Akibat Masyarakat Tinggalkan 3 Hal Ini, Maka Ujaran Kebencian Jadi Marak
BRNews - Beragam dan hidup dengan damai dalam satu kesatuan adalah ciri khas
masyarakat Indonesia yang memiliki banyak etnis, ras, budaya dan agama. Karena itu, rukun
dan santun dengan tetap berbeda dalam NKRI adalah karunia.
Demikian yang disampaikan Ketua PBNU Robikin Emhas saat membuka pertemuan penulis keislaman Jawa Timur, di Surabaya beberapa waktu lalu.
Demikian yang disampaikan Ketua PBNU Robikin Emhas saat membuka pertemuan penulis keislaman Jawa Timur, di Surabaya beberapa waktu lalu.
Robikin memperjelas, Islam yang santun memiliki ciri khas dalam keseharian, hal itu tercermin dengan:
العمل بالمعروف والنهي بالمعروف
“Berprilaku santun melarangpun dengan santun.”
“Pondasi
inilah yang terus digandakan oleh Nahdliyin dalam berdakwah. Baik
bersikap atau bertutur di dunia maya, seorang muslim harus mengacu pada
dua sikap diatas,” jelasnya di laman nu.or.id.
Menurut Robikin,
banyaknya ujaran kebencian yang akhir-akhir ini berkelibat di dunia
maya membuat Indonesia gaduh dan
masyarakatnya meninggalkan sikap santun dalam bergaul karena meninggalkan tiga hal ini.
Pertama, silaturahim,
saling sapa antar saudara akan menepis segala prasangka, hal in yang
harus dijaga oleh warga Indonesia. Baik silaturahmi dengan sesama muslim
atau lintas agama. Saling mengenal, atau tetap menjaga tali
persaudaraan akan mengurai benang tegang, atau memperkuat persaudaraan.
Kedua, silatul afkar,
curah gagasan saat ini, tidak sesulit dulu yang harus bertatap muka dan
berdiskusi pada halaqoh-halaqoh ilmiah. Tukar informasi antar sesama
dapat dilakukan di dunia maya, silatul afkar berarti menerima perbedaan dan menjadikannya sebuah kekuatan.
“Open mind
akan hal-hal baru, karena sejatinya seorang harus terus belajar sesuai
dinamika perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan,” terang Robikin.
Ketiga, silatul amal,
amal berarti dinamis tidak stagnan, terus berbuat dan bekerja untuk
kemaslahatan bersama. Ilmu yang didapat harus segera diaktualisasikan,
ditulis dan disebarluaskan melalui media. Kenapa media?
Tak lain, 10-15 tahun ke depan Indonesia akan mengalami cyber war, dimana ujaran kebencian akan membludak dan sulit dikendalikan, jika yang 'arif dan 'alim hanya berbisik dan memilih diam, maka tidak akan lama NKRI akan dirongrong oleh ekstremis agama. (nu online|diana manzila).