Makam Mahligai Barus, Pintu Masuknya Islam Di Nusantara
BRNews - Barus sebagai pintu gerbang masuknya
Islam di Nusanara terus bergulir. Apalagi setelah peresmian titik
nol masuknya Islam di Nusantara oleh Presiden Repoblik Indonesia Joko
Widodo beberapa waktu yang lalu.
Prasasti peresmian itu saat ini kata
Kadis Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah Sapwan Pohan sudah menjadi
tujuan kunjungan yang paling populer belakangan ini.
Ia mengatakan, bukti fisik kebenaran masuknya Islam di Nusantara
banyak tersebar di Barus, Salahsatunya adalah komplesk pariwisata
sejarah Barus, Tapanuli tengah, Makam Mahligai. Kompleks pemakaman yang
terletak di areal seluas kurang lebih 3 Ha ini berada di area perbukian
kecil di Desa Dakka, Barus. Jika datang dari Kota Barus, maka kita sudah
sampai ke kompleks pemakaman ini tidak sampai 15 menit saja. Ini kata
Sapwan Pohan menjadi daya tarik besar pengunjung pariwisata mencapai
Barus.
Dalam sejarahnya dikatakan,
makam Mahligai didirikan oleh Tuan Syekh Siddiq, jenazah beliau juga
dimakamkan di kompleks ini, sehingga dalam catatan yang ada, jumlah
makam yang terdapat di tempat bersejarah itu, diperkirakan lebih kurang
215 makam dengan batu nisan yang besar dan kecil, dengan ukiran bergaya
arab.
Penjaga makam Jaharuddin kepada
Inhum Kamis, 12 Mei 2017 mengatakan, seluruh makam yang berada di
kompleks ini menunjukkan fakta sejarah bahwa Islam sudah ada di Kota
Barus sekitar abad ke 7 Masehi, atau itu berarti bahwa Barus merupakan
awal mula masuknya Islam di Indonesia, jauh lebih tua dari sejarah Wali
Songo di Pulau Jawa.
Salah satu makam
di kompleks ini adalah Tuan Syekh Rukunuddin, wafat malam 13 Syafar,
Tahun 48 Hijriah (48 H) abad ke 7 M, dalam usia 102 Tahun, 2 Bulan, 10
Hari. Bahkan, jelasnya, dari berbagai ukiran terdapat dibatu nisan itu,
yakni aksara Arab kuno, aksara Parsi banyak yang sudah tidak dapat
terbaca lagi bagi wisatawan dan pengunjung yang datang ke lokasi ini,
jelas Jaharuddin yang mengaku sudah lebih dari 30 tahun menjadi penjaga
makam mahligai ini.
Kata Mahligai
bukanlah tak bermakna apa-apa. Dalam bahasa Arab, Mahligai berasal dari
Almahligai yang artinya pendatang. Makam Mahligai berarti makam
pendatang. Tapi dalam beberapa pendapat lain disebutkan, Mahligai
berarti istana kecil, konon kabarnya daerah ini pernah ada istana kecil,
demikian kata Jaharuddin.
Lebih
lanjut Jaharuddin mengatakan, di Barus ada 44 makam aulia, yang pertama adalah makan Syech Mahmud di Makam Papan Tinggi dan ada
makam Syech Rukunuddin di Makam Mahligai ini. Syech Rukunuddin jelas
Jaharuddin wafat pada 13 Safar tahun 48 Hijriah abad ke-7 dalam usia 102
tahun 2 bulan 10 hari.
Dia
mengatakan, selain Makam Papan Tinggi dan Makam Mahligai, terdapat juga
banyak makam yang memperkuat keyakinan bahwa daerah perbukitan mulai
dari Desa Lobu Tua ke arah Utara, Selatan sampai ke ujung bukit makam
mahligai ini, kemudian ke Timur sampai ke Desa Patupangan melalui Desa
Pananggahan sudah berusia ribuan tahun. Diperkirakan pula, dulunya semua
kawasan ini adalah tepian pantai.
Lebih
lanjut Kadis Pariwisata Kabupaten Tapanuli Tengah Sapwan Pohan
mengaakan, jejak masuknya Islam di Nusantara menjadi tenaga baru bagi
pariwisata Tapanuli Tengah, menjadi ikon dan catatan yang membawa
pariwisata Tapanuli Tengah menjadi lebih beragam, lebih variaif dan
lebih menjanjikan. Pihak Pemkab Tapanuli Tengah kata Sapwan Pohan akan
tetap komitmen untuk memajukannya menjadi lebih baik lagi di seiap
kesempatan.
Disinggung masalah makam
aulia yang ada di Barus, Sapwan Pohan mengatakan, dalam catatan
pariwisata, ada banyak makam aulia yang tersebar di Barus, makam lainnya
selain Papan Tinggi dan Mahligai yang disebut juga Aulia 44 Negeri
Barus adalah di Makam Tuan Batu Badan, yang terletak di atas bukit Desa
Bukit Hasang, sekitar 2 kilometer dari kota Barus. Makam di Bukit
Patupangan, di Kedai Gedang, di Janji Maria, di Sosor Gadong, di Kampung
Solok dan di Uratan, di Kinali pinggir sungai Aek Sirana, di
Sitiris-tiris, di Manduamas dan di perbatasan Aceh Selatan. (sumut.kemenag.go.id).