Di Puncak Hari Santri, Shalawat Kebangsaan Dikumandang Puluhan Ribu Santri

BRNews - Puncak Hari Santri 2017 telah dilangsungkan di Lapangan Pancasila Simpang Lima Kota Semarang, Sabtu (21/10) malam. Sejak sore, secara bergelombang, Lapangan Pancasila Simpang Lima dipenuhi umat Islam dengan membawa alas duduk masing-masing.
Puluhan ribu masyarakat muslim memadati acara ini sambil mengumandang Shalawat Kebangsaan.

Shalawat yaa ‘alal wathan, yang digemakan diiringi tabuhan rebana, menggetarkan Lapangan Pancasila yang berada di pusat Kota Semarang. Semuanya bersuka cita dalam kumandang shalawat.

Menag dalam kesempatan tersebut menyerahkan secara simbolis Kartu Indonesia Pintar (KIP) Santri Provinsi Jawa Tengah sejumlah 20.056 kepada 5 perwakilan santri dan memberikan penghargaan terhadap santri berprestasi tingkat Internasional di bidang Tahfidz Al-Qur'an.
Menag juga menerima penyerahan  Rekor MURI Komik Terpanjang (300 meter) Hari Santri 2017.
Dalam sambutannya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menerangkan bahwa penetapan hari santri adalah wujud pengakuan juga penghargaan negara kepada kaum santri atas kiprahnya menjaga dan merawat NKRI.
Menag Lukman Hakim menegaskan, pemerintah sadar betul bahwa, kontribusi santri kepada bangsa dan negara ini sungguh luar biasa.
Hal  kedua penetapan hari santri, tambah Menag, sesungguhnya dimaksudkan sebagai penegasan peneguhan tanggungjawab santri terhadap negara. Jadi dengan adanya hari santri, kaum santri itu dikukuhkan untuk memiliki kesadaran yang tinggi akan tanggung jawabnya terhadap eksistensi dan masa depan bangsa negara kita tercinta.
“Maka dalam kesempatan baik ini, saya ingin memberikan pemahaman yang lebih menyeluruh apa itu santri, kita perlu bangun persepsi bersama sehinga punya kesepahaman apa yang dimaksud santri dan mengapa negara menetapkan hari santri itu,” tegas Menag pada puncak Peringatan Hari Santri 2017 yang dipusatkan di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Semarang, Sabtu malam (21/10).
Dikatakannya, santri awalnya adalah kaum yang memang  berkesempatan menimba ilmu di pondok pesantren yang kemudian disebut santri, dan ciri pontren di seluruh Nusantara ini setidaknya dilihat pada tiga aspek. Pertama, dimanapun pontren yang ada di Nusantara, maka Islam yang diajarkan pontren adalah Islam yang menebarkan rahmatal lili alamin, Islam yang dikenal dengan Islam moderat (wasathiyah).
Menurutnya, dimanapun pontren selalu mengajarkan paham keagamaan dengan cara mensinergikan dua pendekatan yang oleh beberapa kalangan seringkali diperhadapkan yaitu pendekatan tekstual, dan kedua, bagaimana nalar didudukkan secara proporsional dalam teks yang ada.
“Jadi kemampuan menggabungkan originalitas yang bersumber dari kitab turats yang jadi  rujukan lembaga keislaman di dunia, ini yang tidak terlepas dari teks Al-Qur’an dan Hadits lalu dikombinasikan dengan kemampuan nalar, dengan membaca perkembangan zaman sesuai konteksnya,” katanya.
Kedua, ciri pontren adalah penilaianya terhadap keragaman. Ini ciri menonjol dari pontren, santri di manapun berada, umumnya cukup bijak dalam mensikapi keragaman, karena selama di pontren mereka terbiasa menghadapi keragaman.
Selan itu, ilmu yang dikaji di pontren sendiri, begitu ragam pandangan yang dikaji santri, tidak ada pandangan tunggal selain pandangan yang sifafnya qat’i.
“Itulah yang jadi ciri bahwa santri itu tidak  mudah kagetan, terheran-heran dengan hal yang berbeda, dan ini yang jadi santri itu harus berupaya memperkuat persatuan umat. Karenanya,  setiap kita dituntut bagaimana berupaya, bagaimana menjaga persatuan dan kemauan menghormati keragaman pada diri dan pihak lain,” ungkapnya.
Ciri ketiga, dimanapun santri berada, pastilah ia orang yang cintanya ke Tanah Air luar biasa, tidak ada santri yang tidak cinta kepada Tanah Airnya, Tanah Air tidak bisa dipisahkan,  karena di Tanah Air-nyalah jadi tempat persemaian agar rahmat itu mewujud di alam semesta ini.

Selain Menag, Gubernur, Walikota Semarang, dan pejabat di lingkungan Kementerian Agama, dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FORKOMPINDA) Provinsi Jawa Tengah dan Kota Semarang, tampak hadir di panggung utama para kyai, habaib, dan tokoh Islam lainnya.
(kemenag|mnm).

Subscribe to receive free email updates: