Manajemen Logistik Penting Dipahami dalam Tanggap Darurat Bencana

BaiturahmanNews - Dalam rangka meningkatkan kapasitas relawan dan pengurus LPBINU dalam mengelola logistik selama masa tanggap darurat, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) bekerja sama dengan Kuehne Foundation menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Logistik Kemanusiaan dan Distribusi Bantuan di gedung PBNU lantai 5. 
Pelatihan yang berlangsung  dari tanggal 10-12 Agustus 2016 ini dibuka oleh H Aizuddin Abdurrahman (Ketua PBNU), dan dihadiri oleh Temmy Tanubrata, Regional Director HELP Logistics untuk kawasan Asia.

Peraturan Kepala BNPB Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Pedoman Manajemen Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa dalam melakukan pengelolaan logistik, perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan, Pengadaan dan/atau Penerimaan, Pergudangan dan/atau Penyimpanan, Pendistribusian, Pengangkutan, Penerimaan di tujuan, Penghapusan, dan Pertanggungjawaban harus dilaksanakan secara keseluruhan menjadi satu sistem terpadu.

“Meskipun sistem logistik bencana menjadi salah satu komponen penting dalam penanggulangan bencana, tetapi masih terdapat banyak permasalahan saat pelaksanaannya. Kesulitan dalam perencanaan, pengelolaan dan distribusi bahan bantuan seringkali menjadi masalah yang dihadapi dalam fase tanggap darurat bencana,” ujar Ketua PP LPBINU, M. Ali Yusuf.

Selain itu, tambahnya, lemahnya koordinasi antar stakeholder dalam penanganan bencana turut memperlemah efektivitas penanggulangan bencana secara keseluruhan. Menyikapi hal tersebut, diperlukan sebuah pelatihan untuk meningkatkan kapasitas relawan dalam mengelola logistik selama masa tanggap darurat.  

Sinergi global

Pelatihan Manajemen Logistik dan Distribusi Bantuan ini difasilitasi oleh Temmy Tanubrata, Direktur dari HELP Logistics untuk wilayah Asia yang berkedudukan di Singapura dan Prof. Senator Nur Bahagia selaku pimpinan dari Pusat Kajian Logistik dan Rantai Pasok Institut Teknologi Bandung yang merupakan mitra dari program HELP Logistics di Indonesia, serta didukung oleh tim panitia dari LPBINU. 

HELP Logistics merupakan salah satu program unggulan dari Kuehne Foundation yang berfokus kepada peningkatan kemampuan logistik dan rantai pasok berbagai lembaga kemanusiaan di seluruh dunia. 

“Kuehne Foundation berbasis di Swiss, untuk HELP Logistics sendiri di Singapura. Selain bergerak di bidang logistik kemanusiaan, kami juga bergerak di bidang pendidikan, dan sosial-budaya,” jelas Temmy, Kamis (11/8) saat mendampingi peserta pelatihan kunjungan ke gudang milik Bulog di Sunter Timur Jakarta.

Pria yang sudah 14 tahun bergerak di bidang penanggulangan bencana ini menjelaskan bahwa urusan logistik kerap kali jadi salah satu kendala dalam penanganan bencana. Problem terbanyak antara lain kekurangan pasokan kebutuhan bahan makanan pokok hingga suplai barang yang tidak sesuai dengan kebutuhan korban bencana.

“Sebab itu pelatihan manajemen logistik kemausiaan ini sangat penting bagi relawan bencana agar problem kebutuhan logistik tidak menjadi bencana itu sendiri. Saya pikir, LPBINU harus memperkuat jaringan ke pengurus di daerah juga dengan masyarakat sehingga pengelolaan logistik bisa berjalan taktis-operasional,” ujar lulusan Cranfield University UK ini.

Bermodalkan kemampuan teknis dan diukung dengan jaringan yang luas, program pelatihan yang didukung oleh HELP Logistics ini diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi terbangunnya model atau sistem pengelolaan logistik yang lebih baik untuk LPBINU, sehingga penanganan tanggap darurat bencana selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.

Pelatihan di Jakarta ini diikuti oleh lebih dari 25 peserta, terdiri dari Pengurus Pusat, Pengurus Cabang dan relawan LPBINU di Jakarta dan Jawa Barat. Kegiatan serupa akan dilaksanakan di Semarang untuk peserta dari Jawa Timur, dan Jawa Tengah menjelang akhir tahun ini. Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan bahwa Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat merupakan wilayah dengan tingkat risiko bencana yang tinggi. 

Jawa Barat menempati peringkat pertama wilayah rawan bencana di Indonesia, yang selanjutnya diikuti oleh Jawa Tengah dan Jawa Timur. Potensi bencana yang terdapat di wilayah-wilayah tersebut meliputi bencana geologi, vulkanologi, klimatologi, dan lingkungan. Selain itu, terdapat 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) yang juga berpotensi menimbulkan bencana jika tidak dikelola dengan baik. (NU Online|Fathoni)

Subscribe to receive free email updates: