Kearifan Lokal Dapat Redam Radikalisme


Foto Humas Kemenag

Assesor BAN PT Syauqi Mubarak menyampaikan bahwa kearifan lokal dapat berperan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang terjadi. Menurutnya, kearifan lokal imun daya tangkal yang dapat meredam radikalisme.

"Kearifan lokal Banjar tutur lisan berisikan papadah atau nasehat yang dipegang sebagai pandangan dan pedoman hidup Orang Banjar. Kearifan lokal dapat menjaga pluralisme dan kemajemukan SARA dalam kebhinekaan," terang Syauqi saat menjadi narasumber pada Dialog Budaya Keagamaan di Banjarmasin, Senin (16/9/2019).

Dialog digelar Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan dan Manajemen Organisasi (LKKMO) bekerjasama dengan UIN Antasari Banjarmasin. Acara yang akan berlangsung tiga hari, 16-18 September 2019 ini diikuti para Peneliti Puslitbang LKKMO, Civitas Akademika UIN Antasari Banjarmasin serta sejumlah tokoh agama dan budayawan.

Acara ini dimeriahkan pentas seni madihin. Lantunan syair-syair Madihin sesekali diiringi dengan tabuhan musik terbang merupakan salah satu simbolisasi kearifan lokal Banjar. Dalam budaya banjar bahasa sebagai penanda identitas Banjar. Kehilangan bahasa kehilangan kearifan lokal.

Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Abdurrahman Masud menyampaikan pentingnya budaya literasi atau iqra. Menurutnya,  iqra adalah lambang peradaban dan budaya bangsa. Iqra juga bisa menjadi landasan idioligis keagamaan.

Prof Mas’ud menggarisbawahi bahwa saat ini masyarajat dihadapkan pada  gagap budaya literasi terutama literasi teknologi. Kondisi ini bisa berbahaya di tengah arus informasi media sosial yang berkembang cepat sehingga berita hoaks menyebar di mana-mana. Jika berita hoaks dibiarkan, itu dapat menimbulkan disharmoni  antarumat beragama.

Karena itu, Mas'ud menilai pentingnya menciptakan budaya iqro, bertabayun, dan memverifikasi berita yang diperoleh. Hal penting lainnya adalag dakwah yang mencerahkan dan mendidik, bukan yang memperkeruh. Yaitu, dakwah yang dapat menciptakan kerukunan dan kedamaian internal maupun eksternal bangsa Indonesia.

Rektor UIN Banjarmasin Mujiburrahman menyampaikan, teknologi amat tergantung oleh dua hal: speed dan power. Adalah tanggung jawab bersama para akademisi, tokoh agama, dan tokoh budayawan untuk mengarahkan generasi muda agar dapat menggunakan teknologi terutama media sosial dengan baik.

Kepala Puslitbang LKKMO Dr. Muhammad Zain mensinyalir adanya pergeseran sikap masyarakat masa kini.  Dahulu orang jika mengalami masalah datang ke masjid, sekarang mereka datang ke mall atau tempat wisata. Dahulu ulama sebagai panutan dan tempat diskusi dalam menyelesaikan masalah, sekarang orang lebih senang mencari jawaban solusi lewat google atau Wikipedia. Bahkan kevalidan sebuah tulisan di media sosial dilihat dari jumlah followernya.

Akan hal ini,  Prof. Mujib memaparkan pentingnya menginterfensi ruang publik dalam mewujudkan moderasi beragama. Oleh karena itu UIN Antasari Banjarmasin menyambut antusias program kerjasama dari Puslitbang LKKMO, salah satunya adalah Penerjemahan Al-Quran Bahasa Banjar.  Penerjemahan Al-Quran Bahasa Banjar disebar kan di media sosial dan mendapatkan respon yang positif dari masyarakat.

"Sekarang ini Penerjemahan Al-Qur’an Bahasa Banjar sedang direvisi ornamennya dan bacaannya ditashih oleh LPMQ yang hasilnya sebagai interfensi moderasi dan kerukunan umat beragama," ujarnya.

Selain itu, perpustakaan UIN Antasari Banjarmasin sedang mempersiapkan corner manuskrip keagamaan sebagai khazanah budaya dan peradaban bangsa. (kemenag/ulul).

Subscribe to receive free email updates: