Menag: Penyatuan Kalender Hijriyah Beri Manfaat Besar Bagi Umat

Penyatuan kalender hijriyah akan memberikan manfaat besar bagi umat dari segala aspek. Pada aspek sosiologis misalnya akan memperkuat persatuan umat Islam di segala penjuru. Pada aspek Iptek, upaya ini akan menjadi sarana mengelaborasi ilmu falak dan fikih serta teknologi bidang astronomi dan telekomunikasi.

“Penyatuan kalender hijriyah atau sebutlah Kalender Islam sebenarnya tidak sulit, asalkan ada kemauan untuk bersatu dan menyamakan persepsi,” terang Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang tampil sebagai Keynote Speech Seminar Nasional Kalender Hijriyah Global  di Kampus Uhamka Pasar Rebo Jakarta, Jumat, (17/6/2016).
Selain Rektor Uhamka Suyatno, tampak hadir dalam acara tersebut Direktur Urais Kementerian Agama Muhammad Thamrind, Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Syamsul Anwar, Islamic Science Research Network UHAMKA Tono Saksono dan  Kakanwil Kemenag Provinsi DKI Jakarta Abdurrahman.
Mengutip Ketua LAPAN Dr Thomas Djamaludin, Menag mengatakan, ada tiga syarat untuk menjadikan Kalender Islam sebagai perhitungan waktu yang mapan dan dapat diterapkan secara nasional, regional maupun global. Pertama, ada otoritas tunggal yang menjaga sistem kalender. Kedua, adanya kriteria yang disepakati. Ketiga, ada batas wilayah yang jelas.
“Marilah segera menemukan kesepakatan yang maslahat. Kita harus berpandangan kedepan agar tidak hanya karena satu hal, yakni urusan rukyat dan hisab saja, agama dipandang sebagai beban kemajuan zaman,”  kata Menag yang juga berharap proses yang sudah berjalan hampir 20 tahun ini tidak semakin panjang.
Dikatakan Menag, sejak dua dekade silam, Kementerian Agama menaruh perhatian serius terhadap penyatuan standar dan kriteria penetapan awal bulan Qamariyah. Pada tanggal 24 Maret 1998 di Bogor, digelar musyawarah ulama, ahli hisab dan ormas Islam tentang kriteria Imkanur-rukyat. Pada tahun 2007 diselenggarakan dua kali dialog antar Nahdalatul Ulama dan Muhammadiyah yang berujung komitmen terhadap upaya penyatuan kalender hijriyah.
Atas penyelenggaraan seminar ini, Menag mengapresiasi UHAMKA yang telah menginisiasi seminar nasional dengan tema  penyatuan kalender Islam, kalender global ini. Menurutnya, ini adalah  suatu yang sangat penting dan tema yang sangat relevan, tidak hanya umat Islam Indonesia tetapi umat Islam dunia.
“Karena untuk menentukan kapan 1 Ramadhan, kapan 1 Syawal dan Dzulhijjah itu, sangat memerlukan cara kita bagaimana menentukan itu semua,” ujar Menag.
“Kita terus berupaya untuk menyamakan persepsi, karena itu juga tentu apa yang juga dilakukan oleh civitas akademika, oleh dunia akademisi ini yang didukung oleh pemerintah ini juga perlu didukung juga oleh ormas – ormas islam semua, tokoh-tokoh agama kita, kita memiliki cara pandang yang sama dalam menentukan kapan awal Ramadhan, 1 Syawal,”  imbuh Menag. (kemenag.goid)
Menag Lukman Hakim Saifuddin menerima cinderamata dari Rektor UHAMKA Suyatno usai tampil sebagai Keynote Speech Seminar Nasional Kalender Hijriyah Global di Kampus Uhamka Pasar Rebo Jakarta, Jumat, (17/6/2016).(foto:ba/dm).

Subscribe to receive free email updates: