Patut Dicontoh; Hindari Suap, Bripka Seladi Rela Merangkap Pemulung


BRIPKA SELADI
Citra polisi lalu lintas sebagai penerima suap masih begitu kental di masyarakat. Namun tidak demikian dengan Bripka Seladi, anggota kepolisian yang bertugas di Polres Malang Kota.
Sehari-harinya usai berdinas di kepolisian, bapak 3 anak ini rela melakoni pekerjaan sampingan yang dianggap rendahan masyarakat, menjadi pemungut sampah alias pemulung.

Dari pekerjaan sambilan tersebut, Seladi mendapat penghasilan tambahan Rp. 25 ribu rupiah hingga Rp. 50 ribu rupiah perharinya.

Meski dianggap ikhlas, Seladi mengaku ikhlas dan bangga dengan penghasilan tambahan seadanya, daripada harus menerima suap. Bagaimana cerita lengkapnya? Berikut kisanya.
Bagaimana awalnya hingga bisa menjalani pekerjaan sambilan memungut sampah?
Saya melakukan ini tanpa rasa gengsi tanpa malu. Kan itu rejeki yang sudah dibuang. Saya tidak merugikan masyarakat, karena ini barang yang sudah dibuang, saya kumpulkan ya untuk tambahan. Dan lingkungan kan menjadi bersih.
Respon dari keluarga bagimana?
Istri dan anak saya sangat mendukung sekali saya menjalani pekerjaan sampingan ini. Karena bisa jadi tambahan setiap bulanya.
Berapa penghasilan dari mengolah sampah ini per hari?
Awalnya Rp. 25 ribu rupiah sampai 27 ribu rupiah per hari.
Apa tak  menggangu tugas-tugas di kepolisian?
Saya melakukan ini di luar dari jam dinas, gak ada plotingan, gak ada perintah atau gak ada Siaga 1, ya itu saya manfaatkan waktu setengah hingga satu jam. Apalagi pas lepas dinas, itu saya manfaatkan 12 jam untuk cari sampah.

Sampah dari mana saja yang bapak kumpulkan?
Saya juga nerima dari pemulung sampah itu yang jual ke saya. Di stadion kota baru itu kan juga banyak sampah-sampah itu ndak karua-karuan. Nah itu saya pilah-pilah, kan ada harganya sendiri-ndiri. Jadi misalnya kardus ada sendiri, botol sendiri, jadi itu saya kumpulkan jadi satu, nanti kalau sudah satu bulan baru saya keluarkan.
Bagaimana respon rekan-rekan dan atasan bapak setelah mengetahui Anda bekerja sampingan jadi pemulung?
Saya enggak mengharapkan (apresiasi) itu pak, meski dari atasan. Semoga semuanya ini berjalan lancar, semoga saya diterima teman-teman. Ada kemarin yang memberikan apresiasi kepada saya atau  simpati, ngasih mie satu kardus ke saya. Saya bagi rata-rata ke rekan-rekan pemulung.
Kenapa bapak harus capek-capek ngumpulin sampah, bukankah tempat bapak bertugas bisa dimanfaatkan cari rezeki?
Begini Pak. Ini memang kotor tetapi rejeki. Jadi saya cari yang kotor aja,  asal itu bisa memberi barakah, halal. Insyaallah untuk anak istri saya itu bisa jadi obatlah sekaligus bisa mendapat tambahan.
Memag  ada pilihan Pak. Yang Maha Kuasa memberi kita 2 pilihan, buruk dan jelek. Ngambil yang buruk silahkan, yang baik juga silahkan, itu kembali ke pribadi masing-masing. Kalau saya insyaallah ngambil yang baik.
Bagaimana bapak kuat menepis godaan-godaan rezeki tidak halal?
Selama 16 tahun saya bertugas di Uji Praktek SIM, belum pernah saya terima sepeser pun. Belum pernah saya tergoyahkan sama orang-orang yang ingin melincinkan supaya bisa lolos. Orang yang gak lulus otomatis kan memberi imbalan tertentu, ada yang rokok, uang  ke saya.  Alhamdulillah belum pernah saya terima, Allah masih melindungi saya. Kalaupun mereka maksa untuk nerima, saya bilang terima kasih dan saya bilang ke mereka, berikan saja ke yang lebih membutuhkan.

Apa ada cibiran atau ejekan atas konsistensi bapak untuk tidak menerima suap selama ini?

Ya memang ya Pak, banyak sekali yang mengatakan seperti itu, tapi saya menghadapi dengan tabah, tawakkal berdoa dan berusaha. Ada yang bilang munafik, yang bisa merasakan masyarakat di Kota Malang ini bisa bicara. Karena waktu saya praktek gak ada orang yang mengeluarkan sepeser pun selain yang resmi Rp. 120.000 untuk SIM A SIM B1 dll”.

Bripka Seladi saat bertugas
Bripka Seladi saat bertugas [Foto: Liputan6.com]

Tak banyak orang mau bekerja keras demi mendapat rejeki halal, apa yang ingin bapak katakan untuk masyarakat? Saya ngajak warga masyarakat, saya memberi contoh kepada warga saya di sana. Ya seperti ini contohlah, “Saya lho nggak malu,” demikian istilah orang kampung Pak. Alhamdulillah respon dari masyarakat baik.
Di pertengahan wawancara mengalir banyak ucapan dan dukungan dari masyarakat, juga do’a dan harapan kepada Bripka Seladi. Meski usianya sudah menginjak kepala 5, Bripka Seladi adalah contoh dari masih aparat yang jujur dan memiliki integritas tinggi. 
Di penghujung wawancara, Bapak 3 anak ini menitipkan doa dan dukungan dari masyarkaat agar anak pertamanya dapat lolos tes tamtama di kepolisian/ Setelah 3 kali sebelumnya berakhir gagal.
“Mohon doa restu, anak saya pertama waktu kan tes bintara tidak lolos sampai 3 kali. jadi ini ke tamtama moga dikabulkan yang maha kuasa dan doa restu dari bapak-bapak”. *
Rep: Anton R
Editor: Cholis Akbar

Subscribe to receive free email updates: