Dasar Hukum Melakukan Qunut Dalam Shalat Witir Ramadhan

Qunut dalam shalat witir

وَسُنَّ قُنُوْتُ بِصُبْحٍ اَىْ فِىْ اِعْتِدَالِ رَكْعَتِهِ الثَّانِيَةِ بَعْدَ الذِّكْرِ الرَّاتِبِ عَلَى الْاَوْجُهِ. وَهُوَ اِلَى مِنْ شَيْئٍ بَعْدُ وَاِعْتِدَالِ اَخِرَةِ وِتْرِ نِصْفٍ اَخِرٍ مِنْ رَمَضَانَ لِلاتِّبَاعِ وَيُكْرَهُ فِى النِّصْفِ الْاَوَّالِ كَبَقِيَّةِ السَّنَةِ ( فتح المعين ص:20 )

Artinya: “Di sunahkan qunut dalam sholat subuh pada i’tidal rokaat ke- dua setelah membaca dzikir/do’anya sampai “Minsyai imba’du”, Dan di sunahkan pula qunut i’tidal yang ahir pada sholat witir di separo yang ahir dari bulan romadhon, karena mengikuti hadist. Makruh hukumnya qunut di separo yang awal bulan romadhon sebagaimana qunut (di luar romadhon dalam sholat witir)”. (Fathul Mu ‘in hal: 20).

Dalam kitab hadits

قَالَ الْحَسَنُ بْن عَلِىِّ عَلَّمَنِى رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلِمَاتٍ اَقُوْلُهُنَّ فِى الْوِتْرِ:اللَّهُمَّ اهْدِنِى فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِى فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِى فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِى شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِى وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَإِنَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Artinya:” Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajariku beberapa kalimat yang saya ucapkan dalam shalat witir, yaitu
Allahummahdiini fiiman hadait, wa’aafini fiiman ‘afait, watawallanii fiiman tawallait, wabaarik lii fiima a’thait, waqinii syarrama qadlait, fainnaka taqdhi walaa yuqdho ‘alaik, wainnahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbana wata’aalait. (Ya Allah, berilah aku petunjuk di antara orang-orang yang Engkau beri petunjuk, dan berilah aku keselamatan di antara orang-orang yang telah Engkau beri keselamatan, uruslah diriku di antara orang-orang yang telah Engkau urus, berkahilah untukku apa yang telah Engkau berikan kepadaku, lindungilah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan, sesungguhnya Engkau Yang memutuskan dan tidak diputuskan kepadaku, sesungguhnya tidak akan hina orang yang telah Engkau jaga dan Engkau tolong. Engkau Maha Suci dan Maha Tinggi)”
(HR. At Tirmidzi no. 463, ia berkata: ini hadits hasan.
Abu Isa at-Tirmidzi berkata:

ﻭﻻ ﻧﻌﺮﻑ ﻋﻦ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻓﻲ اﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ اﻟﻮﺗﺮ ﺷﻴﺌﺎ ﺃﺣﺴﻦ ﻣﻦ ﻫﺬا.

"Tidak kami ketahui dari Rasulullah shalla Allahu alaihi wa sallama tentang Qunut Witir yang lebih baik dari riwayat ini"
Hadits di atas Di riwayatkan juga Abu Daud no. 1425, An Nasai  bab 51, Ibnu majah no: 117,

baihaqi, al hakim juz: 3 hal: 172 di kutip dari sunan at tirmidzi juz: 2 hal 11).

وَقَدْ رُوِيَ عَنْ عَلِىِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ لَا يَقْنُتُ اِلاَّ فِى النِّصْفِ الْاَخِرِ مِنْ رَمَضَانَ, وَكَانَ يَقْنُتُ بَعْدَ الرُّكُوْعِ (رواه الترمذى جزء:2 ص:12 )

Artinya: “Sungguh telah di riwayatkan dari Ali bin abi tholib ra. “Sesung- guhnya ia tidak berqunut dalam sholat witir kecuali di separo yang ahir dalam bulan romadhon, dan ia berqunut setelah ruku’. (HR. Attirmidzi, dalam sunan attirmidzi juz: 2 hal: 12).

Imam Attirmidzi berkata:

وَقَدْذَهَبَ بَعْضُ اَهْلِ الْعِلْمِ وَبِهِ الشَّافِعِىُّ وَاَحْمَدُ (رواه الترمذى �



Artinya:”Sebagian ulama telah memilih pendapat ini (qunut dalam sholat witir di separoh yang ahir dalam bulan romadhon), demikian juga Imam Syafi’i dan Imam Ahmad”. ( sunan attirmidzi juz: 2 hal: 12).

Syaikh al-Mubarakfuri, pengarang kitab Tuhfat al-Ahwadzi, mengutip dari ulama ahli hadis Syaikh Muhammad bin Nashr yang menyampaikan banyak atsar baik dari Sahabat Nabi maupun para ulama ahli ijtihad tentang dasar Qunut di pertengahan kedua bulan Ramadlan. Diantaranya adalah:

1- Said bin Jubair

ﻭﺳﺌﻞ ﺳﻌﻴﺪ ﺑﻦ ﺟﺒﻴﺮ ﻋﻦ ﺑﺪء اﻟﻘﻨﻮﺕ ﻓﻲ اﻟﻮﺗﺮ ﻓﻘﺎﻝ ﺑﻌﺚ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ اﻟﺨﻄﺎﺏ ﺟﻴﺸﺎ ﻓﻮﺭﻃﻮا ﻣﺘﻮﺭﻃﺎ ﺧﺎﻑ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻠﻤﺎ ﻛﺎﻥ اﻟﻨﺼﻒ اﻵﺧﺮ ﻣﻦ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻗﻠﺖ ﻳﺪﻋﻮ ﻟﻬﻢ

Said bin Jubair ditanya tentang permulaan Qunut dalam salat Witir. Beliau berkata: "Ketika Umar bin Khattab mengutus pasukan lalu mereka mempedaya pasukan yang dikhawatirkan kepada mereka, maka ketika sudah masuk pertengahan terakhir bulan Ramadlan, saya katakan bahwa Umar berdoa untuk mereka"

2- Imam al-Syafi'i

ﻗﺎﻝ اﻟﺰﻋﻔﺮاﻧﻲ ﻋﻦ اﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻲ ﺃﻥ ﻳﻘﻨﺘﻮا ﻓﻲ اﻟﻮﺗﺮ ﻓﻲ اﻟﻨﺼﻒ اﻵﺧﺮ ﻭﻻ ﻳﻘﻨﺖ ﻓﻲ ﺳﺎﺋﺮ اﻟﺴﻨﺔ ﻭﻻ ﻓﻲ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﺇﻻ ﻓﻲ اﻟﻨﺼﻒ اﻵﺧﺮ

Za'farani berkata dari al-Syafii: "Aku senang jika mereka Qunut di pertengahan akhir". Al-Syafii tidaklah Qunut (dalam sholat witir) di sepanjang tahun dan tidak di bulan Ramadlan kecuali pada pertengahan terakhir.

3- Imam Ahmad bin Hanbal

ﻗﻠﺖ ﺇﺫا ﻛﺎﻥ ﻳﻘﻨﺖ اﻟﻨﺼﻒ اﻻﺧﺮ ﻣﺘﻰ ﻳﺒﺘﺪﻱء ﻗﺎﻝ ﺇﺫا ﻣﻀﻰ ﺧﻤﺲ ﻋﺸﺮﺓ ﻟﻴﻠﺔ ﺳﺎﺩﺱ ﻋﺸﺮﺓ

Saya (Abu Dawud bertanya pada Ahmad bin Hanbal) : "Jika Qunut pada pertengahan akhir bulan Ramadlan, kapankan dimulai?" Ahmad bin Hanbal menjawab: "Jika telah lewat 15, yaitu pada malam 16 Ramadlan"

Dikutip dari kitab Tuhfat al-Ahwadzi Syarah Sunan al-Tirmidzi 2/463/WA. M. Jazuli

Subscribe to receive free email updates: