Pakistan dan Bangladesh Belajar Pengelolaan Haji Indonesia

BRNews -  Misi Haji Pakistan dan Bangladesh belajar tentang pengelolaan jamaah haji di Indonesia. 
Pakistan menempati urutan kedua setelah Indonesia dengan jumlah jamaah mencapai 179.000 orang, dengan 100 ribuan di antaranya haji reguler. Bangladesh menempati urutan keempat dengan 129ribu kuota haji. Tempat ketiga milik India dengan 170.000 kuota haji.

“Misi Haji Pakistan dan Bangladesh dipimpin oleh masing-masing konsulnya di Arab Saudi,” terang Kadaker Makkah Nasrullah Jasam yang ikut menerima mereka di Daker Makkah, Jumat (22/09) malam.
Delegasi kedua negara ini diterima oleh Direktur Layanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis dan Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Ahmad Dumyathi Bashori.
Sri Ilham menyambut baik kedatangan Misi Haji Pakistan dan Bangladesh. Menurutnya, pertemuan antar misi haji penting agar bisa saling memahami kelebihan dan kekurangan layanan yang diberikan kepada jemaah negara masing-masing.

Menurut Nasrullah, akomodasi jamaah haji Pakistan dan Bangladesh di Makkah jaraknya hingga mencapai 7 km dari Masjidil Haram. Sedang di Madinah, sekitar 10 ribu jamaah haji regular mereka tinggal di hotel yang terletak di luar markaziyah.
“Masa tinggal jemaah mereka di Arab Saudi berkisar antara 43 - 45 hari. Kedatangan kloter pertama mulai 1 Dzulqa'dah,” ujar Nasrullah.
“Sebagian jamaah mereka juga tinggal di tenda Mina Jadid,” lanjutnya
Meski kuotanya nya lebih sedikit dibanding Indonesia, kata Nasrullah, hotel yang disewa Pakistan di Makkah lebih banyak, mencapai 195 hotel. Padahal, Indonesia hanya menyewa 155 hotel. Artinya, kapasitas hotel mereka jauh lebih kecil.


Kepada Misi Haji Pakistan dan Banglades, lanjut Nasrullah, Sri Ilham berbagi pengalaman tentang manajemen pengelolaan haji Indonesia. Menurutnya, sebagai negara dengan kuota jemaah haji terbanyak, Indonesia dihadapkan pada tantangan penyediaan layanan, mulai dari akomodasi, transportasi, maupun katering.
Untuk itu, proses persiapan penyelenggaraan haji dilakukan sejak awal. “Penutupan operasional haji tahun ini, sekaligus menandai dimulainya persiapan penyelenggaraan haji tahun depan,” tutur Sri Ilham.
Indonesia dalam beberapa tahun terakhir terus berusaha memberikan layanan terbaik bagi jemaah. Karenanya, baik akomodasi, transportasi, maupun katering diupayakan dapat disediakan dalam standard terbaik. Untuk memastikan hal ini, Kementerian Agama sudah memiliki Peraturan Menteri Agama tentang pengadaan layanan haji di Arab Saudi.
“Untuk hotel misalnya, kami memiliki kriteria yang harus dipenuhi. Salah satunya terkait dengan spek dan kapasitas. Alhamdulillah, meski jumlah jemaah kami banyak, namun kami bisa menyiapkan 155 hotel dengan kapasitas besar dan setara bintang tiga di Makkah,” tuturnya.
“Jarak terjauh hotel kami berkisar 4.5 km dari Masjidil Haram. Hotel dengan jarak di atas 1.5km kami siapkan sarana transportasi bus shalawat untuk memudahkan jemaah beribadah,” sambungnya.
Terkait layanan transportasi, Sri Ilham menjelaskan bahwa semuanya sudah mengalami peningkatan kualitas atau upgrading. Bus antar kota perhajian yang digunakan jemaah haji rata-rata produksi tahun 2015 dan 2016.
“Ini sengaja dipilih untuk memberikan kenyamana kepada jemaah,” ujarnya sambil menambahkan, “Layanan katering juga disiapkan semaksimal mungkin agar bercitarasa nusantara".
Sri Ilham juga berbagai tentang manajemen petugas layanan haji yang dibuat dalam pola daerah kerja dan sektor. Untuk memudahkan layanan kepada jemaah, di setiap sektor perumahan terdapa petugas haji yang siap 24 jam.
Kepada delegasi Pakistan dan Banglades, Sri Ilham menyampaikan bahwa meski jumlahnya banyak, masa tinggal jamaah haji Indonesia di Arab Saudi lebih pendek dibanding negara lainnya. Masa tinggal jamaah Indonesia berkisar 40 hari.(mch|mnm).

Subscribe to receive free email updates: