Dua Faktor Pemicu Ekstremisme dan Radikalisme

BRNews - Islam, saat ini, dianggap sebagian masyarakat sebagai agama yang menakutkan, mengkhawatirkan, bahkan diperseosikan sebagai suatu ancaman dalam peradaban dunia. Hal itu lantaran mereka menganggap, paham ekstremisme dan radikalisme mulai meningkat di Indonesia.

Mengapa demikian? Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, hal itu harus diketahui terlebih dahulu bahwa banyak alasan yang memicu orang menjadi ekstrem daa radikal.

"Di banyak kajian dan studi, tentu banyak faktor. Penyebabnya kompleks, tak tunggal. Ada dua faktor penyebab menjadi ekstrem dalam beragama, ekstrem artinya berlebihan," kata Lukman dalam kuliah umum bertema 'Deradikalisasi Agama di Kampus Sebagai Komitmen Konsensus Bernegara' di Aula Asrama Haji Palu, Senin 15 Mei 2017.

Lukman mengatakan, Islam itu hakikatnya adalah agama yang di tengah atau disebut moderat. Karena itu, dia menganggap, faktor pertama terjadinya ekstremisme akibat tekanan beban hidup menjadi semakin besar.

"Tuhan saat ini tak lagi menciptakan lahan, lautan, dan hutan. Bahkan, jangankan bertambah, malah tempat tinggal manusia malah menyusut. Sementara jumlah manusia terus bertambah dan kompetisi semakin ketat," ujarnya.

Tanpa mempersoalkan faktor hukum, sosial dan budaya, maka melihat faktor ini saja, menimbulkan kompetisi persaingan hidup makin keras dan ketat. Akibatnya, agama dijadikan alat justifikasi sebagai alat unuk merespon ketidakadilan. "Agama dijadikan faktor pembenar," kata Lukman.

Faktor kedua pemicu ekstremism terkait pemahaman keagamanan yang perlu diluruskan. Menag menjelaskan, pemahaman yang tak mendalam atau sempitnya wawasan terkait substansi membuat ada kelompok tak memahami ajaran keagamanan secara menyeluruh.

"Semakin sempit wawasan semakin mudah menyalahkan orang lain. Tidak memonopoli kebenaran itu yang harus dibangun. Jangan bunuh diri dianggap bagian syahid," ujar Menag.

Karena itu, Menag berpesan kepada peserta Kongres XIX Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) untuk bisa menjadi penganut Islam jalan tengah. Dia juga meminta anggota PMII untuk tidak melabeli dan merespon secara ekstrem pula kepada mereka yang merupakan keloompok ekstrem.

"Islam menebarkan kedamaian, merangkul, mengayomi, bukan menjaga jarak. PMII memiliki paham inklusif yang mengayomi, bukan yang merasa benar sendiri," ujar Lukman.(republika.co.id)

Subscribe to receive free email updates: