Didepan 1500 Santri, Menag Lukman Hakim Curhat Ketika Nyantri di Gontor

santri pesantren Ar Raudhatul Hasanah tengah mendengarkan sambutan (foto: kemenag|rosidin)
Baiturahman News - Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin adalah santri. Penggalan perjalanan akademiknya dihabiskan di Pesantren Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur untuk belajar ilmu dan kehidupan.

"Fase terindah dalam hidup saya adalah saat mengenyam pendidikan di pesantren," demikian curhatan Menag itu di hadapan lebih dari 1.500 santri Ar Raudhatul Hasanah, Medan, Jumat (18/11/2016) sore.
Sebagaimana pelajar pada umumnya, Lukman juga pernah mengenyam pendidikan di sekolah dasar, menengah, hingga perguruan tinggi. Namun, dia merasa tidak ada yang lebih indah dibanding masa belajar di pesantren. Seluruh aktivitas pesantren dirasakannya memiliki nilai edukasi yang bermanfaat saat terjun ke masyarakat.
"Di situlah kita mendapat kesempatan mengasah kemampuan, sehingga potensi yang kita miliki dapat teraktualisasi menjadi talenta yang baik," tutur Lukman diiringi gemuruh tepuk tangan dari seluruh santri dan pengajar yang hadir.
Saking indahnya, Lukman mengaku menyesal karena hanya sebentar melewatkan fase terindah di pesantren. Empat tahun di pesantren, Lukman merasa banyak hal yang tidak sempat dipelajari. "Saya ingin menegaskan kepada seluruh santri yang hadir di sini untuk manfaatkan waktu yang tidak banyak di pesantren ini," tegas Lukman.
Lukman mengingatkan, waktu terus berjalan dan dalam waktu dekat, para santri akan keluar dari pesantren guna melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi atau terjun langsung ke tengah masyarakat. Lukman mengaku bangga karena saat ini banyak santri yang berkiprah baik di masyarakat, baik sebagai guru, pengusaha, maupun birokrat.
Bak bernostalgia dengan masa lalunya, Lukman menggugah semangat santri, sembari berucap "man jadda"(barangsiapa bersungguh-sungguh) yang tanpa komando langsung disambut kompak para santri dengan kata "wajada"(dia akan berhasil). Suara mereka menggema mengisi seluruh ruangan aula.
"Man shabara"(barangsiapa bersabar), pekik Lukman lagi dan kembali dijawab santri dengan kata "zhafira"(dia akan beruntung).
Pada kali ketiga, dengan suara yang tidak kalah keras, Lukman berkata "man saara 'ala ad-darbi"(barangsiapa berjalan pada jalannya), dan kembali dijawab kompak "washala" (dia akan sampai).
Indonesia tercatat memiliki lebih dari 28.961 pesantren. Sebagian di antaranya, telah berdiri sejak ratusan tahun lalu. Selain pendidikan salafiyah yang fokus pada pembelajaran kitab kuning, pesantren saat ini berkembang pesat dan menyelenggarakan pendidikan formal. (kemenag)

Subscribe to receive free email updates: