Grand Mufti Mesir: Pahami Teks Agama Perlu Kemampuan Bahasa Arab dan Ilmu Lainnya

BRNews - Grand Mufti Mesir Shawqi Ibrahim Allam mengungkapkan, ajaran Islam, tidak sebatas pada simbolnya saja, seperti peci, jubah dan aksesoris lainnya. Lebih dari itu, Islam haruslah dilihat dari apa yang terefleksi dari isi kepala dan hati umatnya.
“Islam bukan dinilai atas apa-apa yang dikenakan pada kepala (fisik) kita, tapi tercermin dari isi di kepala dan hati kita. Tentunya kita ingin seorang Muslim yang memiliki hati yang bersih, dan inilah gambaran atau wajah Islam yang harus ditampilkan dengan wujud akhlak dan perilaku yang baik,” jelas Shawqi dalam pertemuan dengan Menag Lukman Hakim di Majelis Fatwa Mesir Kairo, Kamis (18/1).
“Jadi tampilkanlah wajah Islam yang dirindukan, yang ramah dan membawa kedamaian dan kesejukan,” sambung Grand Mufti Mesir.
Shawqi mengatakan, jika ada orang yang memahami keliru tentang Islam, lalu menampilkan wajah yang penuh kekerasan dan kebencian, maka menjadi tugas bersama untuk meluruskannya.
Selain itu, lanjut Shawqi, umat Islam juga perlu diedukasi bahwa  dalam memahami teks keagamaan, dibutuhkan kemampuan mendalam tentang bahasa Arab dan berbagai perangkat ilmu lainnya. Hal ini penting, agar umat tidak mudah terjebak pada penafsiran yang tekstualis semata.
Grand Mufti Mesir ini mencontohkan penafsiran salah satu ayat pada QS Al-Bara’ah,  “Faqtulul musyrikiina haytsu wajadtumuuhum” (bunuhlah orang-orang musyrik di mana saja kamu dapati mereka).
Menurutnya, kata al-musyrikiin pada ayat ini tidak bisa digeneralisasi kepada seluruh orang musyrik. Sebab, kata tersebut didahului dengan alif dan lam (al) yang menunjukan makna khusus (ta’rif). Yaitu, kaum musyrik pada zaman nabi yang selalu memusuhi dakwah dan perjuangannya.
Demikian juga dalam pemahaman hadits, umirtu an uqatila an-nas. Kata an-nas (manusia) disertai alif dan lam (al) yang juga menunjukan makna khusus. Bukan semua manusia, tetapi tertuju pada mereka yang selalu memusuhi umat Islam.
“Dan masih banyak  contoh pemahaman yang keliru lainnya yang perlu kita luruskan bersama,” tegas Grand Mufti.
Senada dengan Grand Mufti,  Menag menegaskan pentingnya  menambah dan memperluas wawasan dan pemahaman keagamaan umat, sehingga mampu menangkap esensi ajaran Islam. Pertemuan dengan Menag selama lebih dari 1 jam itu berlangsung begitu akrab dan penuh kekeluargaan. (kemenag.goid).

Subscribe to receive free email updates: