Makna Sa'i Antara Shafa dan Marwa Menurut Imam Al Ghazali
Oleh: Ust. Muh. Wahyudi (Santri PP Al Anwar dan Staf pengajar di Muhadloroh).
Berkenaan
dengan ramainya perbincangan mengenai "dzikir pancasila" dan "dzikir ya
lal wathon" pada saat Sa'i yang dibaca oleh sebagian jama'ah umrah
Indonesia, bagus kiranya kita merenungkan penjelasan al Imam al Ghozali,
di dalam kitabnya, Ihya' Ulumiddin, sebagai berikut:
وأما
السعي بين الصفا والمروة في فناء البيت: فإنه يضاهي تردد العبد بفناء دار
الملك جائياً وذاهباً مرة بعد أخرى إظهاراً للخلوص في الخدمة ورجاء
للملاحظة بعين الرحمة
Adapun
Sa'i antara Shofa dan Marwah, (yg berada) di halaman Baitullah,
sesungguhnya mirip dengan mondar-mandirnya seorang hamba di halaman
rumah sang raja, hal itu ia lakukan berulang kali dengan menunjukkan
ketulusan dalam berkhidmat dan berharap memperoleh pandangan kasih
sayang dari sang raja.
كالذي دخل على الملك وخرج وهو لا يدري ما الذي يقضي به الملك في حقه من قبول أو رد؟
Mirip
seorang yang menghadap raja, lalu dia keluar, sedangkan dia tidak tahu
apa keputusan raja untuknya; apakah diterima atau ditolak?
فلا يزال يتردد على فناء الدار مرة بعد أخرى يرجو أن يرحم في الثانية إن لم يرحم في الأولى.
Oleh
sebab itu, ia terus menerus mondar-mandir di halaman rumah, dengan
harapan mendapat kasih sayang pada kali yang kedua, jika belum ia dapatkan
pada kali yang pertama.
وليتذكر عند تردده بين الصفا والمروة تردده بين كفتي الميزان في عرصات القيامة وليمثل الصفا بكفة الحسنات والمروة بكفة السيئات.
Hendaknya
seorang yang Sa'i antara Shofa dan Marwah selalu mengingat seolah dia
sedang mondar mandir antara dua piringan timbangan di hari kiamat.
Hendaknya dia membayangkan shofa sebagai piringan timbangan yang berisi
amal kebaikan, sedangkan marwah adalah piringan timbangan yang berisi amal
keburukan.
وليتذكر تردده بين الكفتين ناظراً إلى الرجحان والنقصان متردداً بين العذاب والغفران.
Dan
hendaknya dia selalu mengingat mondar-mandirnya antara dua piringan
timbangan itu, sembari memandang mana yang lebih berat dan mana yang lebih
ringan, berada pada dua kemungkinan; mendapatkan ampunan atau siksaan.
Begitulah
Imam al-Ghozali menggambarkan aktivitas Sa'i antara Shofa dan Marwah.
Penuh dengan penghayatan, kesyahduan, harap-harap cemas, menakutkan, dan
menggetarkan. Sehingga Sa'i akan menjadi sangat bermakna dan tentu
tidak sempat berbicara kecuali berdzikir, berdoa, dan berharap ampunan
Allah swt. Bukan malah dibuat gurauan, melagukan yel-yel yang aneh-aneh,
dan jauh dari kekhusyuan Ibadah kepada Allah.