Kriteria Orang yang Layak Dijadikan Guru



Peran guru dalam mempengaruhi kepribadian murid sangatlah besar. Sungguh, nasib kehidupan si murid di dunia maupun di akhirat benar-benar di tangan gurunya. Seorang murid yang berhasil mendapatkan guru yang ilmunya dapat dipertanggung-jawabkan, sholeh dhohir-batinnya, sungguh mendapatkan anugerah agung dari Allah Swt.

Di zaman kemajuan teknologi ini, semua informasi seakan mudah didapat. Maraknya jejaring internet dengan beragam media sosialnya semakin memanjakan masyarakat, tak terkecuali dalam usaha menuntut ilmu. Banyak situs web, halaman FB, dan Youtube yang menyuguhkan pengajian agama dengan berbagai tema. Bahkan, banyak juga orang-orang yang mendadak jadi ustadz sebab rajin membaca materi pengajian di dunia maya.
Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami akan menyampaikan kriteria orang-orang yang layak dijadikan sebagai guru. Hal ini sangat penting difahami, mengingat jika seseorang sudah salah dalam memilih guru, maka hanya kesalah-fahaman yang akan didapat.
Hadlrotus Syekh KH. Hasyim Asy’ari menerangkan beberapa kriteria seseorang yang layak diangkat menjadi guru, dalam kitab Adabul Alim wal Muta’allim hlm. 29, yaitu :
- Benar-benar memahami ilmu yang diajarkannya, sehingga mudah dalam mengajar dan memahamkan ilmu kepada murid-muridnya.
- Sangat menyayangi muridnya.
- Memiliki harga diri dan berwibawa.
- Banyak berkunjung dan berkumpul dengan para ulama’ terpercaya di zamannya, bukan seorang yang hanya memahami ilmu agama dengan banyak membaca buku atau kitab.
Imam Syafi’i berkata :
مَنْ تَفَقَّهَ مِنْ بُطُوْنِ الْكِتَابِ ضَيَّعَ الْأَحْكَامَ
“Barangsiapa belajar dari lembaran-lembaran kitab saja, maka ia akan menyia-nyiakan hukum agama”.
Orang yang gemar membaca buku atau kitab saja, tanpa berada di bawah bimbingan guru, tidak layak dijadikan guru, apalagi yang hanya gemar membaca dari Syekh Geogle.
Imam Ibnu Sirin ra, juga berkata :
هٰذَا الْعِلْمُ دِيْنٌ، فَانْظُرُوْا عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ
“Ilmu-ilmu ini adalah agama. Maka, lihatlah dari siapa kalian akan mengambil agamanya !”
Selain di atas, diantara kriteria guru adalah ilmunya dapat dipertanggung jawabkan sanadnya, yakni mata rantai ilmunya sampai kepada Rasulullah saw. Ia berguru dari gurunya, dan gurunya itu dari gurunya lagi, dan seterusnya sambung-menyambung sampai Rasulullah saw. Dan juga, ia diakui gurunya sebagai murid yang baik. Sebab, ada juga seseorang yang tidak diakui sebagai murid, meski berguru pada guru yang ilmunya mumpuni. Nah, seseorang yang demikian pun tidak layak diangkat menjadi guru.
Tentang pentingnya sanad ilmu ini, imam Ibnu Mubarok ra berkata :
الْإِسْنَادُ مِنَ الدِّيْنِ، لَوْلَا الْإِسْنَادُ لَقَالَ مَنْ شَاءَ مَا شَاءَ
“Sanad ilmu termasuk bagian agama. Seandainya tidak ada sanad ilmu, maka seseorang yang berkata sekehendak hatinya.”
Selidikilah terlebih dahulu orang yang akan kita angkat menjadi guru, apakah ilmu bersanad atau tidak. Kebanyakan ulama’ dari Pesantren memiliki sanad ilmu ini, bahkan tertulis dan diwariskan secara turun-temurun dari gurunya.
Yang terakhir, carilah guru yang gemar bersholawat, sebab banyak bersholawat ialah ciri dari Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang dijanjikan Rasulullah saw masuk surga. Keterangan ini disampaikan oleh imam Zainal Abidin dan ditulis dalam kitab Irsyadul ‘Ibad hlm. 64.
Semoga kita dapat lebih selektif dalam mencari guru pembimbing dunia-akhirat kita. (group WA|MH).


Subscribe to receive free email updates: