Membangun Moderasi Beragama

Oleh : Nina Indriana (Kepala MAN 3 Bekasi)

Menjamurnya berita ujaran kebencian, sara, bully, persekusi mengancam secara verbal, pornografi, pornoaksi, intoleransi, narkoba, radikalisme, dan terorisme di medsos baik online maupun offline.
Melatarbelakangi lahirnya regulasi sebagai rujukan dasar pemerintah cq. Kementerian Agama RI, melakukan langkah empatif dan persuasif melaksanakan sosialisasi tentang Moderasi beragama.



Langkah konkrit
Kementerian Agama RI, sebagai ujung tombak, mata, dan telinga pemerintah dan negara merumuskan dalam  visi, misi, dan program kerja pada 2019, tiga mantra. Pertama Mantra Moderasi beragama. Kedua Kebersamaan Umat,  dan Ketiga Integrasi data.
ASN Kementerian Agama sebagai agen moderasi beragama yang plural, humanis, dan egaliter mesti mengaplikasikan, mengimplementasikan, dan mensosialisasikan kepada warga masyarakat tentang apa itu Moderasi Beragama.
Apakah Moderasi Beragama Itu?
Moderasi beragama, bagaimana membangun kehidupan umat seagama dan antar umat beragama terjalin harmonis hubungan yang penuh dengan rasa cinta,  mengasihi, menyayangi, saling menghargai,  etika sopan santun, ramah tamah,  berbudi luhur,  sesuai dengan budaya, kultur dan karakter hidup masyarakat Indonesia.
Mohammad Hashim Kamali menegaskan bahwa moderasi, yang dalam bahasa Arab berarti wasathiyah, tidak dapat dilepaskan dari dua kata kunci lainnya, yakni berimbang (balance), dan adil (justice).
Moderat bukan berarti kita kompromi dengan prinsip-prinsip pokok ushuliyah ajaran agama yang kita yakini demi bersikap toleran kepada umat agama lain; moderat berarti “… confidence, right balancing, and justice…”
Tanpa keseimbangan dan keadilan, seruan moderasi beragama akan menjadi tidak efektif. Dengan demikian, moderat berarti masing-masing tidak boleh ekstrem di masing-masing sisi pandangnya. Keduanya harus mendekat dan mencari titik temu dan menghindari perbedaan.
Penyampaian  Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saepuddin, bahwa Moderasi Beragama adalah kehidupan beragama yang penuh toleransi, menyebarkan kasih sayang. Beliau menuturkan, yang dimaksud moderat harus sesuai dengan esensi dari agama itu sendiri.
"Jadi agama Islam itu ya moderat. Islam sebagai sebuah ajaran itu pastilah moderat, tapi cara kita memahami ajaran ini yang bisa tergelincir atau terperosok pada paham ekstrem dalam memahami.



Bagaimana Moderasi Beragama Dapat Dibangun?
Moderasi Beragama merupakan keharusan dalam sikap hidup beragama bisa dibangun dengan tiga pilar.
Pertama,Egaliter yakni sikap dan karakter hidup dengan perbuatan memperlakukan sesama manusia sederajat,  setara dan sama tidak melihat suku,  agama,  ras,  bangsa,  maupun golongan.
Kita sebagai insan penghuni dan pemelihara bumi,  mengemban visi dan misi egaliter, sejatinya tidak merasa lebih tinggi dalam hal kekayaan materi,  tingkat keilmuan,  jabatan yang disandang,  dan strata sosial.
Perbedaan dan puspawarna kehidupan hanyalah fitrah kodrati agar terjadi sinergi, tolong menolong,  dan kesinambungan harmonisasi sesama insan yang hanya mempunyai hak memakai dan mengelola dari Allah SWT,  Sang Pemilik segala perbendaharaan bumi, langit, dan seisinya.
Kedua, Pluralis yaitu sikap dan karakter hidup dengan perbuatan menghargai dan menghormati keberagaman dalam menjalankan ritual ibadah berdasarkan keimanan sesuai dengan agamanya masing-masing.
Sebagai pengemban amanah, kita hidup dalam kemajemukan beraneka latar.
Kesadaran hidup plural menjadi hal yang sangat penting ditengah-tengah masyarakat.  Sehingga dalam menjalani kehidupan membuat kita berdamai dengan diri sendiri dalam menjalani hubungan bermasyarakat dan berspiritual. Dalam hal komitmen pilihan Iman (Agama), suatu isme pemikiran,  dan politik menjadi hak privat masing-masing.
Ketiga,  Humanis adalah sikap dan karakter hidup memperjuangkan terwujudnya pergaulan yang lebih baik berdasarkan asas kemanusiaan dan pengabdian kepentingan kepada sesama.
Prilaku humanis sebagai insan, bagaimana menghormati,  menghargai hak-hak asasi manusia dengan tidak menindas, menjaga perdamaian,  dan selalu menciptakan suasana yang penuh kedamaian. Sehingga akan tercipta rasa keharmonisan dan ketentraman dalam kehidupan bermasyarakat.
Kehadiran kita ditengah-tengah masyarakat sebagai motivator dan contoh teladan hidup penuh dengan energi mensyukuri dan berbahagia.
Dengan demikian apabila ke tiga pilar tersebut sudah  mengejawantah dalam kehidupan, dan menjadi sikap dan karakter hidup,  maka Moderasi Beragama bisa kita wujudkan.
(sumber artikel: http://jabar.kemenag.go.id/opini-523-membangun-moderasi-beragama).

Subscribe to receive free email updates: