Produksi 50.000 Masker Sehari, Tunisia Isolasi 150 Pekerja di Pabrik



Buruh di sebuah pabrik di Tunisia tekun bekerja untuk menghasilkan 50.000 masker bedah perhari, setelah memilih untuk menjalani lockdown di tempat kerja.
Sebanyak 150 pekerja, kebanyakan perempuan, sudah mengisolasi diri selama satu bulan di pabrik.
Hal itu dilakukan dengan dorongan patriotisme sementara negara sedang menghadapi wabah coronavirus, kata manajer mereka Hamza Alouini kepada BBC Jumat (27/3/2020).
Salah satu pekerja, Khawla Rebhi, mengaku sangat rindu dengan keluarganya. Namun, keceriaan teman-temannya cukup menjadi kompensasi dan menghibur dirinya.

“Suami dan putri saya yang berusai 16 tahun mendukung dan mendorong saya untuk melakukan ini,” kata Rebhi, yang bertangung jawab atas lini produksi.
Pabrik itu biasanya menjual produk perlengkapan proteksi medisnya ke luar negeri, tetapi sekarang fokus untuk mencukupi kebutuhan  di dalam negeri.
Negara di Afrika Utara itu, yang memberlakukan lockdown sejak Ahad (22/3/2020), memiliki 227 kasus coronvirus terkonfirmasi dan 6 pasien meninggal pekan lalu.
Termasuk yang “menginap” di pabrik yang terletak di kawasan pedesaan di selatan ibu kota Tunis itu sejak sepekan lalu adalah beberapa tukang masak, seorang dokter dan seorang apoteker.
Di sana terdapat asrama terpisah untuk 110 wanita dan 40 pria, dengan suplai makanan cukup untuk satu bulan.
“Kami menyediakan tempat untuk berbagai macam olahraga dan menari untuk kaum wanita, dan tempat untuk sepakbola dan basket bagi kaum pria,” kata Rebhi.
“Dan kami semua bisa mengakses internet dan video chat dengan keluarga kami ketika tidak bekerja.”
Dia menjelaskan pabrik beroperasi dari pukul 06:30 sampai 22:30 dengan dua shift 8 jam kerja setiap hari. Kaum Adam biasanya bekerja di shift kedua.
Alouini mengatakan pekerja perlu diisolasi dipabrik sebab apabila virus menyebar di kalangan karyawan, mereka tidak bisa memenuhi produksi masker dan perlengkapan pelindung yang dibutuhkan para dokter dan tenaga medis di negara itu semasa wabah Covid-19.
“Apabila kami tidak bekerja, maka dokter-dokter tidak akan terlindungi dari virus,” kata Alouini kepada BBC dalam program radio Focus on Afrika.
Rebhi mengatakan, meskipun semangat patriotisme memberikan semangat dan harapan kepada para karyawan untuk terus bekerja, tetapi mereka tidak membantah kalau mereka juga khawatir akan tertular Covid-19. (hdy/ulul).

Subscribe to receive free email updates: