat tidak terjadi sehingga suku-suku dari umatku bergabung dengan orang-orang musyrik dan hingga mereka menyembah berhala. Di tengah umatku kelak akan ada tiga puluh pendusta, masing-masing mengaku sebagai nabi, padahal aku adalah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi). Wallahu a’lam bish shawab.*

Abu Fatiah Al-Adnani, dari bukunya Kita Berada di Akhir Zaman.
Source: hidayatullah

Subscribe to receive free email updates: