KH A Faqih Muntaha, Pengasuh Pesantren Al-Asyariyah Kalibeber Wonosobo Wafat
Innalillahi wa Innailahi rajiun,
kabar duka datang dari pesantren Al-Qur'an Al-Asyariyah Kalibeber
Wonosobo Jawa Tengah. KH Ahmad Faqih Muntaha, pengasuh pondok pesantren
yang memiliki nilai historis perjuangan kebangsaan tersebut pada Jumat
(20/5/2016) sekitar pukul 19.00 wafat dalam usia 61 tahun, setelah dirawat
selama sepekan di rumah sakit Islam Wonosobo akibat menderita komplikasi
sakit jantung.
Menurut penuturan keluarga,
sekitar pertengahan April lalu, kiai kelahiran 1955 ini masih menunaikan
ibadah umrah. Hanya saja pada saat berada di tanah suci beliau sempat
merasakan sakit dan mendapat perawatan di rumah sakit setempat.
Sebenaranya pasca pengobatan dari tanah suci hingga pulang kembali ke
tanah air keadaannya sudah membaik.
Putra
sulung almaghfurlah KH. Muntaha Alhafidz ini meningglkan lima orang
putra dan satu putri. Jenazah akan dimakamkan Sabtu pukul 10.00 Wib di
pemakaman Desa Karangsari Mojotengah Wonosobo, atau sebelah utara kampus
UNSIQ Wonosobo.
Menurut pantauan NU Online,
pukul 21.00 Wib jenazah Abah Faqih, demikian para santri memanggilnya,
sudah berada di masjid pesantren. Sejak itu secara bergelombang para
pentakziah melaksanakan shalat jenazah untuk memberikan penghormatan
terakhir. Sementara para santri dan alumni masih terus membacakan
Al-Qur'an di dalam masjid baik secara sendiri-sendiri ataupun bergantian
dengan menggunakan pengeras suara.
Di mata
para santri, Abah Faqih dikenal sebagai sosok dermawan. Selain itu
pengasuh generasi kelima di Pesantren Al-Asyar'iah yang didirikan KH.
Muntaha bin Nida Muhammad ini juga merupakan sosok sederhana dan
bersahaja meskipun bisa saja bergaya mewah jika mau. Tapi pilihan
kemewahan demikian tidak dikehendakinya.
Menurut
salah satu pengurus pondok yang ikut menunggui di rumah sakit selama
Abah Faqih menjalani perawatan, sebenarnya pihak rumah sakit telah
menawarkan dan memberikan kepada beliau fasilitas dan pelayanan istimewa
untuk ditempatkan di kamar pasien dengan kelas VIP, tetapi atas
permintaan beliau sendiri justru minta agar ditempatkan di ruang pasien
yang standar biasa.
"Sikap demikian (mengambil
pilihan sederhana) memang telah menjadi karakteristik dari kepribdian
beliau. Seperti itu bukan karena tidak mampu. Sangat mampu, hanya
lantaran kepribadian beliau yang memang tidak senang berlebih-lebihan
dalam menjalani apa saja," kata Andrei, salah satu ketua Pondok
Pesantren Al-Asyariah. (m haromain/nu online)