Idul Qurban dan Ibadah Haji, Aktualisasi Ketaatan Idividual dan Sosial
BRNews - Sulit untuk memisahkan antara
Hari Raya Idul Adha, Ibadah Haji, dan Qurban. Meskipun seorang yang
merayakan Idul Adha tidak harus berangkat haji ke baitullah atau
melaksanakan qurban. Namun hubungan antaranya sangat erat sebagai
aktualitasi nilai ketaan individual dan social.
Hari raya Idul Adha yang diperingati
setiap tanggal 10 Dzulhijjah merupkan hari raya besar bagi umat Islam.
Pada hari ini seluruh umat Islam di dunia mengumandangkan takbir, tahmid dan tasbih.
Hari raya idul Adha disebut akbar
karena terkait dengan dua ibadah penting dalam islam, yaitu ibadah haji
dan qurban. Kedua ibadah ini berkaitan erat dengan perjuangan dan
perjalanan hidup Nabi Ibrahim AS sebagai Bapak tauhid beserta istrinya
Siti Hajar dan anaknya Ismail AS. Apabila kita memperhatikan makna
filososfis dari kedua ibadah ini, akan tampak bahwa keduanya sangat
sarat dengan nilai-nilai Rabbani (ketuhanan) dan insani.
Ibadah haji adalah ibadah yang wajib
dilakukan setiap umat Islam yang memiliki kemampuan. Ibadah haji mulanya
telah diserukan Nabi Ibrahim AS semenjak sekitar 3600 tahun yang lalu.
Sebagimana firman Allah:
“Dan berserulah kepada manusia untuk
mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan
kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru
yang jauh”. (Q.S. al-Hajj (22): 27)
Imam Ibn Katsir Meriwayatkan dari ibn
Abbas, Mujahid, Ikramah dan Sa’ad bin Jubair yang mengatakan bahwa
ketika Nabi Ibrahim menerima perintah ini, Ibrahim berkata: “Ya Rabb-ku, bagaimana aku menyampaikan seruan ini kepada manusia, sedngkan suaraku tidak dapat mengjangkau mereka?” Maka Allah menjawabnya: “Berserulah dan Akulah yang akan menyampaikan”. Maka Nabi Ibrahim berdiri di Maqam-nya dan berseru: “Hai manusia, sesungguhnya Rabb kalian telah menjadikan sebuah rumah, maka berhajilah kalian”.
Maka saat itu, gunung pun tunduk, hingga suaranya sampai ke pelosok
bumi dan Allah memperdengarkan sampai ke anak yang masih didalam Rahim
ibunya dan di tulang sulbi ayahnya.
Semua yang mendengarnya berupa batu,
pasir dan pohon-pohon serta siapa saja yang telah dicatat oleh Allah
untuk pergi haji hingga hari kiamat (telah menjawabnya), Labbaik Allahumma Labbaik.
Oleh sebab itu, tidak dibenarkan seorang mukmin yang telah memiliki
kemampuan dan dia tidak menunaikan ibadah haji dengan alasan belum
mendapatkan panggilan.
Pelaksanaan ritual haji, selain sebagai
wujud ketaatan individual seorang hamba kepada Allah, tetapi juga
mengandung nilai-nilai sosial yang harus diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai ketaatan individual dan social tersebut diantaranya;
Pertama, ibadah haji merupakan sarana untuk memperkokoh ukhwah Islamiyah dan silahturahmiantara sesama umat islam di seluruh dunia. Salah satu kunci yang memperkuat ukhwah Islamiyah dan silaturahim
adalah karena adanya persamaan, yaitu semua kita sama diciptakan dan
berada di bawah kekuasaan Allah dan kita sama-sama melakukan pengabdian
kepadan-Nya.
Wujud persamaan ini tampak dari pakaian
haji yang serba putih yang tidak berjahid. Ini adalah lambang kesucian
hati orang yang melakukan ibadah haji bahwa mereka semata-mata
melakukannya karena Allah. Pakaian ihram yang serba putih sekaligus
menunjukkan bahwa semua manusia sama dihadapan Allah. Kalaupun Allah
membedakan hambanya, itupun didasarkan pada kwalitas hati, amal dan
ketakwaan setiap manusia.
Nabi SAW. Bersabda: Sesunggunya Allah tidak melihat bentuk rupamu dan hartamu. Tetapi dia melihat hati dan amalanmu (H.R. Muslim)
Kedua, Padang Arafah yang luas lagi gersang sebagai tempat wukuf (berhenti) jamaah haji sampai terbenam matahari pada tanggal 9 Zulhijjah, seharusnya menjadi tempat menemukan ma’rifah
(pengetahuan) sejati tentang jati diri, akhir perjalanan hidup, serta
disini pula seharusnya setiap jama’ah haji menyadari langkah-langkahnya
selama ini. Disini pula seseorang harus menyadari kebesaran ini yang
mengantarkan seseorang untuk menjadi ‘arif (sadar) dan mengetahui.
Ketiga, pada malam 10
zulhijjah, seluruh jamaah mabit (melewati waktu tengah malam) di
muzdalifah. Setelah itu berangkat ke Mina untuk melontarkan jumrah.
Semua ini mengingatkan kita dengan peristiwa Nabi Ibrahim beserta Siti
Hajar dan putranya Ismail AS yang digoda oleh syaitan agar mereka
mengurungkan niatnya untuk menjalankan perintah Allah, yaitu menyembelih
Ismail AS. Di tempat jumrah ula, wustha dan aqabah itulah Nabi Ibrahim
AS melempari Syaitan. Hal ini mengajarkan kita semua bahwa ada syaitan
yang harus diperangi. Karena dia adalah makhluk yang senantiasa berupaya
menyesatkan manusia.
Setan akan mendatangi manusia dari empat
penjuru, yaitu depan, belakang, kanan, dan kiri. Arah depan merupakan
isyarat bahwa setan akan menyesatkan manusia dengan harapan dan
angan-angannya yang menyenangkan serta apa yang ditakuti menimpanya di
masa depan, seperti kemeskinan kalau dia menafkahkan hartanya. Adapun
arah belakang, maksudnya adalah anak-anak dan keturunan. Kekhawatiran
akan nasib anak dan keturunan pada masa akan datang,menjadikannya
termakan oleh hasutan setan untuk mengumpulkan harta tanpa memperdulikan
halal dan haram. Adapun arah kanan adalah sebagai symbol kebaikan yaitu
agama. Setan akan menggoda manusia untuk memperbanyak dengan melampaui
batas-batas yang telah ditetapkan Allah. Sedangkan arah kiri adalah
lawan dari kanan. Setan datang dari arah ini dengan memperindah bagi
manusia kekejian dan kemunkaran dan mengajak mereka untuk melakukan
kemunkaran dan dosa tersebut.
Keempat, setelah
melontarkan jumrah, jamaah haji pun melanjutkan ibadahnya dengan tawaf,
yaitu mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh kali putaran dengan tetap
memposisikan ka’bah di sebelah kiri orang yang bertawaf. Begitulah
sunnatullah yang telah menetapkan pergerakan alam semesta di dunia ini.
Bulan berputar mengelilingi bumi, dan bumi berputar mengelilingi
matahari.
Keteraturan dalam aturan Allah inilah
yang menjad nilai penting dari ibadah tawaf tersebut. Sehingga, semua
manusia yang ingin selamat dalam kehidupan dunia menuju kehidupan
akhirat, mereka harus tertib dan teratur dalam mengikuti hukum-hukum
Allah SWT.
Kelima, untuk mencapai
kebahagian hidup didunia dan akhirat memerlukan perjuangan. Kita belajar
dari usaha keras Siti Hajar mendapatkan air minum untuk anaknya
tercinta Ismail dengan berlari-lari antara bukit shafadan marwah. Shafa, secara
Bahasa berarti kesucian dan ketegaran. Ini melambangkan bahwa di dalam
kehidupan, seseorang harus berusaha dengan kesucian hati dan ketegaran.
Kalau ini telah dilakukan, maka kita akan memperoleh marwah
yang berarti kepuasan, penghargaan dan murah hati. Dengan demikian,
apabila kita telah berusaha dalam hidup ini dengan semaksimal mungkin, insyaallah hasil
usaha akan diperoleh, baik melalui usahanya maupun melalui anugerah
Allah seperti yang dialami Siti Hajar bersama putranya Ismail dengan
mendapatkan air zam-zam.
Keenam, ibadah haji
ditutup dengan tahallul. Hal ini sebagai symbol bahwa bagi mereka yang
telah menjalankan ibadah haji dengan baik dan mengaktualisasikan
nilai-nilai ibadah haji tersebut dalam kehidupan, maka mereka
mendapatkan haji mabrur yang kemudian menjadikan mereka sebagai orang
yang berhak mendapatkan surge. Karena Rasul SAW mengatakan bahwa “Haji mabrur tidak ada balasannya kecuali surga”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain ibadah haji, umat islam pada hari
ini dan selama hari tasyriq (11, 12, dan 13 Zulhijjah), mensyiarkan
Idul Adha dengan menyembelih hewan qurban dan membagikannya kepada
kenalan dan orang-orang yang membutuhkan. Allah SWT. Mensyari’atkan
ibadah qurban kepada mereka yang memiliki kemampuan. Hal ini dipahami
dari firman Allah SWT :
Sesungguhnya Kami telah memberikan
kepadamu ni’mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan
berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang
terputus (Q.S al-Kautsar (180): 1-3)
Begitulah pentingnya ibadah qurban
tersebut, Imam Syafi’I mengatakan bahwa sesulit-sulit hidup, upayakanlah
minimal satu orang mewakili satu keluarga untuk ikut berqurban. Bahkan,
imam Ahmad bin Hanbal membolehkan berutang untuk ikut berqurban,
sepanjang diyakini dapat melunasi utang tersebut nantinya.
Ibadah qurban yang kita lakukan
mempunyai banyak nilai penting dari ketaatan individual dan social yang
patut diaktualisasikan dalam kehidupan, diantaranya: pertama,
qurban yang secara Bahasa berarti pendekatan, berarti orang yang
berqurban adalah orang yang berusaha untuk mendekatkan diri
sedekat-dekatnya kepada Allah. Kenapa kita perlu mendekatkan diri
kepada-Nya? Jawabanya, sederhana sekali, karena kita berasal dari Allah
dan akan kembali kepada Allah. Namun, dalam perjalanan waktu, tidak
jarang diantara kita melakukan dosa, dan ini berdampak pada menjauhnya
kita dari Allah. Bila Allah telah jauh dari kita, tentu curahan kasih
sayang-Nya pun jauh dan berkurang kepada kita. Oleh sebab itu perlu
adanya upaya untuk kembali dekat kepada-Nya. Upaya ini harus dilakukan
dalam bentuk perbuatan baik, sebab Nabi pernah mengatakan bahwa ikutilah
perbuatan tercela yang kamu buat dengan perbuatan baik, sebab perbuatan
baik itulah yang akan menghapus perbuatan tercela (H.R. at-Turmudzi).
Qurban adalah salah satu perbuatan baik yang dapat menghapus perbuatan
tercela manusia yang telah menjauhkan dirinya dari Allah, sehingga dia
kembali dekat denga Allah SWT. Bila kita dekat dengan Allah, apapun yang
kita harap kepada-Nya akan dikabulkan.
Kedua, Penyembelihan
hewan hewan qurban bertujuan membantu saudara-saudara kita sesame
muslim, terutama yang kurang mampu melalui pendistribusian daging qurban
kepada mereka. Ini merupakan wujud kebersamaan muslim dengan muslim
lainnya. Apalah hidup seseorang yang hanya hidup untuk makan sendirian,
tanpa menoleh ke kanan dan ke kiri. Dalam islam, manusia tidak boleh
hidup terisolir dalam lingkungannya sendiri. Mereka harus mengetahui
siapa orang lain yang miskin dan membutuhkan bantuannya.
Mana mungkin dapat saudara dan saling
mencintai, jika seseorang mempunyai segala-galanya, sementara ada orang
yang tidak mempunyai apa-apa. Tidak ada arti persaudraan antara orang
yang meletakkan tangannya di perut karna nyeri kelaparan. Persaudaran
yang hakiki ialah jika manusia saling menyayangi, saling menyantuni,
saling memberi, yang kaya memberi yang miskin dan yang kuat membantu
yang lemah. Kekuatan yang kita miliki berasal dari Allah dan kelemahan
si lemah adalah atas hikmah kebijaksanaan-Nya juga.
Jika ada diantara kita yang tidak peduli
dengan penderitaan saudara seimannya, berarti keimanannya patut di
pertanyakan. Sebab Nabi SAW bersabda: “Tidaklah beriman seseorang diantara kamu sebelum dia bisa mencintai saudaranya layaknya dia mencintai diri sendiri”.
Mereka yang beriman, bagaikan
organ-organ yang terdapat dalam satu tubuh. Bila salah satu orang tubuh
itu sakit, maka organ tubuh yang lainnya akan ikut kesakitan.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya dalam
situasi ekonomi yang serba sulit saat ini, mereka memiliki kemampuan
dituntut untuk peduli kepada mereka yang miskin. Jika si kaya telah
peduli kepada si miskin, ini merupakan jalina silahturahim yang sangat
baik. Sillahturahim inilah yang dikatakan rasul dapat berfungsi membuka
pintu rezki dan memperpanjang umur (H.R. Bukhari dan Muslim).
Melalui ibadah qurban mari kita berantas
kemiskinan di negeri ini Dalam memberatas kemiskinan, setidaknya ada
empat komponen yang harus bersinegri, yaitu: 1). Seluruh umat islam
harus memiliki etos kerja yang baik. Untuk mewujudkan etos kerja yang
baik, Islam mengajarkan prinsip-prinsip kerja, yaitu: kerja adalah suatu
keniscayaan, kerja haruslah dengan kerjasama,danoptimism dalam bekerja;
2). Kebijakan pemerintah harus berpihak kepada rakyat kecil; 3).
Kewajiban nafkah rumpun keluarga; dan 4). Kewajiban social melalui zakat
dan wakaf.
Ketiga, sejarah ibadah
qurban tidak bisa dilepaskan dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail.
Kedua manusia tersebut adalah orang-orang yang lulus dari ujian Allah.
Nabi Ibrahim dan Istrinya Siti Hajar diuji kerelaannya untuk mau
mengorbankan putra tercintanya,sedangkan Ismail diuji keimanannya dan
kesabarannya untuk mau menjadi yang dikorbankannya. Hal ini memberikan
pengajaran kepada kita bahwa suatu saat Allah akan menguji kesabaran
kita, yang boleh jadi memang bentuk ujiannya berbeda, tetapi kita harus
lulus melalui ujian tersebut. Karena keimanan itu baru terbukti kalau
sudah teruji.
Keempat, ibadah qurban
yang dilakukan menumpahkan darah hewan qurban, merupakan symbol agar
kita menanggalkan dan melepaskan sifat-sifat kebinatangan yang melekat
pada diri kita. Daintaranya sifat tersebut adalah sifat serigala yang
melambangkan kekejaman dan penindasan, sifat tikus yang melambangkan
kelicikan, sifat anjing yang melambangkan tipu daya dan sifat domba yang
melambangkan penghambatan sesama makhluk, padahal islam hanya
membenarkan penghabatan kepada Allah. Semua sifat-sifat buruk dijauhkan
dari kehidupan umat Islam, kapan dan dimanapun.
Dari sejarah ibadah haji dan qurban yang
tidak dilepaskan dari Keluarga Ibrahim AS, dapat disimpulkan bahwa
keluarga Ibrahim AS merupakan potret rumah tangga Sakinah, mawaddah, dan
rahmah yang patut disuritauladani. Keluarga seperti ini merupakan
keluarga yang kita idam-idamkan saat ini. Apa gerangan rahasia keluarga
tersebut? (1) Semua anggota keluarga Ibrahim adalah orang-orang yang
taat dan patuh kepada Allah.
Sebagai seorang bapak, Ibrahim adalah
seorang bapak yang taat dan saying kepada keluarganya. Sebagai anak,
Ismail adalah anak kepada Allah dan orang tua; dan sebagai istri, Siti
Hajar adalah istri yang taat kepada Allah dan suami. Oleh sebab itu,
kalau kita ingin mendapatkan keluarga sakina, langkah utamanya adalah
membentuk semua anggota keluarga menjadi hamba-hamba Allah yang taat.
(2) Dalam keluarga Ibrahim terdapat keterbukaan, komunikasi, musyawarah,
dan saling menghargai antara sesama mereka. Ketika akan menempatkan
keluarganya di Makkah yang saat ini merupakan gurun pasir tandus yang
tiada berpenghuni, terjadi dialog antara Ibrahim dan istrinya. Siti
Hajar bertanya, apakah ini adalah perintah Allah, Ibrahim dengan tenang
menjawab: benar ini adalah perintah Allah. Jawaban ini menenangkan hati
Siti Hajar karena ia yakin Allah akan memelihara dan melindungi dirinya
beserta anaknya Ismail. Begitu pula ketika perintah untuk mengorbankan
Ismail dating, Ibrahim mengajak Ismail mendiskusikannya secara terbuka.(kemenagriau online).