Ulama Afganistan Belajar Islam Indonesia, Pemuda Kita Belajar Perang ke Sana
Foto Kemenag |
"Kalau kita mau belajar tentang kerukunan dan moderasi beragama, deradikalisasi agama, tidak perlu baca buku yang panjang, datang saja ke sini," terangnya diikuti tepuk tangan ASN yang memadati Aula Kanwil Kemenag Maluku di Ambon. Di hadapan Wamenag, Fesal mengenang kisah kelam kehidupan masyarakat Maluku saat terjadi konflik horizontal pada 1999. Namun, pengalaman itu berhasil dibalik menjadi kisah indah kerukunan umat beragama.
"Maluku pada tahun 1999 terjadi konflik horizontal. Sekarang Maluku punya cerita sukses, indeks kerukunan Provinsi Maluku ranking tiga terbaik tingkat nasional sejak 2017," ujar Fesal. "Indeks kebahagiaan dan demokrasi berdasarkan survei BPS 2017 dan 2018 juga terbaik di Indonesia. Bahkan, Ambon pada tahun 2018 mendapat Harmony Award dari Menteri Agama," lanjutnya. Ambon, kata Fesal, kini menjadi class room, tempat belajar kerukunan. Tercatat sejumlah utusan Myanmar, Thailand, Amerika, Belanda, dan Afganistan belajar kerukunan di Ambon. Demikian juga sejumlah provinsi di Indonesia, mereka datang ke Ambon untuk belajar kerukunan. Maluku adalah wilayah kepulauan dengan 92,4% laut, dan 7,6% daratan. Provinsi ini terdiri dari lebih 1.400 gugusan pulau. Ada beberapa wilayah berbatasan langsung dengan Australia, Timur Leste, dan Papua Neugini. Berdasarkan data tahun 2018, penduduk Maluku berjumlah 1.822.282 jiwa. Sebanyak 50,76% di antaranya adalah muslim. Sementara 37,87% beragama Kristen, 10,52% Katolik, 0,27% Hindu, dan 0,13% Buddha. Provinsi Maluku terbagi dalam sembilan Kab/Kota. "Ada ratusan suku, multi etnis dan bahasa, tapi rukun dalam bingkai NKRI," tandas Fesal. (kemenag/alfa).