Seorang Prajurit TNI Ikut Lomba di Cabang Hias Mushaf
BRNews.id - Perlombaan
cabang/golongan Hiasan Mushaf dan Kontemporer di Musabaqoh Tilawatil
Quran tingkat Nasional (MTQN) ke 27/2018 diramaikan pengunjung.
Bahkan satu orang prajurit TNI berpakaian dinas asal Kalimantan Barat
(Kalbar) juga turut berpartisipasi sebagai peserta lomba.
Ditemui
saat jeda istirahat makan siang, seorang peserta asal Kalbar, Praka
Hendro Budi mengaku ingin terlibat dalam kegiatan syiar Islam. Sehingga
TNI sebagai lembaga yang menaunginya, bisa berpartisipasi di bidang
Agama. Karena itu dalam dua event MTQN di Kepri dan NTB sebelumnya, ia
selalu menjadi peserta yang diutus atas nama provinsi maupun atas nama
kesatuan.
Meskipun
diakuinya tingkat kesulitan dalam mengerjakan kaligrafi untuk hiasan
mushaf Alquran, cukup tinggi. Namun dia meyakini dengan sikap istiqomah
dan latihan keras menghadapi lomba tingkat Nasional, mereka akan mampu
meraih prestasi.
"Ini
kan tingkat nasional, berbeda dengan di kecamatan, kabupaten dan
provinsi," ujar Hendro, Senin (8/10). Dengan kompetisi ini pula ia
berharap bisa tampil maksimal dan meraih juara. Jikapun belum juara,
Hendro mengaku sudah senang bisa memberikan yang terbaik untuk provinsi
dan lembaganya.
"Kalau
pakai seragam ini memang pesan komandan satuan,” ujarnya. Begitu juga
pertemuan di sini bersama rekan-rekannya di MTQ menurut Hendro
memberikan kesan luar biasa.
“Di sini saya bisa bertemu bersama
rekan-rekan MTQ dan teman-teman, jadi kayak reuni. Kalau biasanya
melalui media sosial, sekarang langsung bertemu serta berbagi ilmu,"
sebut prajurit TNI dari Brigip 19 Khatulistiwa, Kodam 12 Kalimantan
Barat.
Sementara
Dewa Hakim, Didin Sirojuddin mengatakan sebanyak 64 orang putra dan
putri ikut berpartisipasi dalam dua cabang atau golongan tersebut. Pada
hiasan mushaf, ada tiga kelompok penilaian yakni tentang kebenaran
kaidah huruf, keindahan dan hiasan. Sedangkan untuk kontemporer, unsur
kaligrafi yang dikoreksi adalah kebenaran penulisan, gaya, seni rupa dan
penyelesaian akhir.
"Jadi
kalau hiasan mushaf itu cenderung mempertahankan pola tradisional.
Sedangkan gaya kontemporer itu menampilkan pola yang lebih modern dan
ekspresif," jelasnya.
Khusus
untuk kontemporer lanjut Sirojudin, keunggulan karya lukis berdasarkan
kedekatan antara ayat Alquran dengan latar belakang lukisan.
"Jadi
antara lukisan dengan ayat itu harus sedekat mungkin. Maka itu faktor
penilaian, mana yang paling dekat, itu yang unggul," pungkasnya. (kemenag sumut/azka).