Santri Ponpes Subulussalam Tempuh Puluhan Kilometer Sampaikan Dakwah
Perjalanan safari dakwah santr Ponpes Subulussalam. (foto kemenag madina). |
Rupanya mereka akan berangkat melakukan aktivitas dakwah ke
desa Gunungtua Simandolam yang merupakan desa tertinggal dan terpencil, jaraknya sekitar 10 Km dari Pusat Pasar Kotanopan, yang ditempuh
para Santri dengan berjalan kaki. Hal seperti ini memang sering mereka
lakukan saat hari-hari besar Islam, misalnya Maulid Nabi, Isra' Mi’raj,
penyambutan Bulan Ramadhan dan kegiatan lainnya.
Seperti
pada bulan Rabiul Awal ini, puluhan Santri dengan di temani
beberapa gurunya mengadakan aktivitas dakwah ke desa – desa tertinggal
di daerah Mandailing Julu, mulai dari Kecamatan Kotanopan, Ulu Pungkut,
Muarasipongi, Pakantan dan sekitarnya. Biasanya kegiatan dakwah seperti ini diikuti sekitar 30-40 orang santri dengan beberapa orang guru setiap
berangkat.
Aktivitas
dakwah ini sengaja di lakukan untuk membangun silaturrahmi antara
Santri dengan warga desa yang dituju. Selain itu, untuk melatih Santri agar terbiasa tampil di depan umum. Dalam kegiatan ini
semua pengisi acara, mulai dari pembawa acara, membaca Al-Qur’an,
saritilawah, puisi, pidato, nasyid serta drama, semua dilakukan
Santri.
Hal
ini disampaikan Kepala Madrasah Aliyah Subulussalam Esmin Pulungan,
S.Ag kepada Humas Kemenag Mandailing Natal Armen Rahmad Hasibuan, Rabu
13 Desember 2017.
Esmin
Pulungan, mengatakan, acara dakwah ke kampung-kampung ini merupakan
rutinitas yang setiap tahunnya di lakukan. Dakwah ini sudah puluhan
tahun kita laksanakan, di samping mengenalkan Ponpes ini kepada
masyarakat, juga mengasah bakat para Santri sesuai dengan kemampuannya.
"Mereka dilatih untuk siap tampil di depan umum, mulai dari membawakan pidato, puisi, baca Alquran dan kegiatan lainnya, mereka dilatih dan ditempa untuk menjadi da’i dan da’iyah sejati dan siap tampil kapan dan di mana saja diperlukan," tutur Esmin.
"Mereka dilatih untuk siap tampil di depan umum, mulai dari membawakan pidato, puisi, baca Alquran dan kegiatan lainnya, mereka dilatih dan ditempa untuk menjadi da’i dan da’iyah sejati dan siap tampil kapan dan di mana saja diperlukan," tutur Esmin.
Di
katakannya, dakwah ini dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan desa
tujuan. Setelah berkoordinasi dengan perangkat desa tersebut dan
masyarakatnya berkenan menerima, maka kegiatan dakwah pun dilaksanakan. Di sini Santri Subulussalam akan di uji kemampuannya dalam menggelar
suatu acara peringatan hari hari besar Islam, makanya mereka di tuntut
banyak belajar, dan merupakan aplikasi ilmu yang mereka tuntut dan
terima selama ini di mondok dan belajar di Pesantren Subulussalam.
Tahun
ini, pihak Subulussalam memilih desa-desa tertinggal di daerah Mandailing
Julu, tujuannya agar Santri bisa mengenal lebih dekat bagiamana
kehidupan masyarakatnya. Tidak jarang santri harus berjalan sejauh 10 km
masuk ke pedalaman dengan melewati hutan dengan jalan setapak untuk
mendapatkan desa tersebut.
"Alhamdulillah, seberat apapun rintangan dalam perjalanan, Santri kita tetap bersemangat,” ujar Esmin Pulungan.
Sebelum
berangkat, para santri mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari pakaian
sampai kepada makanan, sebab kalau sudah berangkat biasanya acaranya
bisa satu harian. Alhamdulillah terkadang warga berbaik hati, setelah
menempuh perjalanan yang cukup jauh dengan bejalan kaki sejauh 10 km, warga menyiapkan makanan untuk para Santri dan para
guru. Tapi kalau tidak ada, kita sudah persiapkan makanan dari sekolah
dengan membawa bungkusan masing-masing.
Paling sulitnya kalau acaranya dilaksanakan malam hari, apalagi jarak desanya cukup jauh. Santri kita terpaksa berjalan puluhan kilometer dengan melewati hutan dan menggunakan obor sebagai penunjuk jalan.
Paling sulitnya kalau acaranya dilaksanakan malam hari, apalagi jarak desanya cukup jauh. Santri kita terpaksa berjalan puluhan kilometer dengan melewati hutan dan menggunakan obor sebagai penunjuk jalan.
Dilanjutkannya,
dalam dua bulan terkahir ini, pihaknya sudah melakukan enam kali dakwah,
sebagian besar tujuan kita itu adalah desa-desa tertinggal, misalnya
desa Simpang Pining Kecamatan UluPungkut, Pakantan Lombang Kecamatan
Pakantan, Desa Aek Marian/Muara Potan Simandolam, Desa Batahan
Kecamatan Kotanopan, Desa Sibinail Kecamatan Muara Sipongi, Desa
Hutapuli/Hutarumbi Kotanopan, untuk mencapai desa tersebut harus
berjalan kaki sepanjang 7 sampai 10 km.
"Rencana
kedepan, kegiatan dakwah ini akan terus kita galakkan, sebab sisi
positifnya sangat banyak. Kita akan melatih Santri agar lebih hidup
mandiri dan sekaligus kita latih mentalnya agar bisa berpidato dan
membawakan acara lainnya di depan umum. Kita berharap mereka adalah
pejuang-pejuang sejati yang akan terus mengumandangkan syiar Islam di
desa-desa terpencil yang tanpa mengharapkan balasan apa-apa kecuali
ridha Allah,” ungkap Esmin Pulungan di laman sumut.kemenag.go.id. (kemenag|mnm).