Madrasah dan Pendidikan Inklusif dalam Ciptakan Masyarakat Berkarakter
BRNews - Kasus kenakalan remaja pada umumnya, dan
kenalakalan pada peserta didik khususnya saat ini tak lagi bisa
dianggap enteng. Sekali saja mereka salah dalam melangkah, dan tak ada
pihak yang mampu untuk meluruskannya kembali, sama hal nya dengan
membunuh pelan-pelan tunas bangsa secara perlahan namun pasti. Apalagi
bila tidak ada penanganan secara serius dari pihak-pihak yang
berkompeten.
Bertempat di Yayasan Pendidikan Islam Al
Barokah, Jum’at (27/07) dilaksanakan diskusi
penguatan pendidikan inklusif sebagai suatu upaya nyata untuk tanggap
menangani kenakalan di kalangan remaja.
Kegiatan diskusi madrasah dan pendidikan iklusif di Yayasan Pendidikan Islam Al Barokah. (foto kemenag Sukabumi). |
Remaja sebagai pribadi yang memang masih
dalam proses pencarian jati diri, acap kali salah dalam melangkahkan
kaki nya dalam pergaulan. Hal ini sangat mungkin terjadi apabila tidak
adanya pendampingan baik dari pihak keluarga maupun pihak madrasah
selaku rumah kedua.
Tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua pada
anak-anaknya, madrasah pun memeliki keperdulian yang sama dalam hal ini.
Seperti yang di ungakapkan Dwi Wara Wuryandari selaku ketua panitia
yang juga Kepala Madrasah Tsanawiyah Al Barokah, berharap diskusi yang dilakukan dapat menginspirasi
dan menggali pemahaman para guru untuk menangani, membina dan mendidik
anak didik dalam koridor pendidikan inklusif yang terbuka untuk semua
anak.
Drs. Sajidin, Kepala SLBN Handayani di
Karang Tengah Cibadak Sukabumi dalam penyampaian materinya
menegaskan bahwa memberikan pendampingan psikologi mutlak dibutuhkan
oleh anak-anak, terutama mereka yang memiliki kebutuhan khusus.
Layanan pendidikan bagi tiap anak tidak
dapat disamaratakan, hingga perlunya pendampingan awal sebagai upaya
memberikan pelayan terbaik bagi peserta didik.
Selain pemberian pelayanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, hal yang juga tak kalah
penting yang perlu diperhatikan adalah mengenai tindakan sebuah
konsekuensi. Menurut Sajidin, acap kali, dalam proses belajar mengajar di madrasah
ketidak disiplinan menjadi hal yang perlu dipikirkan baik-baik.
Hal ini senada dengan yang disampaikan
oleh Eri Farihah yang mewakili Tim Madrasah Ramah Anak Kementerian Agama
dalam pemaparannya mengenai disiplin positif di acara yang dihadiri
oleh 45 peserta dari jajaran sivitas akademika Yayasan Pendidikan Islam
Al Barokah dari RA, MDTA, MI, MTs, dan SMK dan pengawas di
lingkungan Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi.
Disiplin positif merupakan program yang
dirancang untuk mengajarkan anak untuk menjadi bertanggungjawab serta
hormat pada anggota dan komunitasnya. Disamping itu disiplin positif
merupakan pembelajaran dan proses pendekatan mendidik anak untuk
melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri.
Karena disiplin positif harus di awali
dari proses mengidentifikasi kasus dan penyebabnya sehingga bisa mencari
solusi langkah maupun metode untuk melakukan hal-hal yang bermakna
untuk kehidupannya kelak.
Harapan serupa berkenaan dengan
pendidikan inklusif juga disampaikan oleh Erwan Hermawan selaku JFU
Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi menyatakan madrasah reguler dengan
orientasi inklusif merupakan cara paling efektif untuk memerangi
diskriminatif, menciptakan masyarakat terbuka, membangun suatu
masyarakat inklusif dan mencapai pendidikan untuk semua.
Lebih dari itu,
madrasah inklusif memberikan pendidikan yang efektif kepada mayoritas
anak dan meningkatkan efisiensi sehingga dapat menekan biaya untuk
keseluruhan sistem pendidikan. (inmas sukabumi).